Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Spesial?" Lagi-lagi Arumi dibuat bingung oleh ucapan Erlan.
"Iya, spesial." Erlan mengangguk mantap.
"Maksudnya?"
"Gak tau. Pokoknya spesial aja." jawaban Erlan kali ini setengah bergurau, diiringi suara tawa khasnya.
Sedang Arumi, akhirnya ikut tertawa mengikuti Erlan.
"Kamu kok bisa tau nomor ponsel ku?" tanya Arumi saat tawa mereka sama-sama reda.
"Nyuri di ponselnya Rika." Jawab Erlan seraya tertawa kecil.
"Jadi Mas Erlan ngambil nomor aku dari ponselnya Rika diam-diam gitu?"
"Iya.. hehe." jawab Erlan.
"Kenapa?"
"Aku takut dia marah." jawab Erlan lagi.
Perasaanku Arumi seketika jadi tak enak. Sementara Erlan terlihat menyesal dengan apa yang baru saja ia ucapkan.
Arumi terdiam begitu juga dengan Erlan. Mereka kini sama-sama canggung kerena topik pembicaraan mereka itu.
"Aku pamit pulang dulu ya, Mbak. Masih banyak pekerjaan yang belum beres." ucap Erlan setelah mereka sama-sama bungkam cukup lama.
Arumi mengangguk pelan.
"Simpan baik-baik ya foto dari aku!" Ucap Erlan sebelum melangkah pergi.
"Iya Mas."
"Dah, Mbak Arumi!" Erlan segera melangkah pergi.
Sedangkan Arumi terus saja menatap kepergian Erlan dengan perasaan yang campur aduk. Antara senang dan sedikit perasaan berdosa. Merasa berdosa pada Rika dan Ibrahim.
***
Jam sudah menunjukkan hampir pukul dua belas malam, tapi Ibrahim masih belum pulang ke rumah. Pria itu memang sering pulang terlambat bahkan sampai rumah dalam keadaan mabuk.
Tetapi kali ini lain. Biasanya ia tak mungkin sampai selarut ini.
Arumi sangat khawatir. Ia takut terjadi apa-apa pada Suaminya. Bayang-bayang kejadian yang mengerikan seketika menari-nari di kepala Arumi.
Arumi terus berusaha menghubungi Ibrahim, tapi Ibrahim tak kunjung menerima panggilannya.
Arumi bahkan terus mencobanya berkali-kali. Ia, benar-benar tak tenang kalau belum mengetahui keberadaan Ibrahim dan sedang apa dia sekarang.
***
Rupanya sampai pagi menjelang, Ibrahim tak kunjung ke rumah.
Arumi sampai tak tidur semalaman, dan hanya mondar-mandir di ruang tamu lalu sesekali melihat ke luar jendela berharap melihat sosok Ibrahim.
Sampai jam tujuh pagi, akhirnya orang yang tunggu-tunggu Arumi menampakkan diri.
Ia melihat mobil Ibrahim akhirnya muncul dan berhenti tepat di halaman rumah itu.
Ibrahim bergegas keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah.
Ibrahim yang melihat keberadaan Arumi, seketika ekspresinya berubah lain. Pria itu kini terlihat gugup saat bertemu tatap dengan Arumi, tak seperti biasanya.
"Mas Ibrahim dari mana aja?" tanya Arumi cemas.
Arumi menatap lekat tubuh Ibrahim dari atas sampai bawah. Penampilannya terlihat berantakan dengan baju yang sudah kusut. Dan tentu saja berbau alkohol yang menyengat.
"Aku nginep di rumah teman." jawab Ibrahim seraya melenggang pergi.
Ibrahim seolah tengah berusaha menghindari pertanyaan Arumi.
Ibrahim terlihat masuk ke dalam kamar mandi setelah melepas semua pakaiannya dengan tergesa-gesa.
"Mas Ibrahim mau langsung berangkat kerja?" tanya Arumi dari luar.
"Iya!!" jawab Ibrahim singkat dari dalam kamar mandi.
Arumi mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi pertanda Ibrahim sudah memulai aktivitas mandinya.
Arumi memungut satu persatu pakaian Ibrahim yang berserakan di lantai.
Tapi matanya seketika membelalak sempurna saat melihat bercak merah di kemeja putih Ibrahim.
Deghhh!!!
Perasaan Arumi tiba-tiba merasa tak nyaman. Kepalanya seketika terasa berputar saat menerka-nerka bercak merah apa itu.
Arumi menatapnya lagi dengan teliti. Noda itu terlihat bekas lipstik. Tapi lipstik siapa?
Apa mungkin suaminya semalam bersama seorang wanita?
"Ya... Tuhan." Gumam Arumi. Ia benar-benar di syok oleh dugaannya sendiri.
"Enggak ... Enggak... Gak mungkin..." batin Arumi mengelak.
Tak mungkin Ibrahim berbuat hal seperti itu. Bukankah ia mencintai Arumi? Tak mungkin Ibrahim mengkhianatinya begitu saja.
Arumi menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran buruk terhadap suaminya.
Mungkin saja ini bukan noda lipstik, tapi noda lain yang tak sengaja menempel. Ia hanya berpikir terlalu berlebihan.
Arumi kembali meneruskan aktivitasnya. Arumi memasukan pakaian kotor itu ke dalam keranjang. Setelah itu, Arumi menyiapkan pakaian ganti untuk Ibrahim yang akan pria itu kenakan sebelum berangkat ke kantor.
"Mas, mau aku siapin sarapan dulu!" Teriak Arumi pada Ibrahim yang masih berada di dalam kamar mandi.
Arumi meletakkan kemeja dan celana dengan dalaman Ibrahim di atas ranjang.
"Gak usah, Rum! Aku udah telat banget!" Teriak Ibrahim dari dalam kamar mandi.
"Oh ya udah."
Arumi segera melakukan aktivitas lain. Seperti biasa Arumi harus merapikan kembali barang-barang Ibrahim yang berada dalam tas kerjanya.
Memasukkan apa saja yang penting, yang mungkin terlupakan oleh Ibrahim.
Tapi, tiba-tiba saja ponsel milik Ibrahim yang berada di tas kerjanya itu berdering.
Rupanya ada satu panggilan masuk dari nomor tanpa nama. Arumi mencoba mengabaikannya saja, benda pipih itu hanya Arumi letakkan di atas nakas.
Tapi, suara deringan ponsel itu terus saja berlanjut. Sepertinya yang menghubungi berusaha melakukan panggilan berulang-ulang.
"Apa mending aku angkat aja, ya? Mungkin saja orang itu menghubungi Mas Ibrahim karena sesuatu yang penting. Masalah kerjaan mungkin." batin Arumi sambil meraih ponsel Ibrahim.
Setelah itu Arumi segera menerima panggilan itu.
"Halo, Ibrahim!" terdengar suara seorang wanita di seberang sana.
Seketika tubuh Arumi meremang. Dadanya tiba-tiba bergemuruh karena suara itu.
"Ya, Tuhan, siapa wanita ini? Apa hubungan dia sama Mas Ibrahim? Kenapa dia menghubungi suamiku?" batin Arumi dengan rasa takut yang sangat luar biasa.
"Halo, Ibrahim!" Wanita itu mengulangi ucapannya.
"M-m-maaf, anda siapa ya?" tanya Arumi dengan gugup.
Belum sempat wanita itu menjawab pertanyaan Arumi, tiba-tiba saja Ibrahim mengambil paksa ponsel itu dari tangan Arumi.
"Apa yang lagi kamu lakuin, Arumi!" maki Ibrahim seraya menarik paksa ponsel miliknya dari genggaman Arumi.
Setelah mendapat ponselnya, Ibrahim dengan cepat mengakhiri panggilan dari wanita itu.
Rupanya Ibrahim sudah keluar dari kamar mandi. Dan kini raut wajahnya terlihat marah karena melihat tingkah Arumi.
"Dia siapa, Mas?" tanya Arumi dengan mata yang sudah memerah.
"Siapa gimana maksud kamu?"
"Wanita yang barusan menghubungi kamu siapa, Mas?" Arumi meralat ucapannya.
Ibrahim menatap layar ponselnya. Ia mencoba mencari tahu siapa seseorang yang menghubunginya tadi.
"Dia sekertaris atasan aku." Jawab Ibrahim sedikit gugup.
"Sekertaris?" Kedua alis Arumi seketika bertaut.
"Iyaa."
"Suaranya jelas-jelas bukan Ita, Mas." Ucap Arumi yang memang mengenal siapa sekertaris atasannya Ibrahim.
Karena wanita itu adalah teman Arumi semasa sekolah.
"Dia sekertaris baru." kilah Ibrahim tanpa berani menatap Arumi.
"Beneran Mas?" tanya Arumi lagi karena ia tak akan mudah percaya begitu saja.
"Ya, beneran lah." Ibrahim kini terlihat semakin gugup saat hujani beberapa pertanyaan oleh Arumi.
"Kenapa dia menghubungimu?"
"Udah deh, Arumi, ngapain sih kamu menginterogasiku kaya gitu. Kamu gak percaya sama aku, hah? Emang kamu pikir dia siapa? Selingkuhan aku? Gitu?"
Arumi mendadak bungkam. Rasanya sulit sekali untuk membenarkan ucapan Ibrahim itu, kalau dirinya memang sedikit menaruh curiga pada Ibrahim.
"Heh, Arumi!" Ucap Ibrahim ketus.
"Aku gak suka ya, kalau kamu lancang ngutak-atik ponsel aku kaya barusan. Kamu gak sopan tau gak sih jadi istri. Kamu sama aja udah kurang ajar sama aku."
"Mas, aku bukannya mau kurang ajar sama kamu. Hanya saja .. .."
"Udah lah!" potong Ibrahim.
"Aku jadi males ngomong sama kamu!" Ucap Ibrahim kesal sambil mengenakan baju dan celana yang sudah Arumi siapkan.
Ibrahim memakai pakaiannya dengan cepat. Setelah itu, Ibrahim melenggang pergi begitu saja meninggalkan Arumi yang masih menahan amarahnya yang sangat luar biasa.
*************
*************
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,