Ini kisah tentang kakak beradik yang saling mengisi satu sama lain.
Sang kakak, Angga Adiputra alias Jagur, rela mengubur mimpi demi mewujudkan cita-cita adik kandungnya, Nihaya. Ia bekerja keras tanpa mengenal apa itu hidup layak untuk diri sendiri. Namun justru ditengah jalan, ia menemukan patah hati lantaran adiknya hamil di luar nikah.
Angga sesak, marah, dan benci, entah kepada siapa.
Sampai akhirnya laki-laki yang kecewa dengan harapannya itu menemukan seseorang yang bisa mengubah arah pandangan.
Selama tiga puluh delapan hari, Nihaya tak pernah berhenti meminta pengampunan Angga. Dan setelah tiga puluh delapan hari, Angga mampu memaafkan keadaan, bahkan ia mampu memaafkan dirinya sendiri setelah bertemu dengan Nuri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Mas Angga, ini benar jalur yang kita lalui tadi kan?" Tanya Nuri penuh keheranan.
"Iya benar. Aku ngikut jalur benang yang terbentang. Dan buktinya sekarang kita sudah berada di pintu masuk tadi Mbak."
"Kita start masuk ke lorong di pagi hari. Dan menurut Mas Angga kita berada di dalam sudah berapa lama?" Angga mulai tahu arah pertanyaan Nuri. Angga yang berada di belakang wanita itu langsung menelusup ke depan, memastikan keadaan luar.
"Malam." Gumam keduanya.
Angga dan Nuri saling bersitatap. Mereka bertukar pikiran tentang lamanya perjalanan di dalam lorong bawah tanah. Keduanya merasa hanya sekejap melakukan penyusuran disana. Tetapi keluar-keluar langit kembali malam.
Setelah pandangan mata Angga berkeliling, pemuda itu tiba-tiba terperanjat disertai mengucap istighfar berkali-kali. Otomatis Nuri bertanya ada apakah gerangan?
"Ada apa Mas Angga?"
"Lihatlah kesana."
Ada langit berwarna senja mirip langit sore menjelang malam. Langitnya berwarna kemerahan kontras dengan langit malam yang hitam pekat. Benak Nuri bertanya-tanya, kenapa bisa dalam satu waktu ada dua situasi?
"Kok bisa?" wanita itu berlirih.
Angga menggenggam tangan Nuri karena intuisi melindunginya. Pemuda itu memejamkan mata, meminta petunjuk pada Tuhannya agar diberikan jalan.
"Mbak, yang di sana (sambil mengarah langit sore) bisa jadi portal dimensi lain. Aku sebenernya kurang yakin kalau hari sudah malam. Tetapi bisa jadi di dalam sana kita tanpa sadar sudah berjam-jam melakukan penelusuran. Lihat jam hp sudah menunjukkan malam."
Ah iya benar. Periksa jam. Nuri langsung melihat jam di hp nya, dan ternyata sudah lowwbatt. Jam tangannya menunjukkan sebelas malam. Perut mereka yang keroncongan sudah tidak bisa mengalahkan rasa ingin keluar dari sana. Angga menarik Nuri untuk pulang bersamanya.
Nuri sudah mulai deg-degan. Dia baru pertama kali mengalami hal di luar nalar seperti ini. Ingin sekali Nuri bertanya tentang apa yang akan terjadi jika mereka masuk ke dimensi lain. Namun wanita itu urungkan niatnya melihat air muka Angga berpendar larangan jangan mengatakan apapun. Karena sesungguhnya lelaki itu juga dalam kondisi kalut.
"Jangan dekat-dekat." Gumam Angga.
Mendengar Angga bergumam, Nuri lekas menarik tangannya dari genggaman Angga. Pemuda itu terjingkat heran.
"Ada apa?"
"Tadi katanya Mas jangan dekat-dekat." jujur Nuri.
"Oh itu. Maksudnya bukan ke Mbak Nuri, tapi ke yang lain. Jangan tanya siapa ya Mbak. Pokoknya jangan di sini, nanti aku jelasin di tempat lain."
Oh begitu rupanya. Nuri manggut-manggut kemudian tangannya kembali di genggam Angga. Mereka berjalan cepat cenderung setengah berlari menuju keluar hutan. Jalan yang dilalui cukup menegangkan.
Sampai akhirnya dengan penuh perjuangan, Angga dan Nuri tiba di kediaman Angga. Semoga betulan rumah Angga yang mereka jejaki. Pikir kedua orang itu setelah mengalami kejadian tidak biasa.
"Alhamdulillah kalian sudah pulang." Sambut Ibu. Yang lain terdiri dari paman, bibi, dan Aji turut menyambut mereka penuh antusias. Apalagi paman yang ingin sekali memberondong banyak pertanyaan. Namun melihat bagaimana kondisi keduanya, niat tersebut segera di urungkan.
Saat mata ibu menangkap ekspresi Angga meringis menahan lapar, ibu langsung mengerti kondisi mereka.
"Kalian makanlah dulu, habis itu baru bebersih dan berisititahat. Mbak Nuri dan Nak Aji sebaiknya menginaplah disini. Hari semakin malam, Mbak Nuri juga kasihan terlihat kelelahan sekali." Pinta ibu. Paman dan bibi juga setuju.
Nuri dan Aji saling menatap, "Baiklah bu, kami akan menginap disini. Maaf sudah merepotkan." Sahut Aji mewakili.
"Tidak merepotkan Nak Aji, Mbak Nuri. Kalian malah banyak membantu kami. Kami yang sering merepotkan kalian."
Nuri tersenyum, "Gak apa-apa bu. Sudah menjadi tugas kami sebagai manusia harus saling tolong-menolong kepada sesama."
"Mbak Nuri sangat baik, mari ikut ibu masuk ke dalam."
Lain dulu lain sekarang. Kalau dulu Angga mendengus ketika Aji bertandang ke rumah, lain lagi yang saat ini merasa senang ketika Aji bilang menginap dirumahnya bersama Nuri.
...***...
Sementara di lorong bawah tanah.
Kawanan Balong berpesta miras di suatu ruang tak jauh dari tempat Angga dan Nuri yang tadi di sambangi. Sesungguhnya mereka hanya terpisah jarak beberapa meter.
"Pintu itu sudah kita tutup ujungnya yang akan menuju kearah sini. Itu cukup membuat anggapan mereka yang menemukan lorong itu hanya sebuah lorong terbengkalai lalu memutuskan kembali lagi. Ditambah mantra yang dipasang di pintu masuk telah menyempurnakan kerahasiaan tempat sekarang. Hahaaha. Ngelawan Balong gak akan pernah menang."
"Hidup ketua Balong!"
"Hidup!"
"Hidup ketua Balong!"
"Hidup!"
Balong alias kuntoro tertawa puas sekali. PR nya sekarang adalah mencari kembali gadis dari pedesaan terdekat. Sudah saatnya ia berganti oli dan menentukan ibu dari anaknya kelak.
Balong butuh generasi.
Namun terhitung dari sekarang, keberuntungan sudah tidak memihak lagi padanya.
.
.
.
Bersambung.
Alan bakal jadi bapak asuh sembara si putra manusia dan Setengahnya jin....
Semangat berkarya akak Ze ayank....🫶🫶🫶🫶🫶