Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9.
Dengan cepat Hendrik mengangkat kembali wajahnya, setelah menunduk sebentar, seolah baru saja mencium pasangannya.
Sementara Jane masih tidak bergerak di tempatnya, ia tidak memberikan reaksi apapun.
Dan, setelah Pendeta mengatakan sekali lagi, kalau mereka sah sebagai suami istri, barulah Jane mengedipkan matanya.
"Tunggu! aku tidak setuju! Pak Pendeta tidak menanyakan apakah ada yang tidak setuju dengan pernikahan ini!!"
Tiba-tiba seorang wanita berteriak memasuki Aula pernikahan tersebut, dan berjalan cepat menuju Altar.
"Aku tidak setuju dia menikah dengan wanita lain, seharusnya dia menikahi ku!" teriak wanita itu lagi dengan kencang.
Jane terkejut dengan apa yang ia dengar, apakah ada kesalahan di sini? ia hanya dikirim kan Ayahnya begitu saja ke keluarga Fernandez, tanpa adanya konfirmasi terlebih dahulu, siapa tepatnya yang akan menikah dengannya.
Hendrik memandang wanita itu dengan dingin, tidak merespon sedikitpun apa yang di teriakkan wanita itu.
"Kau terlalu lama datang, sekarang mereka telah sah menjadi suami istri, apa yang bisa di lakukan lagi!" sahut Wilson kepada wanita yang berteriak itu.
"Tentu saja bisa, mereka harus bercerai sekarang juga! dan Hendrik menikah denganku!" teriak wanita itu.
Jane di tempatnya, hanya bisa mematung, mendengar apa yang baru saja di katakan wanita itu.
Hendrik terlihat diam saja memandang dingin wanita itu, dengan wajah datarnya, ia tidak merespon sedikit pun apa yang di katakan wanita itu.
"Hendrik! kau harus bertanggung jawab padaku! kau telah membunuh David! sekarang aku menjadi seorang janda, jadi kau harus menggantikan David menjadi suamiku!" teriak wanita itu dengan kencang.
Kaki Jane tiba-tiba lemas mendengar teriakan wanita itu, ia tidak menyangka, akan masuk ke dalam konflik keluarga Fernandez.
Ia seorang gadis biasa-biasa, gadis mandiri yang tidak di cintai oleh Ayahnya lagi, yang ingin hidup tenang akan permasalahan yang rumit, tidak tahunya malah masuk ke dalam permasalahan yang sangat rumit.
Hendrik tiba-tiba memegang tangannya, lalu menarik Jane turun dari Altar, dan membawa Jane keluar dari Aula tersebut.
"Hendrik!!" teriak wanita itu, ia mengejar Hendrik yang tengah menarik tangan Jane.
Plakk!
Tangan Hendrik reflek menepis tangan wanita itu, yang mencoba meraih tangannya.
"Lancang kau!" ujar suara bariton itu tajam menatap wanita tersebut, dengan tatapan yang begitu dingin.
"Hendrik! kau harus bertanggung jawab pada adikku, aku tidak akan melepaskan mu! ceraikan wanita itu, dan menikahlah dengan adikku!" sahut seorang pria memasuki Aula tersebut.
"Dalam mimpi! aku tidak berkewajiban menikahi wanita milik pria lain!" ujar suara bariton itu lagi dengan dinginnya.
Wajahnya yang datar itu terlihat begitu marah, memandang beberapa orang yang baru datang itu satu persatu.
"Tapi kami tidak akan membiarkan mu pergi!" sahut pria yang bicara tadi.
Senyuman sinis tersungging di sudut bibir Hendrik, ia terlihat sudah tidak bisa menahan dirinya lagi.
Tangan Jane perlahan ia lepaskan, dan dengan cepat, ia berlari ke arah beberapa pria yang menghalangi jalannya.
Bukk!
Kakinya menerjang satu pria itu, lalu dengan cepat bergerak ke satu pria lainnya, dan melayangkan tinjunya ke wajah pria lainnya itu.
Kemudian dengan cepat, tanpa berhenti, tubuhnya dengan lentur berputar, lalu menendang pria lainnya lagi dengan kecepatan sekelip mata.
Bukk! bukk!
Tiga pria terpental! bukan... empat pria sekaligus, terpental ke lantai dengan kencangnya.
Semua orang yang melihat apa yang di lakukan Hendrik, hanya bisa diam di tempat.
Sementara Jane membeku di tempatnya, melihat suaminya ternyata ahli dalam berkelahi.
Dugaannya mengenai tato, yang ada di balik pakaian suaminya itu, sepertinya benar adanya, kalau suaminya seorang gangster.
Wanita yang tadi berteriak pada Hendrik, juga terdiam di tempatnya, ia tidak berani untuk mendekat lagi.
"Hendrik! kau telah menakuti Nona Jane, akhirnya ia menyadari, kalau kau adalah seorang monster yang menakutkan!" sahut Wilson dengan suara bahagia, dan nyaris tertawa bahagia, melihat Jane yang membeku di tempatnya.
Hendrik menoleh memandang Jane, yang diam di tempatnya tidak bergerak menatapnya.
Dengan langkah pasti, tanpa merasa kalau Jane terkejut dengan apa yang di lakukannya, Hendrik meraih tangan Jane, lalu menariknya kembali untuk keluar dari Aula tersebut.
"Hendrik!!" teriak wanita tadi, yang sempat terdiam melihat keganasan Hendrik.
Ia berlari mengejar Hendrik, yang menarik tangan Jane, sembari Jane mengangkat rok gaun pengantinnya, untuk memudahkan ia mengikuti langkah Hendrik.
Bersambung.....