Qin Ruyue, seorang permaisuri yang setia dan penuh kasih, mengalami pengkhianatan paling menyakitkan. Kaisar yang pernah dia cintai dengan sepenuh hati, serta adik tirinya yang menjadi selir, bersekongkol untuk menjatuhkannya.
Setelah melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan, Qin Ruyue disiksa tanpa ampun dan akhirnya dibunuh dalam kesengsaraan yang mendalam.
Namun, takdir memberikan kesempatan kedua yang tak terduga. Qin Ruyue tiba-tiba terbangun, dan mendapati dirinya kembali ke masa tiga tahun yang lalu, Qin Ruyue bertekad untuk mengubah segalanya.
Tidak lagi menoleh ke arah suami yang pernah mengkhianatinya dan adik tirinya yang berkhianat, Qin Ruyue membuat keputusan yang mengejutkan seluruh istana.
Dia akan mengungkap rahasia gelap istana, membalikkan keadaan, dan merebut kembali nasibnya kali ini, dengan caranya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERTEMU FENG BERSAUDARA
Tubuh pembunuh bayaran terhuyung kedepan, kemudian jatuh di atas tanah yang kering, darah mengucur deras, bola matanya membalik perlahan dan langsung menghembuskan nafas terakhir.
Melihat rekan-rekannya mati satu persatu, pembunuh bayaran yang tersisa berusaha untuk melarikan diri, namun mereka dihadang oleh para pengawal dari kediaman Adipati.
"Berhenti!" ucap salah seorang pengawal sambil menodongkan pedang di leher pria itu.
Qin Ruyue membuka tirai kereta, dia segera memberikan perintah. "Kirim dia ke yamen, tapi sebelumnya, biarkan pria itu menelan pil ini, dia tidak akan bisa berbohong!"
Melihat Qin Ruyue melemparkan botol giok kecil, pengawal lain segera menangkapnya, kemudian mengeluarkan sebuah pil berwarna hitam dan memasukkannya ke mulut pembunuh bayaran itu dengan paksa.
"Rasakan! Apa kau pikir bisa selamat jika menghalangi jalan kereta dari keluarga Adipati? Kau seharusnya tahu bahwa pengawal yang di kirim tuan, merupakan pasukan rahasia perbatasan yang telah bertarung lebih dari 10 tahun untuk mempertahankan negara." ucap pria itu sambil memukul tengkuk si pembunuh bayaran dengan tangannya.
"Lanjutkan perjalanan!" ucap Qin Ruyue dengan sangat santai, dia tidak terlihat seperti pembunuh berdarah dingin yang telah melenyapkan 8 nyawa sekaligus, menggunakan anak panahnya.
"Ya nona tertua!" jawab kusir dengan tenang.
Saat kereta melewati jalur berkelok, terjadi pertarungan antara 20 orang pasukan berpakaian hitam dengan 4 orang pemuda yang melindungi seorang gadis kecil.
Tubuh mereka telah di penuhi dengan luka dan mengeluarkan darah, namun tidak satupun dari mereka yang menyerah.
Qin Ruyue tersenyum tipis, akhirnya kejutan yang ia tunggu-tunggu datang. "Bantu mereka membunuh orang-orang itu! Sangat di sayangkan masih ada yang berani melakukan pembantaian di siang bolong. Benar-benar sampah!"
Para pengawal bergegas, mereka menerobos kepungan dan langsung bergerak cepat untuk melawan pasukan berpakaian hitam. Qin Ruyue memasang cadar di wajahnya, dia mengambil busur dan anak panah, kemudian membidik tepat di depan kereta kuda.
Syuuut!
Syuuut!
Jleb!
Jleb!
Jleb!
Dalam waktu 20 menit, pertarungan terhenti dengan kemenangan telak di kubu Qin Ruyue, kedua puluh pria berpakaian hitam berhasil di musnahkan, tubuh mereka di seret menuju tebing, kemudian di jatuhkan tanpa simpati.
"Apakah kalian baik-baik saja?" tanya Qin Ruyue sambil berjalan mendekat, dia mengeluarkan beberapa botol porselen berisi pil dan juga salep.
Keempat pemuda itu mengangguk sambil menjawab, "Terima kasih banyak bantuannya, dermawan!"
Qin Ruyue menggelengkan kepala, "Obati luka kalian, aku memiliki pakaian bersih di dalam kereta, pergi ganti!"
"Nona, sebaiknya anda menjauh dari kami, jika tidak, nyawa anda akan berada dalam masalah," ucap salah seorang pemuda, sambil membungkuk di depan Qin Ruyue.
Qin Ruyue tersenyum tipis, dia berbisik tepat di samping telinga pemuda itu, "Musuh dari musuh adalah teman!"
"Nona, apa maksud anda?" pemuda yang lain ikut bertanya.
"Namaku Qin Ruyue, putri tertua dari keluarga Adipati Zhenbai. Jika kalian bersedia untuk mengikutiku, aku bisa menjamin keamanan dan membantu untuk membalas dendam!" ucap Qin Ruyue dengan santai.
Keempat pemuda itu saling berpandangan, "Nona, mungkin anda salah mengenali orang kami tidak memiliki dendam dengan siapapun!"
"Benarkah? Apakah menurut kalian kematian jenderal Feng tidak pantas untuk di bayar? Dia telah hidup dan menjaga perbatasan selama lebih dari 20 tahun, tapi pada akhirnya di cap sebagai seorang pemberontak dan dieksekusi. Apakah aku salah?" ucap Qin Ruyue.
Keempat pemuda itu mengepalkan tangannya, "Apa yang anda inginkan?"
"Tidak banyak! Aku akan melatih kalian agar bisa menjadi ahli beladiri tingkat tinggi, hanya saja bayarannya tidak murah!" ucap Qin Ruyue.
"Katakan!" pemuda yang paling tua berbicara, auranya dingin di sertai tatapan mata yang galak.
"Semua orang di ibukota tahu bahwa aku adalah calon menantu keluarga istana, aku akan membuka jalan bagi kalian untuk bisa bergabung dan menjadi mata-mata. Bagaimana? Apakah kalian tertarik?" tanya Qin Ruyue dengan tenang, nadanya tidak rendah hati ataupun sombong.
Keempat orang pemuda itu terdiam, mereka masih belum berani untuk mengambil keputusan secara gegabah. Li Mei turun dari kereta dengan membawa tumpukan pakaian berwarna hitam, ada juga ikat kepala berwarna hitam dan topeng separuh wajah.
"Ambillah, sebentar lagi para prajurit dari istana kekaisaran pasti akan datang ke tempat ini untuk memeriksa kematian kalian berlima, kalian bisa bergabung denganku atau melarikan diri, keputusan ada di tangan kalian sendiri!" ucap Qin Ruyue sambil berbalik, dia tidak terlalu suka bertele-tele.
"Li Mei! Ayo pergi!" ucapnya, Li Mei mengangguk, gadis pelayan itu berjalan mengikuti Qin Ruyue.
"Tunggu!" salah seorang pemuda akhirnya bereaksi.
Qin Ruyue menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap wajah pemuda itu, "Apakah ada hal yang ingin kalian bicarakan denganku?"
"Jika kami bersedia untuk bergabung, bisakah anda melindungi adik bungsu kami? Dia baru saja berusia 5 tahun," ucapnya sambil menunjukkan sosok mungil yang sejak tadi mereka lindungi.
"Tidak masalah!" jawab Qin Ruyue sambil tersenyum.
"Segera ganti pakaian kalian, mulai hari ini kalian bukan lagi nona muda dan tuan muda dari keluarga Feng, melainkan bawahan dari nona tertua keluarga Adipati. Kalian akan tinggal di kediamanku dan berlatih agar semakin kuat!" ucap Qin Ruyue, dia membiarkan mereka duduk bersamanya di dalam kereta.
"Nona!" panggil salah seorang pengawal.
"Lanjutkan perjalanan ke kuil! Kalian bersihkan bekas kekacauan di sini dan sebarkan berita bahwa nona dan tuan muda dari keluarga Feng menemui musibah, kereta mereka terjatuh dari tebing dan jasadnya tidak bisa di temukan!" ucap Qin Ruyue dengan santai sambil menyuapkan buah anggur ke mulut nya.
Pengawal itu mengangguk, dia membawa 3 orang rekannya untuk menyelesaikan tugas, sementara 6 orang pengawal yang lain terus mengikuti kereta yang membawa Qin Ruyue menuju kuil.
Li Mei mengambil beberapa cangkir kemudian menuangkan teh, dia menyerahkannya pada Feng bersaudara, ada juga kue dan beberapa makanan kering yang dia tempatkan di atas meja.
"Makanlah! Kalian pasti sangat lapar!" ucap Qin Ruyue, kelima orang di depannya tidak lagi bersikap malu-malu dan langsung makan dengan lahap, mereka memang sangat lapar dan belum memakan apapun sejak kemarin.
"Nona, apakah anda tidak takut menyinggung kaisar? Kami adalah buronan," ucap salah seorang pemuda sambil menatap wajah tanpa ekspresi Qin Ruyue.
"Bagaimana aku bisa menyinggung kaisar? Seluruh anggota keluarga Feng telah musnah, orang-orang yang duduk denganku saat ini adalah bawahanku, orangku sendiri. Apakah kaisar perlu mengidentifikasi identitas bawahan calon menantunya?" jawab Qin Ruyue sambil menarik sudut bibirnya ke atas.
Keempat orang pemuda itu saling berpandangan kemudian tersenyum manis, berbeda dengan gadis kecil di depannya yang segera melompat kemudian duduk di pangkuan Qin Ruyue. "Kakak, anda sangat cantik!''
Qin Ruyue menyentuh hidung gadis itu, "Kau masih sangat kecil, tapi mulutmu benar-benar manis."
Semua orang langsung tertawa melihat pemandangan itu, mereka saat ini sudah mulai bersantai dan melepaskan kewaspadaan.
"Sebelumnya aku mendengar bahwa keluarga Feng memiliki empat orang anak, tapi kenapa sekarang menjadi 5?" tanya Qin Ruyue.
Batuk!
"Nona, yang mereka maksud adalah 4 orang anak laki-laki, bukan hanya 4 orang anak." jawab pemuda yang paling tua menjelaskan.
Kereta kuda kembali berhenti, kali ini kusir langsung bersuara. "Nona, kita sudah sampai di kuil!"
"Baiklah!" jawab Qin Ruyue, dia melirik ke arah orang-orang yang ada di dalam kereta.
"Kalian tidak perlu turun, aku akan pergi sendiri, tidak akan memakan banyak waktu!" ucap Qin Ruyue.