Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 : Otw ketemu camer.
Beberapa minggu begitu cepat berlalu, perjuangan selama 3 tahun kini sedang dipertaruhkan selama beberapa hari saja. Karena Viola sedang menghadapi ujian nasional, Raka sengaja menjaga jarak agar kekasihnya itu bisa fokus belajar demi mendapatkan nilai sempurna dan bisa masuk ke perguruan tinggi seperti apa yang diimpikan oleh Viola.
"Raka__ akhirnya kamu pulang juga sayang. Mama kangen___" ujar Lisa memeluk tubuh sang putra yang sudah hampir setahun ini tinggal jauh darinya.
Ya, disinilah sekarang Raka berada, dirumah kedua orang tuanya. Tidak banyak yang berubah, rumah itu masih sama seperti terakhir Raka tinggalkan. Hanya menambahkan beberapa perabot yang mamanya beli sebagai hiasan didalam rumah.
"Kak, kakak gak pergi-pergi lagi kan? Dafa bosan main sendirian di rumah," ujar Dafa yang ikut menyambut kedatangan sang kakak.
Raka mengusap kepala adiknya, "Gak kok, kakak gak kemana-mana lagi. Papa dikantor Ma?" tanyanya pada sang mama.
Lisa menganggukkan kepalanya, "Iya, biasa papa kamu lebih sibuk sama pekerjaannya ketimbang sama kita. Tapi mama senang, karena kamu sudah pulang jadi mama gak kesepian lagi."
Raka dan Dafa menarik kursi untuk duduk, sementara Lisa mulai menyiapkan beberapa menu makanan diatas meja makan. Seorang asisten rumah tangga ikut membantu kegiatan Lisa.
"Kak tau gak? Waktu itu Dafa ketemu sama cewek galak pas Dafa lagi nemenin mama ke supermarket. Masa Dafa dikatain tuyul," cerita Dafa, mengingat kejadian beberapa minggu lalu saat di supermarket.
Raka tertawa mendengar cerita adiknya, "Masa sih? Emang cewek mana yang berani ngatain adik kakak ini tuyul?"
"Itukan salah Dafa main ngilang-ngilang gitu aja ditempat umum. Mama juga nyariin." Lisa membawa dua buah piring yang berisi lauk dan meletakkannya di atas meja makan. "Dafa, nanti selesai makan Dafa bantuin mama beresin gudang ya? Biar si bibi beres-beres didepan."
Dafa mengacungkan dua jempol tangannya, "Oke ma."
"Abis makan Raka pamit sebentar ya Ma. Raka mau jemput teman Raka dulu."
Lisa tersenyum menggoda, "Hmm, temen apa demen ini? Gadis yang kamu bilang mau dikenalin ke mama? Ajak main kesini dong, biar mama bisa kenalan juga."
"Iya ma, ini niatnya juga Raka mau ajak main kesini. Sekarang dia lagi ikut ujian nasional." Raka mulai menyendok nasi dan beberapa lauk ke atas piring.
"Dia kakak kelas kamu? Wah sejak kapan nih anak mama jadi suka sama cewek yang usianya lebih tua. Pantes Hilda dianggurin." Lisa menarik kursi duduk di hadapan Raka.
"Cuma selisih beberapa bulan doang kok Ma. Tapi kalau didepan dia, mama jangan ngomongin masalah umur ya Ma? Soalnya dia agak sensitif kalau ngomongin masalah umur." Raka ingat saat ulang tahun Viola berapa minggu lalu, gadis itu menghindarinya seharian hanya gara-gara perkara soal umur yang selisih sedikit dengannya. Alhasil Raka harus membujuknya dan mengajaknya pergi keluar ke pasar malam.
"Iya iya, mama paham kok."
_
_
_
Viola berjalan keluar dari ruangan kelas bersama dengan Bu Siska dan teman-teman yang lainnya.
"Kalian sudah punya rencana mau masuk ke universitas mana?" Tanya Bu Siska, mereka menghentikan langkah kaki mereka dan saling menatap satu sama lainnya.
"Sudah dong Bu, universitas menuju pelaminan, haa___haa__" Denis memang paling bisa membuat suasana jadi ramai seramai pasar malam.
Bu Siska menepuk jidatnya, "Ya ampun Denis! Kamu ini gak ada serius-seriusnya. Kapan kamu bisa serius coba!"
"Nanti Bu, kalau dia mau ngelamar cewek, baru bisa serius dia," jawab Rama diiringi gelak tawa teman-teman yang lain.
Lagi-lagi Bu Siska cuma bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah absurd anak-anak didiknya. Bu Siska menoleh ke arah Viola yang berdiri anteng di sampingnya.
"Viola, kamu jadi pacaran sama Raka?"
"Lah si Ibu kocak nanyanya. Yang ada tuh gini Bu nanyanya, Viola, kamu kapan mau nikah sama Raka? Nanti ibu di undang ya, biar bisa makan-makan gratis plus enak," lagi-lagi Denis membuat suasana menjadi ramai. Viola yang jadi topik utama pembicaraan langsung merona malu.
"Nih Bu, udah di stempel sama Raka." Dian mengangkat tangan kiri Viola dimana sebuah cincin sudah tersemat di jari manisnya.
Pak Didin yang mendengar suara ribut-ribut langsung datang menghampiri Bu Siska dan anak-anak muridnya, "Ada apa ini Bu Siska? Saya dengar dari kejauhan kok sepertinya ramai sekali. Seperti lagi bagi-bagi sembako."
"Ini Pak, Viola abis lulus mau langsung nikah!" Jawab Denis dengan keras, Viola langsung melotot dan menggelengkan kepalanya cepat, bisa-bisa Pak Didin salah paham lagi.
"Ehh_ E-enggak kok, jangan percaya Pak, Bu. Orang Vio masih mau lanjut sekolah juga,"
Pak Didin yang mendengar kata nikah langsung menyempong poninya ke samping. Sebelum pak Didin kembali berucap, Viola buru-buru menyalami Pak Didin dan Bu Siska.
"Pak, Bu, Vio pamit pulang dulu!" Viola langsung ngibrit sebelum menjadi bahan olok-olokan teman-temannya lagi. Pak Didin hanya bisa mengelus dada sambil tersenyum lebar sambil menatap kearah kepergian Viola yang sudah semakin menjauh.
"Benar-benar calon istri idaman ini mah," gumamnya pelan namun masih terdengar oleh sebagian anak-anak disana hingga suasana kembali riuh.
Didepan gerbang, Raka sudah standby, kali ini dia membawa motor sportnya. Motor matic-nya sengaja dia tinggalkan di rumah Pak Rahmat untuk dipakai oleh Dodo. Papanya juga sudah memberikan sejumlah uang sebagai bentuk terimakasih kepada keluarga pak Rahmat. Selain itu, papanya juga sudah membayar orang untuk merenovasi rumah pak Rahmat.
"Raka, kamu kok disini?" Viola menatap motor yang dipakai Raka. Penampilan Raka kali ini terlihat sedikit berbeda, meskipun tidak begitu mencolok, karena hanya mengganti motor dan helmnya saja dari motor matic menjadi motor sport.
"Sengaja mau jemput kamu. Gimana ujiannya, gampang?" Tanya Raka.
Viola hanya mengangguk, tak ada senyuman diwajahnya. Padahal biasanya kalau melihat Raka, wajahnya langsung sumringah. Apalagi mereka sudah beberapa hari gak saling ketemu.
"Kenapa? Kamu nggak suka aku jemput?" tanya Raka.
Viola menggeleng cepat, "Gak, bukan gitu."
"Terus kenapa? Kok wajahnya suram?"
Viola kembali diam, mencoba memikirkan kata-kata yang pas, "Kamu udah janji gak akan balapan lagi kan?"
Raka tertawa renyah, rupanya gadisnya ini sedang berfikir yang macam-macam lagi.
"Emang siapa yang mau balapan? Gara-gara aku pakai motor ini?" Tanyanya yang dijawab anggukan oleh Viola. "Aku tuh udah pulang kerumah. Motor matic-nya aku tinggal buat dipakai sama Dodo. Aku kesini mau jemput kamu sekaligus mau aku ajak ke rumah aku buat ketemu sama mama dan adik aku. Mau gak?"
"Heh___" kedua mata Viola membulat, wajahnya langsung bersemu merah. Duh, dia kan belum mempersiapkan mental buat ketemu sama calon mertua. Bagaimana ini? Bagaimana kalau keluarga Raka gak suka sama dia?
"What? Otw ketemu camer? Duh, kok gue deg-degan ya,"
Raka meraih tangan Viola dan membantu memakaikan helm untuk menutupi kepalanya supaya tidak kepanasan. Dia naik ke atas motor besarnya dan disusul oleh Viola yang membonceng dibelakangnya. Motor itu melaju membelah jalanan kota yang cukup padat, menuju ke rumah Raka.
...❤️❤️❤️...
mulai nakal ya Vio....
lanjutkan 😆😆😆😆
sama kita Vio....
Bian kamu dicariin adenya Revi tuh. 🤭
aq jarang online di NT 🙏