Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan kehidupan gadis ini.
Meyva Maharani Nareswari, gadis muda, cantik nan mandiri, kini tengah di hantam dengan kepahitan yang luar biasa dalam hidupnya. Kecewa yang berlipat karena melihat sang kekasih hati yang berselingkuh dengan saudari tirinya sendiri. Di tambah lagi dengan fitnah keji yang di lempar sang mantan dengan tujuan untuk membuat playing victim agar pria itu tak di salahkan dan berbalik semua kesalahan justru jatuh pada Meyva.
Di selingkuhi, di fitnah, di tikung dari belakang, di usir dan satu lagi ... harus menikah dengan seseorang yang baru dia kenal secara mendadak.
Apakah Meyva bisa melewati semuanya?
Apakah kehidupan Meyva bisa jauh lebih bahagia setelah menikah atau justru sebaliknya?
Penasaran dengan kisah kehidupan Meyva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
❤️ Happy Reading ❤️
Setelah satu malam menginap di rumah Melda, Meyva memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Namun bukan pagi ini, melainkan nanti sore, karena dirinya harus pergi bekerja terlebih dahulu.
"Kamu serius mau pulang nanti?" tanya Melda saat mereka sedang sapan bersama pagi ini.
"Hem." sahut Meyva.
"Mey, kalau kamu belum kuat ... jangan di paksa, kamu bisa kok nginep lagi di sini." kata Melda yang masih belum tega melihat keadaan salah satu sahabatnya itu.
"Bener kata Melda, Mey." timpal ibu Arni, ibunya Melda. "Kamu jangan merasa gak enek atau ngerepotin, kami justru seneng kamu nginep di sini, karena kami sudah menganggap kamu seperti bagian dari keluarga ini." imbuh ibu Arni. "Bukan begitu Yah?" tanyanya pada sang suami.
"Iya itu benar Mey." jawab pak Riyan.
"Terimakasih om, tante, tapi Meyva memang harus pulang." kata Meyva. "Siap gak siap ya harus siap, karena sebetulnya tak ada gunanya Meyva terus menghindar sebab semua itu hanya mengulur waktu tanpa menyelesaikan masalah dan Meyva tak ingin hal ini semakin berlarut-larut." kata Meyva lagi dan semua pun mengangguk membenarkan apa yang Meyva katakan.
Karena sejatinya sebuah masalah itu harus di hadapi, di selesaikan bukan malah di hindari.
"Semoga kamu semakin tegar, kuat dan sabar menghadapi ini semua." ucap ibu Arni.
Mereka kemudian melanjutkan sarapan tanpa ada lagi yang berbicara hingga satu persatu pegu meninggalkan ruang makan untuk menuju ke tempat aktivitas masing-masing.
❤️
Tak ada semangat sekali rasanya dari pertama menginjakkan kaki di toko. Bahkan hal itu membuat seluruh karyawan yang ada di sana bertanya-tanya.
"Selamat pagi." sapa Meyva sambil berjalan ke arah lantai dua dimana ruangannya berada.
"Selamat pagi." balas mereka semua.
"Bu Mer." panggil Anis pada karyawan senior di sana, bisa di bilang wakil bos mereka.
"Hem." sahut Bu Meri tanpa mengalihkan pandangannya pada Meyva yang berjalan di tangga.
"Mbak Meyva kenapa?" tanya Anis namun Bu Meri hanya mengangkat bahunya tanda bahwa dia pun tak tau.
"Kemarin ceria, semangat banget kok sekarang jadi lemes gitu ya." kata Ana ikut menimpali.
"Sudah sana pada balik kerja, jangan ngurusin urusan pribadi orang." kata Bu Meri, sehingga mereka semua pun bubar dan melakukan pekerjaan masing-masing.
Tak mau penasaran, Bu Meri malah langsung naik ke lantai atas untuk bertemu dengan Meyva.
Walau bagaimanapun gadis itu sudah ibu Meri anggap seperti anak sendiri mengingat ibu Meri sudah kenal dan bekerja paling lama di sana, dari pertama Meyva merintis usaha ini.
Tok
Tok
Tok
"Masuk." seru Meyva yang sudah duduk di kursi miliknya.
Cklek
"Eh Bu Mer, ada apa Bu?" tanya Meyva setelah melihat siapa yang masuk ke dalam ruangannya.
Bu Meri berjalan dan duduk tepat di hadapan Meyva yang hanya berjarak satu meja kerja saja sebagai penghalang.
"Bu Mer boleh bertanya?" tanyanya.
"Oh tentu saja Bu, silahkan." kata Meyva.
"Apa nak Meyva sedang ada masalah?" tanyanya dengan hati-hati karena takut salah bicara.
"Kelihatan banget ya?" tanya Meyva sambil terkekeh sebentar. "Iya Meyva sedang ada masalah Bu, masalah yang teramat berat untuk Meyva hadapi." ucapnya dengan nada yang begitu sendu, bukan hanya itu ... bahkan saat ini sudah ada air mata yang kembali menganak sungai di pelupuk matanya, hanya tinggal dirinya berkedip maka sudah dapat di pastikan akan langsung terjun bebas dari sana.
"Ada apa?" tanya Bu Meri.
Meyva pun langsung menceritakan masalah yang dia alami kemarin. Memang selama ini Bu Meri merupakan salah satu orang tempat Meyva berkeluh kesah. Wanita paruh baya itu bisa menjadi sosok yang mengerti dirinya dan bisa membuatnya merasakan kasih sayang seorang ibu.
"Ya Tuhan." kaget Bu Meri yang sampai menutup mulutnya menggunakan tangan ketika mendengar apa yang di katakan oleh Meyva, bahwa tunangan dan saudari tirinya berselingkuh di belakangnya.
"Meyva gak tau lagi Bu, kenapa hidup Meyva seperti ini." lirih Meyva yang sudah menangis sedari tadi. "Satu persatu Meyva kehilangan orang-orang yang Meyva sayangi, mulai dari bunda, ayah yang sudah tak seperti dulu, terus sekarang Dimas." katanya lagi. "Apa Meyva memang tak pantas untuk bahagia Bu?" tanyanya dengan sesenggukan.
Bu Mer yang tak kuasa melihat Meyva pun langsung beranjak dari duduknya dan memeluk gadis itu.
"Mbak Meyva harus kuat, harus percaya kalau ada kebahagiaan yang menanti di depan sana setelah mbak Meyva bisa melewati ini semua." nasehat Bu Mer sambil memeluk Meyva, tak lupa dengan sebelah tangganya yang mengelus punggung Meyva agar sedikit lebih tenang. "Mbak Meyva gak boleh kayak gini, gak boleh nyerah, gak boleh terlihat lemah, karena apa ... kalau mbak seperti ini mereka justru akan lebih senang melihatnya." katanya lagi.
"Tapi Bu Mer, ini semua teramat sakit untuk Mey." ujar Meyva.
"Iya Bu Mer tau, tapi mbak Meyva gak boleh terlihat lemah, ayo tunjukan pada mereka bahwa mbak Meyva bisa bahagia." kata beliau memberikan semangat.
"Terimakasih Bu Mer." ucap Meyva.
"Iya, kalau gitu Bu Mer keluar dulu." pamitnya.
"Tolong handle toko dulu ya Bu Mer." pinta Meyva yang di angguki oleh wanita paruh baya itu sebelum benar-benar keluar dari ruangan.
❤️
Duh
"Ah." pekik Meyva saat dirinya terhuyung ketika telah menabrak seseorang saat berjalan.
"Kamu gak apa-apa?" terdengar suara seorang pria menyapa gendang telinganya saat Meyva menutup mata karena dia mengira akan terjatuh. "Apa begitu nyaman di pelukan saya sampai kamu tak juga beranjak? tanyanya lagi.
Meyva pun langsung membuka matanya saat mendengar perkataan sang pria.
"Eh." kaget Meyva saat menyadari bagaimana posisinya saat ini.
Pinggang rampingnya dalam rengkuhan tangan kokoh seorang pria yang sama sekali tak dia kenal.
"Maaf ... Maaf. '' ucap Meyva yang langsung melepaskan diri.
"Lain kali kalau jalan hati-hati nona, jangan sambil melamun." ujarnya.
Tapi saat Meyva ingin mengucapkan terimakasih, pemuda itu malah langsung berlalu pergi memasuki toko kue meninggalkan Meyva sendiri.
Meyva yang tak mau ambil pusing pun memilih untuk berlalu dan melanjutkan langkahnya ke arah dimana mobilnya terparkir.
"Lumayan cantik." gumam sang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Dave Anderson. Bahkan pemuda itu pun tersenyum tipis dan kalau tak benar-benar diperhatikan maka tak akan terlihat senyuman itu karena terlalu tipisnya.
Sedangkan di sisi jalan ada seorang pemuda yang sedang tersenyum smirk melihat hasil jepretan dari kamera ponselnya.
"Tak sia-sia tadi aku datang ke sini." ujarnya dengan tersenyum.