NovelToon NovelToon
Terjebak Pesona Paman Mantan Suamiku

Terjebak Pesona Paman Mantan Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Mengubah Takdir
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sunny Eclaire

"Dia membuang sebuah berlian, tapi mendapatkan kembali sesuatu yang kurang berharga. Aku yakin dia akan menyesali setiap keputusannya di masa depan, Illana."—Lucas Mathius Griggori.

Setelah cinta pertamanya kembali, Mark mengakhiri pernikahannya dengan Illana, wanita itu hampir terkejut, tapi menyadari bagaimana Mark pernah sangat mengejar kehadiran Deborah, membuat Illana berusaha mengerti meski sakit hati.

Saat Illana mencoba kuat dan berdiri, pesona pria matang justru memancing perhatiannya, membuat Illana menyeringai karena Lucas Mathius Griggori merupakan paman Mark-mantan suaminya, sementara banyak ide gila di kepala yang membuat Illana semakin menginginkan pria matang bernama Lucas tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Eclaire, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Menusukmu dari belakang.

Illana sengaja terbaring di sofa ruang tamu seraya menunggu Mark pulang, ia berniat segera menagih dokumen pengajuan perceraiannya saat Mark datang, lalu pergi meninggalkan penthouse mereka.

Namun, hingga tengah malam, suaminya tetap belum muncul tanpa memberi kabar apa pun, sementara Illana tak berniat menghubungi pria itu meski muncul banyak pemikiran liar di kepalanya tentang kondisi Mark di luar sana.

"Sejak mendatangi pengadilan, menurutku semua ini telah selesai." Ia tetap terbaring di sofa dan kembali melanjutkan masa istirahatnya, Illana sudah lelah menangis sekaligus mengurus perceraiannya sendiri.

Pagi itu sekitar jam delapan, Mark muncul di penthouse, tapi ia datang bersama Deborah, seolah menegaskan bahwa hubungan mereka di belakang Illana memang nyata.

Mark membuka pintu dengan mudah karena mengetahui kode masuk penthouse, ia sempat terdiam melihat istrinya masih tertidur di sofa. Ini bukan kebiasaan Illana, meski tubuhnya sangat lelah, wanita itu takkan terbaring di sofa seperti sekarang.

"Dia mungkin menunggumu, Mark," ucap Deborah seraya menggandeng mesra lengan kekasihnya.

"Mungkin." Mark mendekat, ia sempat berdeham sebelum menyentuh bahu Illana, berusaha membuatnya terbangun menghadapi kenyataan pahit yang terjadi. "Illana, bangunlah. Aku sudah pulang."

Wanita berambut cokelat itu perlahan tersadar, ia membuka kelopak matanya, mengerjap menemukan sebuah tangan memegang map cokelat mengambang di dekat wajah Illana.

"Mark." Ia beranjak seraya menggucak mata. "Kau sudah—" Ia hampir tersenyum seperti yang selalu dilakukannya sepanjang hari ketika berinteraksi dengan Mark, tapi melihat Deborah begitu senang memeluk lengan Mark—cukup membuat Illana tersadar bahwa pernikahannya telah retak. "Kau sudah kembali, aku pikir kau telah melupakan rumahmu."

"Aku takkan lupa."

Ekspresi Illana sangat sayu, ia terus menatap tangan Deborah begitu nyaman mengunci lengan Mark, sementara pria itu masih berstatus sebagai suami Illana.

"Ah. Maaf." Deborah menyadari sesuatu, ia segera melepaskan Mark seraya tersenyum lebar. "Aku akan menunggu di luar." Ia berniat pergi, tapi Mark menahannya.

"Tidak, Deborah. Tetaplah di sini, kau harus menjadi saksi perpisahan antara diriku dan Illana." Mark berbicara tanpa berkedip ketika arah matanya menuju Illana, ia cukup yakin terhadap keputusan itu meski sempat ragu.

"Bajingan." Illana mengumpat lirih. "Aku sempat berpikir saat kau kembali untuk mengatakan bahwa takkan ada perceraian, dan kau ingin memperbaiki hubungan ini, atau merobek kertas itu di depan wajahku."

"Mengapa aku harus melakukannya saat kau menjadi pihak pertama yang memulai semua ini, huh?"

Deborah terdiam, tapi tetap menikmati drama pernikahan di dekatnya seraya melipat tangan di dada.

"Aku melakukannya karena sangat terluka, tapi kau bahkan tak berniat membuatku merasa tenang." Ia menggeleng, sepasang matanya mulai berkaca. "Tidak sama sekali, dan kau membawanya kemari, menunjukan padaku, kau memamerkannya kepada seluruh dunia jika telah berhasil menyakitiku, Mark."

Pria itu tak menanggapi, ia meraih tangan Illana dan meletakan map cokelatnya di sana. "Aku sudah mengisi tandatangan seperti keinginanmu."

"Apa kau tidak memiliki rasa malu, huh?"

Mark masih terdiam.

"Aku tidak ingin mengungkit apa pun, karena aku sangat tulus mencintaimu, tapi kau membalas kebaikanku dengan cara seperti ini."

"Aku harus membayar seluruh kerugianmu, Illana?"

Wanita itu tak bersuara, ia beralih menyambar ponsel serta sling bag dari permukaan meja dan berniat pergi dari tempat ini.

"Kau akan segera pergi?" tanya Mark.

"Ya. Aku sudah muak melihat wajahmu."

"Tunggu sebentar. Satu hal lain harus diluruskan sebelum berakhir." Mark bergegas menyingkir menuju lantai dua, kamar mereka berada di area tersebut.

Mark kembali membawa map lain, dia menunjukan sesuatu di depan Illana.

"Bukankah penthouse ini resmi menjadi milikku sejak pernikahan kita? Kau telah memberikannya sebagai hadiah pernikahan untukku, kau bisa melihat tandatangan kepemilikan di sini."

"Lalu?"

"Segera berkemas dan jangan kembali ke rumah ini, Illana."

Wanita itu menatap Mark tanpa berkedip, Illana tak pernah berpikir bahwa Mark akan mengucapkan kalimat pengusiran seperti ini—meski sangat besar terjadi—mengingat pernikahan mereka berakhir, tapi tidak secepat ini.

Dada Illana bergemuruh, rasanya menjadi semakin sesak seperti ditekan dari segala sisi, siapa pun tak membiarkannya bernapas dengan bebas.

Ia tidak pernah mencintai siapa pun, tapi ketika Illana berhasil menemukan seseorang yang berhak mendapat seluruh perhatian sekaligus cinta sepanjang hidupnya, ia justru menerima kejutan paling jahat.

"Haruskah aku mengurusnya untukmu?" Mark mulai kehilangan kesabaran.

"Terserah."

"Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan kembali membawa kopermu kemari."

Saat Mark kembali menyingkir menuju lantai dua, Deborah mencoba berinteraksi dengan Illana.

"Illana, meski terdengar konyol, tapi aku tetap harus meminta maaf kepadamu." Ia menyentuh bahu Illana, lalu berdiri di depannya. "Pasti kau sangat kecewa karena harus bercerai dengan Mark, tapi aku juga—"

"Kau mengajarinya melukai orang lain yang sudah membantunya berdiri. Apa itu hal baik?"

Deborah mengulum bibir, posisi wanita itu sangat salah, tapi ia berusaha membuat dirinya tak terlalu buruk di mata orang lain.

"Aku pergi saat itu karena harus melanjutkan pendidikanku. Aku tak bisa mengatakannya kepada Mark, sehingga menghilang begitu saja. Aku takut jika jujur, dia akan meninggalkanku."

"Tapi dia memang meninggalkanmu. Dia menikah denganku, lalu kau kembali dan merebutnya, huh? Kau tidak bisa memikirkan perasaan sesama wanita?" Emosi mendatangi Illana, ia menatap tajam Deborah seraya menggerakan tangan—menunjukan rasa frustasinya.

"Karena aku memang tidak pernah berniat berpisah darinya, aku masih sangat mencintai dan menginginkannya. Aku kembali untuk Mark, dan dia masih membuka diri untukku."

"Jadi, menurutmu aku telah bersalah, huh?"

"Tidak, Illana. Aku justru ingin berterimakasih karena kau telah menjaga dan merawat Mark di sini, kau mengurusnya dengan baik, sehingga dia baik-baik saja."

Illana tertawa hambar. "Wanita gila. Tentu saja aku harus mengurusnya karena dia adalah suamiku, kau bahkan tidak bisa menggunakan kalimatmu dengan benar, tapi kau mudah mencuri pria milik seseorang."

"Illana—"

"Berhenti menjelaskan dirimu kepadaku, semakin banyak mendengarnya membuatku sangat muak, Deborah."

Suara ketukan pantofel membuat kedua wanita itu terdiam, Deborah kembali pada posisi awal.

Illana menelan ludah ketika Mark mengangkat koper besarnya dan meletakan benda itu di dekat sang istri.

"Silakan. Aku telah mengurusnya untukmu, kau bisa pergi sekarang. Kau pasti merasa sangat lega, bukan?"

"Bajingan."

"Sesuai keinginanmu, setelah ini aku akan menghubungi orangtuamu untuk menjelaskan semuanya. Mengatakan bahwa kau menginginkan perceraian."

"SEMUA INI TAKKAN TERJADI JIKA KAU TAK BERKHIANAT DARIKU, MARK. KAU BELUM JUGA MENGAKUINYA, HUH!!!"

"Sst. Tahan dirimu, Illana. Aku tahu kau pasti sangat kelelahan, segeralah pulang dan beristirahat lebih banyak."

"Kau akan menyesali hari ini, Mark. Kau benar-benar membuangku meski telah membantumu berdiri saat sulit."

"Terima kasih."

Illana berjalan seraya menyeret kopernya keluar dari sana, ia sudah kalah dan hancur, ia menangis setelah pintu tertutup rapat.

"Aku takkan pernah melupakan hari ini, Mark. Takkan pernah."

***

1
D_wiwied
gercep sekali paman satu ini, takut illana berubah pikiran ya /Joyful/
D_wiwied
ga usah cemburu mark, salahmu sendiri yg melepas illana demi masa lalumu
Belinda Dayes
Duh, thor. Update dong, gak bisa tidur nih gara-gara penasaran 🙄
Niki Fujoshi
Pengalaman yang luar biasa! 🌟
ADZAL ZIAH
lanjut kak... dukung juga novel ku ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!