Ryo seorang pengusaha yang sukses harus menelan musibah dari tragedi yang menimpanya. Sebuah kecelakaan telah membuatnya menjadi lumpuh sekaligus buta. Istrinya sudah tidak Sudi lagi untuk mengurusnya.
Aura, adik sang istri tak sengaja hadir ditengah mereka. Aura yang memerlukan uang untuk kebutuhan hidupnya kemudian ditawari sang kakak sebuah pekerjaan yang membuat semua kejadian cerita ini berawal.
Pekerjaan apakah yang ditawarkan pada Aura?
dan bagaimana nasib Ryo selanjutnya?
Biar tau kisah selengkapnya, yuk ... di intip kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 - Perasaan yang muncul
“Mas, tunggu!, sebenarnya … sebenarnya aku,-” Aura mencoba mendorong dada Ryo.
Ryo terdiam di posisinya.
“Ah, ya … aku lupa … “ ucap Ryo tiba-tiba.
Dengan spontan Ryo membuka dekapan tubuhnya pada Aura, ia berguling kesamping dan merebahkan tubuhnya menjauh dari Aura sambil merentangkan kedua lengannya.
“Kalau tanggal-tanggal segini kau sedang haid, ya,” ucap Ryo yang membuat mata Aura membulat tak percaya.
'A-apa?, haid?’ ulang Aura di batinnya. T-tapi bukan itu yang ingin kukatakan’ …
‘Aah, syukurlah!’ seolah pertolongan datang tepat waktu. Aura menghela nafas lega sambil memejamkan matanya. Lagi-lagi ia selamat dari ketakutannya.
Ryo kemudian membelakangi Aura yang masih merebah di ranjang, kemudian ia menyungging senyum kecil di sudut bibirnya.
‘Kau menghindar, ya. Aku merasakan ketakutanmu’ batin Ryo.
Paginya, udara sejuk dan sedikit dingin merasuk masuk kedalam celah jendela.
Aura mendapat pesan dari Jesica, kakaknya akan datang hari itu. ‘Akhirnya dia pulang juga’ gumam Aura sedikit lega.
Beberapa saat setelah Aura mengurus keperluan Ryo. Bel di pintu apartemen berbunyi.
Aura membukanya, dan benar saja ternyata itu adalah Jesica. Tetapi mata Aura kini membulat melihat di belakang tubuh kakaknya, seorang pria berperawakan tinggi, berambut agak coklat dengan anting di telinga kirinya tengah berdiri sambil tersenyum kecil, dialah Andrey.
“Ssshh …” Jesica mengisyaratkan Aura untuk tetap diam.
‘Gila!, kakak berani membawa selingkuhannya ke depan Mas Ryo’ gumam batin Aura yang tak habis pikir dengan kelakuan kakaknya.
Akhirnya mereka masuk kedalam. Pria yang di bawa Jesica melihat sekeliling ruang apartemen yang mewah.
Jesica mengisyaratkan pada pria itu agar buru-buru mengendap-endap sembunyi ke dalam kamar yang bukan master bedroom (kamar tidur utama), karena apartemen Ryo memiliki dua kamar tidur.
Aura hanya menggeleng dengan alis menaut. “Gila!” tanpa bersuara hanya ber-isyarat dengan mulutnya, Aura mengatakan pada kakaknya sambil menunjuk pria itu dengan jemarinya yang merapat.
Jesica masih saja menyuruh Aura untuk diam tak berisik.
“Siapa, Jes?” tanya Ryo yang tengah duduk di kursi rodanya dekat dengan jendela besar.
“I-ini saudariku” jawab Aura sambil menatap kakaknya dengan tatapan kesal.
“Aura?” tanya Ryo lagi sambil menggeser kursi rodanya.
“Iya, Mas” ucap Aura.
“Halo Mas Ryo, apa kabar?” Jesica berusaha berpura-pura menjadi Aura.
”Oh, Aura. Aku sudah merasa lebih baik. Silakan duduk. Sekarang kegiatanmu apa, Ra?” tanya Ryo.
“Aku, um, yah begitu-begitu saja Mas, masih jualan online, apa saja aku kerjakan Mas” jawab Jesica seadanya.
“Oya, Mas aku mau bicara sebentar sama kakakku boleh?” ujar Jesica.
“Ah, ya silakan”
Jesica langsung menarik tangan Aura dan menuju dapur. Aura dengan alis mengerut dan kekesalan yang belum hilang menepis tangan kakaknya.
“Gila kau Kak!, untuk apa membawa pria itu kesini?!” tanya Aura yang sudah gemas dengan kelakuan kakaknya.
“Awas saja kalau sampai suamiku tahu aku membawa dia. Aku memang ingin pergi ke apartemen Andrey, tapi aku ingin meminta uang pada Ryo, jadi aku mampir kesini dulu, kebetulan Andrey juga ingin melihat suamiku, jadi kubawa saja sekalian kesini. Sudah jangan berisik!, nanti si lumpuh itu jadi curiga!”
Aura menepuk jidatnya sambil memejamkan mata. “Kegilaan apa lagi ini Kak!, datang-datang kau ingin meminta uang! Memangnya uangmu sudah habis?!” tanya Aura geram.
“Berisik kau!. Sudah beberapa pekan aku tidak mendapat uang darinya kan?, itu suatu kerugian buatku. Sudah kau diam saja!”
Jesica mendorong pundak Aura dengan pundaknya hingga ia melewati adiknya dengan kasar.
Jesica duduk di sofa dekat Ryo, kemudian wanita itu memulai percakapannya.
“Mas Ryo, begini … , aku sebenarnya sedang perlu uang. Aku ingin membuka usaha kecil-kecilan dan perlu modal, tapi kakakku tidak memberikannya padaku, dia memang selalu seperti itu” ucap Jesica yang berperan sebagai Aura di depan Ryo dengan sedikit merayu.
“Hm, mana Jesica?” tanya Ryo.
Ternyata Aura dari tadi sudah berdiri tak jauh dari mereka menahan amarahnya.
“Mas, ini urusanku dengan adikku, maaf Mas, sebaiknya kami selesaikan berdua saja” ujar Aura dengan geramnya.
Aura menarik lengan kakaknya dengan kuat agar bangkit dari duduknya, dengan mata melotot tajam kearah kakaknya.
“Jangan macam-macam, Kak!” Aura berbisik pada Jesica dengan nada tertahan.
“Kau berani padaku?!” Jesica tak kalah galak.
“Kau sudah keterlaluan!” balas Aura dengan masih setengah berbisik.
“Dia masih suamiku!, apa salah aku minta uang padanya?!” Jesica juga mulai geram.
“Ehm!, sepertinya kalian bertengkar?” tegur Ryo yang membuat kedua wanita itu spontan diam dan menoleh kearah Ryo.
“Ah, tidak Mas, biasa … urusan adik kakak” ucap Jesica.
“Baiklah, Aura, aku akan mengirim uang ke rekeningmu. Jes, tolong bantu adikmu, nanti kau kirimkan uang padanya ya” ucap Ryo membuat Jesica merasa menang.
“Tapi, Mas … “ Aura tidak mampu membantah.
“Jesica!” Ryo tampak membela Jesica yang dikiranya adalah Aura.
“Terimakasih banyak ya Mas, atau aku akan kirim nomer rekeningku ke Yunda saja ya Mas, kalau ke kakakku khawatir dia tidak memberikannya padaku” ucap Jesica seolah meledek pada Aura.
“Terserah padamu, Aura” ucap Ryo tidak mau ambil pusing.
“Tapi, Mas!, Mas jangan tertipu dengan,- …” Aura mencoba mencegah.
“Jes, sudahlah …, saudarimu sedang kesulitan, apa salahnya membantu dia” Aura tidak tahu lagi harus berbicara apa, kekesalannya seolah mengendap semakin banyak.
“Aku permisi mau ke belakang dulu, Mas” ucap Jesica.
Kini Jesica beranjak ke kamar dan menemui pria yang dibawanya itu. Jesica menutup pintu kamar namun tidak tertutup rapat, masih ada celah yang bisa terlihat.
Aura duduk di sofa dekat Ryo. Ia menoleh kearah kamar, dengan celah sedikit dari pintu ia bisa melihat sesuatu di sana, matanya membulat, amarahnya mulai menguap lagi. Bagaimana tidak, kakaknya bercumbu di kasur dengan pria asing di apartemen suaminya sendiri.
‘Kakak memang sudah tidak waras!, dan bajingan itu, kenapa dia melakukannya disini, apa tidak ada tempat lain!’ geram Aura sudah semakin memuncak.
Aura semakin iba dengan Ryo, pria tampan itu benar-benar telah di khianati di depannya tanpa ia bisa melihatnya. Andai saja Ryo tahu kejadian di kamarnya, pastilah pria brengsek itu sudah diburunya untuk di pukuli dan Jesica kakaknya pasti sudah diusir dari sana.
“Jes, kau disini?” tanya Ryo sambil meraba ke sofa di dekatnya.
“Iya Mas, aku disini.” jemari Aura disentuh tangan Ryo.
Entah perasaan apa yang kini bersemi di relung dadanya, semakin ia iba pada Ryo semakin ia merasakan bulir kasih sayang pada pria itu.
“Mas, kita ke teras balkon yuk, aku sudah buatkan pie banana milk, sebentar aku buatkan juga milk shake ya.“ Aura kemudian mendorong kursi roda Ryo kearah teras balkon.
Udara dingin di atas gedung itu memang cukup menyejukkan.