Yasmina Salsabilla atau yang akrab dengan sapaan Billa ini mengalami ketertinggalan dari teman-temannya yang sudah lebih dulu lulus kuliah disebabkan keterbatasan ekonomi dan membuatnya mengambil kuliah sambil bekerja. Akhirnya Billa dibantu oleh pamannya yang merupakan adik kandung dari almarhum ayahnya.
Dikarenakan mempunyai hutang budi, sang paman pun berniat menjodohkan Billa dengan anak salah satu temannya. Dan tanpa sepengetahuan sang paman, ternyata Billa sudah lebih dulu dilamar oleh Aiman Al Faruq yang tak lain adalah dosen pembimbingnya. Bukan tanpa alasan dosen yang terkenal dingin bak es kutub itu ingin menikahi Billa. Namun karena ia tidak mau mempunyai hubungan dengan sepupunya yang ternyata menaruh hati padanya. Aiman pun memutuskan untuk menikahi Billa agar sepupunya tidak mengganggunya lagi.
Bagaimana kisahnya, apakah Billa menerima lamaran dosennya ataukah menerima perjodohan dari pamannya?
Cerita ini 100% fiksi. Skip bila tidak suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisy Faya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cafe
Pagi ini Billa sudah duduk di kursi tunggu depan kantor jurusannya, ia melihat sekilas jam di layar ponselnya menunjukkan pukul 10.14, sudah hampir 30 menit ia menunggu kabar yang tak pasti dari sang dosen yang belum juga membalas pesan yang dikirimkannya sebelum ia berangkat ke kampus tadi.
Beberapa kali ia mengetukkan sepatunya ke lantai, menandakan ia sedang sangat bosan saat ini. Bahkan mbak Lis pun tidak terlihat di kursinya, membuat Billa tidak tahu harus bertanya kepada siapa.
Kursi tunggu yang berjumlah 16 buah sudah hampir terisi semua, ada yang sibuk dengan ponsel, ada yang cekikikan sambil membicarakan sesuatu bersama temannya, dan ada yang memandang ke depan dengan tatapan kosong. Ya itu adalah Billa.
Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya dan membuat Billa melebarkan matanya.
Pak Aiman Dosbing😈
Saya tidak ke kantor jurusan hari ini, kalau kamu mau konsul skripsi, datang ke Roast Rif Cafe.
“Apa- apaan sih ini, dasar dosen aneh.” Rutuk Billa dengan suara sangat pelan, takut jika terdengar oleh yang lain, pasti dia akan bermasalah karena mengatakan dosen aneh.
Tapi setelah berpikir beberapa menit, akhirnya Billa memilih untuk datang menemui dosennya di cafe sesuai dengan pesan yg dikirimkan oleh sang dosen.
Baik pak, saya akan datang kesana.
Tidak butuh lama, centang dari chat tersebut langsung berubah menjadi biru pertanda sudah dibaca.
“Pasti bakal di read doang, dasar aneh, ga jelas.” Billa bermonolog sambil berjalan, sesekali di menghentakkan kakinya karena kesal.
Ting
Sebuah pesan masuk lagi ke ponselnya, dengan cepat ia melihat layar ponsel tersebut.
Pak Aiman Dosbing😈
Baik, saya tunggu.
“ Waduh dibales, dosa dong gue udah suudzon duluan, bodo amat ah, ntar lebaran tinggal minta maaf.” Billa terkekeh sendiri.
Sebenarnya jarak cafe tersebut tidak begitu jauh dari kampusnya, hanya membutuhkan waktu 15 menit jika berjalan kaki, tapi melihat kondisi hari ini yang begitu terik padahal baru pukul 11, membuat Billa memilih memesan ojek online untuk menuju cafe.
Begitu tiba di Roast Rif Cafe, kepalanya celingukan mencari sosok sang dosen, namun belum juga nampak batang hidungnya, ingin menghubungi namun ia takut, alhasil ia terus menyusuri cafe yang juga memiliki ruang outdoor ini.
Mata Billa melihat seorang laki-laki yang mengenakan kaos lengan panjang berwarna hitam yang lengannya sudah ditarik hampir ke siku dan mengenakan celana chino berwarna soft grey. Itu adalah sosok dosen aneh yang Billa cari, namun dosennya itu belum sadar akan kedatangan Billa karena tengah sibuk dengan laptop di depannya.
“ Permisi Pak Aiman,” Sapa Billa takut-takut.
Merasa namanya dipanggil membuat Aiman mendongakkan kepala, dan menatap ke arah Billa dengan tatapan dingin.
“Duduk.” Ucap Aiman datar.
Dengan pelan Billa menarik kursi dan duduk dihadapan Aiman, dan menyodorkan skripsi yang sudah di revisi.
“Ini pak, skripsi saya yang sudah saya revisi.”
Beberapa menit sudah berlalu, namun Aiman masih tetap fokus ke layar laptopnya, tanpa memperdulikan omongan Billa, membuat gadis itu kesal tidak kepalang.
“Kalo gue siram itu kopi ke mukanya, bakalan gimana ya jadinya, pasti gue langsung di banting, mana badannya berotot lagi, urat tangannya juga cocok tuh dijadiin bakso urat kayaknya.” Billa membatin.
Mulut Billa sudah gatal ingin menegur Aiman agar cepat memeriksa skripsinya, karena dia terlihat persis orang linglung diabaikan seperti ini. Namun ia tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu.
“GGS juga ni dosen, Ganteng-Ganteng Setan.” Lagi-lagi hatinya berbicara.
“Pak,” panggil Billa pelan setelah mengumpulkan keberanian. Hening tidak ada jawaban apa-apa. Kesabaran Billa hampir habis diperlakukan seperti ini, ingin rasanya dia mematahkan leher Aiman yang masih santai dengan laptopnya.
“ Beneran gue patahin ntar leher ni orang, bodo amat mau masuk penjara juga, yang penting kekesalan gue tersalurkan.” tatapan Billa begitu tajam ke arah Aiman, matanya seolah mengeluarkan api yang ingin membakar sosok di depannya ini.
Tanpa aba-aba Aiman melihat ke arah Billa, membuat Billa gelagapan dan memalingkan wajah ke arah lain. Bisa mati dia kalau ketahuan menatap dosennya dengan tatapan penuh dendam seperti itu, bukan cuma kuliahnya yang selesai tapi hidupnya juga.