Kisah satu keluarga yang memiliki ilmu spiritual dan memiliki khodam pendamping dari bangsa Jin. Namun tanpa diduga itu juga terus berlanjut hingga ke anak cucu mereka.
Lalu apakah yang terjadi pada anak cucu mereka? Apakah bisa terlepas dari perjanjian dengan bangsa Jin?
Simak terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. M yanie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTARUNGAN
Setelah kepergian Ustadz Rizal, Anak-anak melanjutkan mengaji dan berdoa untuk keselamatan Aji dan Ustadz Rizal.
Mereka membuka Al-Quran sesuai yang diperintahkan oleh Ustadz Rizal sebelum pergi, dan untuk anak-anak yang lain sebagian bersholawat.
Ayah melihat keadaan sudah aman, mencoba menenangkan sang istri yang masih saja terus menangis.
"Bu,Ayah kekamar mandi dulu, Ibu disini saja jagain Aji, lagian ada anak-anak yang lain, Ayah cuma sebentar saja kok."
"Jangan lama-lama Yah..Ibu takut." Ayah hanya mengangguk mendengar ucapan istrinya.
Ayah akhirnya pergi menuju kamar mandi, tapi ketika sudah hampir sampai ke kamar mandi, Ayah justru belok ke arah gudang.
Ayah membuka pintu gudang dimana tempat penyimpanan barang-barang yang sudah tidak terpakai. Di sudut gudang Ayah mengambil sebuah kotak, dan membersihkan kotak yang sudah berdebu, dibukanya kotak itu yang terdapat sebuah benda.
"Barang ini sepertinya,berbahaya untuk keluargaku, tapi aku sudah susah payah mendapatkanya,masa aku harus membuangnya?" Bathin Ayah.
Akhirnya Ayah menutup kotak itu lagi, dan menyimpannya di sudut paling atas.
***
Di sisi lain...
Ustadz Rizal dan Jin yang membawanya, sudah sampai di suatu tempat, di lihat sekelilingnya adalah hutan yang angker, Ustadz Rizal justru kebingungan dan bertanya-tanya, mengapa ia dibawa ke tengah hutan?
"Kenapa saya di bawa kesini? tempat apa ini?" Ustadz Rizal merasa keheranan, karena dia mengira akan dibawa ketempat sukma Aji berada.
"Disini adalah pintu menuju ke alam gaib, disana kita akan menemukan Aji yang terkurung oleh bangsa Jin." Mendengar ucapan tersebut Ustadz Rizal mengernyitkan dahinya, karena tampak membingungkan baginya.
"Lebih baik, kita segera masuk karena sudah tidak ada banyak waktu lagi."
"Bagaimana caranya kita bisa masuk, sedangkan hanya jalan setapak yang kulihat, tidak terlihat pintunya berada dimana." Dengan polosnya Ustadz Rizal justru mempertanyakan sesuatu yang dia tidak mengerti.
"Pegang tanganku, lalu ucapkan La haula wala quwwata illa billahil aliyil adzim."
Artinya "Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang maha tinggi lagi Maha Agung."
Ustadz Rizal mengikuti apa yang diperintahkan, dan akhirnya masuk kedalam dimensi lain, setelah berhasil masuk ke Alam gaib.
Ustadz Rizal merasakan sesak di dadanya karena sudah masuk ke dimensi yang berbeda dengan manusia, Ustadz Rizal memegangi dadanya yang terasa sakit di ulu hatinya.
"Jangan berhenti berdzikir, karena disini banyak tipu daya untuk manusia, jika kamu terlena dan tergoda, maka bukan hanya anak itu yang terkurung disini tapi juga dirimu."
Ustadz Rizal berjalan menelusuri jalan yang sama seperti di mana tempat manusia tinggal,betapa terkejutnya Ustadz Rizal yang melihat di depanya begitu banyak orang lalu lalang, bahkan terdapat sebuah pasar yang begitu ramai di sekelilingnya, dan juga terdapat manusia seperti halnya sama dengan dirinya.
Di perhatikannya orang-orang disana seperti orang jaman dahulu, yang hanya menggunakan pakaian kemben dan jarik untuk dibawahnya.
"Mari kang mampir kemari?" Ustadz Rizal dikejutkan oleh wanita yang begitu cantik dan manis, bahkan sampai membuatnya terpesona.
"Jangan tertipu daya akan kecantikanya, apa yang kau lihat bukan lah kenyataannya." Seakan mengerti apa yang dipikirkan oleh Ustadz Rizal, kakek tua itu mengingatkannya.
"Astaghfirullah." Ustadz Rizal tersadar dari lamunannya, dan melanjutkannya perjalananya dengan menelusuri sepanjang jalan.
Pada akhirnya mereka menemukan sebuah desa yang mirip sekali dengan tempat tinggal Ustadz Rizal bersama kedua orang tuanya. Ustadz Rizal mencoba melepaskan tangannya dari genggaman sang kakek.
Di lihatnya Ibunya sedang duduk di depan rumah, dan melambaikan tanganya ke arah Ustadz Rizal.
"Sadarlah, Istighfar dia bukan Ibumu, ini tipu daya Jin."
"Tapi itu Ibuku!!!"
"Bukan, itu adalah imajinasi yang di buat oleh Jin untuk mendapatkan sukmamu, setelah mereka berhasil mendapatkanmu, kamu hanya akan menjadi budak dan tumbalnya."
Mendengar penuturan sang Kakek, Ustadz Rizal menarik nafas dan Berdzikir kembali.
"Bismillahi, tawakkaltu 'alallahi, laa hawla wa laa quwwata illaa billaah. Fa Innahu yuqaalu lahu, hudiita wa kufiita, wa wuqiita, wa tanha 'anhu syaithaan."
Artinya: "Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah dan tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Maka dikatakan kepadanya: 'Engkau telah diberi petunjuk, diberi kecukupan, diberi perlindungan, dan dijauhkan dari syaitan."
Mereka melanjutkan perjalanannya, sampai akhirnya mereka bertemu dua sungai yang bercabang, namun di daratan sungai itu, terdapat sesajen-sesajen.
"Apa ini, mengapa banyak sekali sesajen." Karena penasaran, Ustadz Rizal ingin menyentuh sesajen tersebut, untungnya dicegah oleh sang kakek yang tiba-tiba berubah dari wujud manusia menjadi sebuah cahaya.
"Jangan menyentuhnya, itu adalah sesajen yang diberikan oleh manusia-manusia yang sudah membuat perjanjian dengan Jin."
Cahaya itu masuk kedalam tubuh Ustadz Rizal, seketika Ustadz Rizal jatuh tersungkur, karena begitu terkejut melihat apa yang ada di depannya.
Yah dilihatnya sesajen itu sedang di makan oleh makhluk-makluk aneh bahkan bisa di bilang sangat menyeramkan, bahkan ada yang sedang meminum darah sampai berceceran di mulutnya.
Adapula yang sedang memakan tubuh manusia, yang sudah tidak bernyawa, tidak hanya satu bahkan puluhan Jin,mereka semua sedang menikmati bangkai manusia.
Di sampingnya tiba-tiba ada sesosok nenek-nenek yang menyeramkan, bertubuh kerdil berambut panjang gimbal, bergigi hitam dan terdapat bekas darah di mulutnya.
Yang akhirnya membuat mual perut Ustadz Rizal karena bau amis yang sangat menyengat, "Jangan muntah disini, karena jika muntah maka aku bisa keluar dan tidak bisa masuk lagi ke tubuhmu." Ustadz Rizal seperti berbicara dengan dirinya sendiri padahal sang kakek lah yang berbicara.
"Ada keperluan apa sampean masuk kesini?" Dengan suara pelan tapi terdengar menakutkan di telinga, sang nenek menanyakan perihal keperluan Ustadz Rizal.
"Saya ingin bertemu dengan Raja Jin, biarkan saya lewat, dan bukakan pintu yang menghubungkan ke sana." Ustadz Rizal kebingungan karena ucapan tersebut bukanlah dia yang berbicara tapi mulutnya begitu saja mengucapkan.
"Tidak semudah itu, sampean bisa masuk kesana, apa yang sampean cari di sana?"
"Saya mencari kambing yang baru satu bulan masuk kesana."
"Rupanya kambing kecil itu, yang sampean cari, bukankah besok batas kambing itu bisa bertahan di sana?"
"Berikan saya jalan, perintahkan anak buahmu untuk jangan menghalangi jalannya."
"Apa yang akan saya dapat?"
"Ampunan Allah."
"HAHAHA.. Kalian perlu untuk di hukum rupanya."
Tiba-tiba setan-setan yang tadi sedang menyantap sesajen-sesajen kini sudah beralih ke Ustadz Rizal.
Dan langsung memegangi tubuhnya, di lihatnya nenek itu mengambil sebuah tombak yang sudah di lumuri oleh darah manusia tadi.Ustadz Rizal memberontak agar bisa terlepas dari genggaman setan-setan yang seperti haus akan darah manusia.
"Fokus saja biar saya yang menghadapinya, kendalikan pikiranmu Ustadz, terus berdzikir."
Mendengar bisikan itu yang seolah-olah berbicara dengannya, membuat Ustadz terus berdzikir.
"Allahumma inni a'uudzubika an adilla au adhulla, au azilla au azalla, au adhlima au adhluma, au ajhala au yujhala 'alayya
Artinya: "Ya, Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan dan disesatkan, dari tergelincir atau digelincirkan, dari berbuat zhalim atau dizhalimi, dan dari berbuat jahil atau dijahili."
Mereka akhirnya bertarung, dengan Kakek yang masuk ketubuh Ustadz Rizal, mereka saling adu kekuatan, melihat situasi yang kalah jauh jumlahnya, Ustadz Rizal akhirnya mengambil batu-batu yang ada disana dan dibacakan Surah An-Nas dan melemparkan ke arah setan-setan itu.
Sehingga bisa membuat mereka mundur perlahan, namun belum selesai, sudah datang lagi para setan-setan yang lebih menyeramkan dan berjumlah semakin banyak.
Sang kakek mengendalikan tubuh Ustadz Rizal untuk lari kebelakang, dan ternyata setan yang menghalangi jalannya ikut berlari mengejarnya, seketika pertarungan terjadi dengan dua melawan ratusan setan.
Melihat celah di depan terbuka, Sang kakek mengajak tubuh Ustadz Rizal untuk lari menuju Sungai yang memiliki dua arah, namun sang kakek tau yang satu adalah tipu daya Jin, dan yang satu adalah pintu menuju istana Jin.
Sumber air yang satu sangatlah bening sampai terlihat batu-batu yang ada didasar sungai disana, bahkan terlihat sangat indah, dan yang satu sangat keruh sehingga siapa saja yang melihat enggan untuk menghampirinya, dan pasti akan memilih air yang bening dan terlihat sejuk.
Karena tempat Jin adalah tempat yang memiliki air keruh dan kotor, maka Sang kakek langsung menyelam ke tempat sungai yang memiliki sumber air yang sangat kotor dan bau busuk.
***
Note
Imam Ghazali juga menggambarkan setan seperti anjing kelaparan yang selalu mendekat. Kalau hati kita kotor, dalam arti banyak ''santapan setan'' di dalamnya, maka ia akan terus menyerang.
Tipu daya setan sesungguhnya tidak berpengaruh bagi orang takwa yang jiwa dan hatinya bersih. Firman Allah, ''Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuatannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya.'' (Qs an-Nahl: 99).
semangat
Subroto nampak dilema, entah harus membuang benda itu atau tidak. Tapi, jika di buang, dia sedikit tidak rela.
Kalau seperti kata-kata di atas, mungkin bisa sedikit baik
Itu mungkin sedikit lebih bagus
Setelah tanda titik, awali dengan huruf besar
Spasi
Mungkin ga perlu ada tanda , di kalimat (Ketika Subroto)
Itu bisa di gabung aja (Ketika Subroto mencari kunci lemari itu)
/Grin//Grin//Grin//Grin//Grin/......