NovelToon NovelToon
Mimpi Anak Desa

Mimpi Anak Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Mengubah Takdir
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Pria_Misterius

"Mimpi Anak Desa"

Anggara Al-fikri, pemuda berbakat dari desa kecil di Malang, mendapat kesempatan emas untuk mewujudkan mimpinya menjadi pemain profesional. setelah mencuri perhatian pelatih selama seleksi di Borussia Dormound II, Angga berkembang pesat dengan bantuan sistem misterius yang meningkatkan kemampuan fisik dan teknik yang diatas rata-rata. di tengah persaingan ketat dan berbagai tantangan, Angga memimpin timnya juara liga remaja jerman dan mencatak prestasi luar biasa, namun perjalanan Angga masih baru dimulai, karena ia kini harus membuktikan kemampuanya dipanggung yang lebih besar_liga profesioanal.
"mimpi anak desa" adalah kisah perjuangan seorang remaja Indonesia dalam meraih kejayaan didunia sepak bola internasional.

novel ini tidak menganut jadwal dan regulasi liga eropa secara menyeluruh, demi perkembangan jalan cerita, jadi mohon dimengerti bila ada jadwal melenceng jauh, seperti liga champion, piala AFF, dan kualifikasi piala dunia 😂🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pria_Misterius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Diantara Kesunyian dan Tekad

Angga menatap biru nya langit dari jendela asramanya, asrama yang biasanya dipenuhi dengan suara tawa dan langkah kaki para pemain kini sunyi.

Sven dan teman-teman yang lain telah pergi berlibur, sementara beberapa pemain lain nya pulang ke rumah untuk menghabiskan waktu bersama keluarga mereka.

Namun, Angga memilih untuk tetap tinggal. Dia merasa ini adalah saat yang tepat untuk berfokus sepenuhnya pada latihannya. Liga 3 jerman akan dimulai dalam beberapa minggu, dan dia tahu tidak ada waktu buat bersantai.

Angga berdiri dari kursi dan berjalan ke lorong asrama, langkah kaki nya menggema di sepanjang koridor yang kosong. Menciptakan suara yang terasa asing di telinga nya.

Setiap sudut bangunan terasa sepi, seolah-olah asrama itu tak pernah penuh sebelumnya. Di ruang makan, hanya ada satu atau dua meja yang diisi oleh petugas klub yang masih berjaga, Angga mengambil minuman dari mesin dan duduk sejenak, merenung.

"sepi banget ya, di sini" gumamnya pelan, mesti tidak ada siapa-siapa yang bisa mendengar.

Meski kesepian mulai merayap, Angga tidak membiarkannya mengganggu fokusnya. Setiap pagi, dia berlatih sendirian di lapangan latihan.

Dia membawa bola, berlari dengan semangat yang sama seperti saat timnya masih berkumpul disini. Dia tahu bahwa ini adalah kesempatan emas untuk mengasah kemampuannya, memperbaiki setiap kelemahan yang mungkin masih ada dalam permainannya.

Di lapangan yang kosong, hanya suara bola yang bergulir dan tendangan Angga yang terdengar. Dia melatih dribbling, mencoba berbagai trik untuk mengecoh imajinasi lawan nya.

Berulang kali dia melakukan shooting, memastikan bola selalu mengarah di pojok gawang. Tubuhnya lelah, keringetnya bercucuran, namun hatinya penuh dengan tekad.

Sore harinya, setelah sesi latihan di lapangan, Angga menuju ke gym, dia tahu bahwa untuk bermain di liga 3 Jerman nanti, kekuatan fisik akan memerankan peran besar. Setiap hari, dia menantang tubuhnya dengan latihan-latihan kekuatan, melatih otot-ototnya agar semakin kuat dan tahan banting.

Saat sedang melakukan angkat beban, pikirannya melayang ke momen-momen yang menjadi motivasinya. Dia teringat saat pertama kali mendengar tawaran dari Steven tentang kesempatan ini. Jauh di desa, dia tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari akan berada dititik ini_berada di Jerman, diasrama Borussia Dortmund, dengan karir yang mulai menanjak.

Dia ingat bagaimana ayahnya bercerita tentang sepak bola, tentang semangat pantang menyerah para pemain Indonesia dan AC Milan.

Angga menghela napas panjang, lalu melanjutkan latihannya dengan fokus. Baginya, ini masih belum cukup, dia masih harus terus berkembang.

......................

Setelah berjam-jam latihan, Angga duduk di bangku yang terletak disudut gym. Pikirannya terhanyut oleh rasa lelah dan puas setelah seharian berlatih. Tiba-tiba, sebuah notifikasi dari sistem muncul disudut pandangannya.

> [sistem]

Misi : Persiapan Liga 3

Selesaikan 50 sesi latihan tendangan jarak jauh

Reward : Skil tendangan jarak jauh [level 2]

Angga tersenyum tipis. Sistem ini terus mendorongnya untuk bekerja lebih keras. Dengan tantangan baru didepan nya, dia semakin termotivasi. Liga 3 akan menjadi petaruhan besar, dan dia harus siap sepenuhnya.

Hari-hari berlalu dengan rutinitas yang sama, Angga bangun pagi, berlatih di lapangan, melatih kekuatan tubuhnya di gym, dan mengecek kemajuan yang diberikan sistem. Sore itu, dia mendapatkan telepon dari Sven.

"Hai, bro! Bagaimana latihanmu?" suara Sven terdengar ceria di ujung sana.

"Baik, seperti biasa. Kamu sendiri dimana sekarang?" jawab Angga sambil meletakkan handuk di lehernya.

"Aku sedang di Spanyol, liburan dengan keluarga. Kamu serius gak ikut berlibur? Mumpung masih ada waktu sebelum liga 3 dimulai." ajak Sven

Angga tertawa pelan. "Aku rasa latihan lebih penting sekarang, aku mau fokus untuk Liga 3. Aku harus lebih siap dari sebelumnya."

Sven tertawa kecil. "Itu Angga yang ku kenal, selalu serius. Tapi ingat juga, jangan sampai terlalu keras kepada dirimu sendiri, kita perlu menikmati hidup sedikit."

"Aku tahu, tapi ini kesempatan emas, Sven. Aku tidak bisa menyia-nyiakan waktu, aku harus terus melangkah maju." jawab Angga dengan nada serius.

"Baiklah, aku paham. Aku cuma mau bilang kalau aku bangga punya teman sekeras kamu. Semangat terus, ya! Sampai ketemu diasrama nanti."

Angga menutup telepon dengan senyum diwajahnya. Meskipun Sven dan teman-temannya menikmati waktu mereka, dia tidak merasa iri, dia tahu apa yang harus dilakukan. Liga 3 akan datang dan dia harus siap menjadi yang terbaik.

Setiap malam sebelum tidur, dia selalu mengecek statistik mengecek melalui sistem. Semua peningkatan yang dia capai selama latihan memberikan semangat baru. Angga tahu bahwa dirinya semakin dekat dengan impiannya.

Nama : Anggara Al-fikri

Umur : 16 tahun

Tinggi : 177 cm

Berat : 73 kg

Kecakapan kaki kiri/kanan : 63/100

Atribut teknik

Passing : 60

Dribbling : 60

Shooting : 69

Shot accuracy : 65+10

Heading : 57

Atribut fisik

Kecepatan : 77+10

Kekuatan : 75

Stamina : 71

Serangan : 66

Inventory :

- Perban pereda nyeri (bisa mengurangi rasa sakit saat digunakan)

skil yang dimiliki :

- Dribble ala Ronaldinho (level 2)

- Kecepatan ala Thierry Hendry (level 2)

- Tembakan jarak jauh ala Frank Lampard (level 2)

- Visi permainan ala Inzaghi (level 1)

- Heading ala Gerd Muller (level 1)

- tendangan bebas ala Beckham (level 1)

- Tekad baja (level 1)

- Leadership aura (level 1)

Angga menarik napas panjang, matanya menatap langit-langit kamar asramanya. Liga 3 Jerman sudah didepan mata, dan dia sudah siap menghadapi apapun yang akan datang.

Keesokan harinya, Angga terbangun dengan perasaan yang berbeda. Setelah berhari-hari menjalani rutinitas latihan yang ketat, tubuhnya merasakan kelelahan yang perlahan merayap.

Meski semangatnya tetap semangat, Angga tahu bahwa tubuhnya membutuhkan istirahat. Pagi itu, dia memutuskan untuk mengambil libur sejenak dari rutinitas latihan, dan mencoba menikmati suasana diluar asrama.

Setelah sarapan, Angga mengganti pakaian olahraganya dengan kaus dan celana jeans yang sederhana. Dengan jaket untuk melindungi tubuhnya dari angin pagi.

Dia melangkah keluar dari asrama, meninggalkan lapangan dan gym yang biasa menjadi saksi latihan kerasnya. Kali ini, tujuannya bukan untuk berlatih, melainkan menjelajahi sudut kota Dortmund yang selama ini hanya

Dilihatnya dari balik jendela bus tim atau lewat cerita orang.

Dortmund adalah kota besar dengan banyak hal menarik untuk dilihat, meski sebagian besar dikenal kerena tim sepak bolanya. Borussia Dortmund, kota ini juga menawarkan banyak untuk dijelajahi_taman, museum, pusat pembelanjaan, dan restoran. Angga memutuskan untuk berjalan kaki saja, dia ingin merasakan kehidupan kota ini secara langsung, menyatu dengan irama warganya yang sibuk menjalani aktivitas sehari-hari.

Jalanan mulai ramai, mobil-mobil berlalu lalang, sementara perjalan kaki sibuk dengan tujuan masing-masing.

Angga menyusuri trotoar dengan langkah santai. Dia melewati toko-toko yang menjajakan berbagai barang, dari pakaian, aksesoris, hingga pernak pernik khas dari Jerman.

Sesekali, matanya tertarik oleh etalase yang menampilan berbagai jersey sepak bola, mengingatkannya pada duni yang ia tekuni dengan sepenuh hati.

Setelah beberapa lama berjalan, Angga tiba disebuah taman kota yang cukup luas. Per pohonan hijau rindang, bangku-bangku taman yang tersusun rapi, serta danau kecil ditengah taman memberikan nuansa yang tenang dan damai.

Tanpa ragu, dia memilih duduk di salah satu bangku, membiarkan pikirannya melayang sejenak.

"Pemandangan yang indah" pikir Angga sambil memandang ke arah danau yang memantulkan sinar matahari. Bebek-bebek berenang perlahan, menciptakan riak kecil dipermukaan air.

Ditengah ketenangan itu, pikiran Angga kembali pada masa-masa awal di Dortmund. Semua terasa bagai mimipi baginya_dari bocah kampung dari Malang hingga sekarang berada dijantung sepak bola Jerman, bersiap berkompetisi di Liga 3.

Tawaran dari Steven yang awalnya hanya terdengar seperti kesempatan pertama kali seumur hidup. Kini telah menjadi kenyataan yang membentuk kehidupannya, setiap hari adalah perjuangan, setiap latihan adalah pertarungan, untuk menjadi yang terbaik.

Namun hari ini, di sela-sela semua itu, dia merasa perlu untuk melepaskan sejenak semua tekanan dan menikmati kehidupan yang lebih santai. Hatinya tetap dipenuhi tekad, tapi otaknya penuh jeda, dan pemandangan di taman ini memberikan ruang baginya untuk berfikir lebih jernih.

Setelah beberapa saat duduk di taman, Angga merasa perutnya mulai lapar. Dia pun melanjutkan perjalanannya, kali ini mencari tempat makan yang bisa menawarkan sesuatu yang berbeda dari makanan di klubnya. Tak jauh dari taman, Angga menemukan sebuah cafe kecil dengan nuansa hangat, aroma kopi yang nikmat dan roti yang baru dipanggang menyambutnya saat dia masuk ke dalam.

Angga memesan secangkir kopi dan sepotong croissant, kemudian duduk disudut cafe yang menghadap ke jendela. Dari sana, dia bisa melihat jalanan Dortmund yang sibuk, tapi suasana di dalam cafe tetap tenang.

Sambil menyeruput kopi, pikirannya kembali melayang. Dia mulai berpikir tentang apa yang terjadi selanjutnya dalam hidupnya. Liga 3 tinggal beberapa minggu lagi, dan dia harus berada dipuncak perfomanya. Namun selain itu, dia juga ingin memberikan sesuatu yang lebih, tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk keluarganya di Malang, yang selalu mendukungnya meski dari kejauhan.

Telepon genggamnya bergetar, ada pesan dari ibunya. Angga tersenyum dan membuka pesan itu.

"Nak, bagaimana kabarmu? Jangan lupa jaga kesehatan, ya. Kami selalu mendoakanmu dari sini."

Angga merasa hatinya menghangat membaca pesan itu. Meski jauh dari rumah, dukungan keluarganya sangat terasa dekat, ia pun membalas pesan dari ibunya, menyakinkan bahwa ia baik-baik saja dan terus berusah untuk mewujudkan impian mereka bersama.

Setelah selesai makan, angga memutuskan untuk berjalan lebih jauh, kali ini ke arah pusat kota Dortmund. Ada satu tempat yang ingin dia kunjungi, yakni Signal Iduna Park. Stadion kebanggaan Borussia Dortmund.

Meski sudah beberapa kali berlatih di fasilitas klub, Angga belum sempat benar-benar menikmati keindahan stadion itu dari dekat. Hari ini, dia ingin melihatnya lebih jelas.

Setibanya di depan stadion, Angga berdiri memandang bangunan megah itu dengan penuh kagum. Sebagai penggemar sepak bola, bisa berada di stadion yang memiliki sejarah panjang ini adalah salah satu pencapaian besar baginya.

Dari jauh, dia bisa melihat turis-turis yang datang hanya untuk berfoto dan membeli suvenir. Stadion ini memang menjadi magnet bagi banyak orang, dan Angga pun tak tahan untuk mengambil beberapa foto sebagai kenang-kenangan.

Ketika matahari mulai condong ke barat, Angga menyadari bahwa hari sudah sore. Dia memutuskan untuk kembali ke asrama, meski liburan seharian ini terasa menyenangkan, besok adalah hari baru dan dia harus kembali ke rutinitas latihan yang ketat.

Sebelum kembali ke asrama, dia berhenti sejenak disebuah jembatan yang membentang di atas sungai kecil. Di atas jembatan itu, dia berdiri sambil memandang air yang mengalir dengan tenang di bawahnya.

Kota ini, dengan segala kesibukannya, memberinya ruang untuk beristirahat. Namun dibalik itu semua, Angga tahu bahwa tantangan yang lebih besar sudah menunggu di depan.

"Satu hari untuk rehat, besok kita kembali berjuang," gumamnya pelan.

dengan tekad yang kembali membara, Angga melanjutkan melangkah menuju ke asrama, siap kembali berlatih dan mempersiapkan diri sebaik mungkin di Liga 3 nanti.

jangan lupa like nya kawan.....

_see you

1
WS
kaya pernah baca di fizo dah
Hiu Kali
empat gol kok hatrick tor..
Hiu Kali
wuaah..sop ilernya keren.. gass 10rb kata nya thor..
Lauric Fc: hehehe....siap bos
terima kasih atas dukungannya
total 1 replies
Hiu Kali
semangat tor..momentumnya pas..moga bisa terus mengalir idenya..
Lauric Fc: siap pak, terima kasih atas dukungannya
total 1 replies
Lauric Fc
okee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!