mengikuti perjalanan Kaelan, seorang remaja yang terjebak dalam rutinitas membosankan kehidupan sehari-hari. Dikelilingi oleh teman-teman yang tidak memahami hasratnya akan petualangan, Kaelan merasa hampa dan terasing. Dia menghabiskan waktu membayangkan dunia yang penuh dengan tantangan dan kekacauan dunia di mana dia bisa menjadi sosok yang lebih dari sekadar remaja biasa.
Kehidupan Kaelan berakhir tragis setelah tersambar petir misterius saat dia mencoba menyelamatkan seseorang. Namun, kematiannya justru membawanya ke dalam tubuh baru yang memiliki kekuatan luar biasa. Kini, dia terbangun di dunia yang gelap dan misterius, dipenuhi makhluk aneh dan kekuatan yang tak terbayangkan.
Diberkahi dengan kemampuan mengendalikan petir dan regenerasi yang luar biasa, Kaelan menemukan dirinya terjebak dalam konflik antara kebaikan dan kejahatan, bertempur melawan makhluk-makhluk menakutkan dari dimensi lain. Setiap pertarungan mempertemukan dirinya dengan tantangan yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raven Blackwood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pembukaan dan Undian Pertarungan
Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Kota ini, yang selama beberapa minggu terakhir dipenuhi dengan kegaduhan para penonton dan petarung, kini mencapai puncak antusiasmenya. Orang-orang berduyun-duyun menuju Colosseum Besar, sebuah arena megah yang terletak di jantung kota, dengan dinding tinggi berlapis batu-batu kuno yang menjulang, mengelilingi panggung pertempuran yang lebih besar dari apa pun yang pernah dilihat oleh siapa pun. Bahkan dari kejauhan, teriakan dan sorakan massa yang memadati tempat itu sudah terdengar menggema, membakar semangat setiap orang yang mendekat.
Di dalam Colosseum, para bangsawan dari berbagai kerajaan duduk di tempat-tempat kehormatan, dikelilingi oleh pelayan dan pengawal pribadi mereka. Raja-raja dengan mahkota berkilau mengawasi dengan penuh perhatian, sementara di antara mereka, terdapat orang-orang paling kuat di dunia ini. Ini adalah hari besar, bukan hanya untuk para finalis, tapi juga untuk kerajaan-kerajaan yang bersaing dalam diplomasi dan kekuasaan.
Kaelan melangkah masuk ke Colosseum bersama dengan sembilan petarung lainnya. Pandangannya lurus ke depan, penuh dengan keyakinan. Hari ini adalah pembukaan, saat di mana para peserta final diperkenalkan ke seluruh kerajaan. Sorak-sorai dari penonton bergema semakin keras saat satu per satu finalis diperkenalkan, nama mereka dipanggil dengan suara nyaring yang menggetarkan seluruh arena.
"Tuan-tuan dan nyonya-nyonya, inilah para finalis dari turnamen yang paling dinantikan ini!"
Sorakan penonton pecah dengan kegembiraan yang luar biasa. Di hadapan mereka, berdiri para petarung yang siap untuk menghadapi pertarungan paling epik dalam hidup mereka.
"Yang pertama, dia adalah petarung yang dikenal karena kekuatan dan keberaniannya yang tak tergoyahkan. Dia adalah sang pembawa badai, Darius 'The Stormbreaker'!"
Darius melangkah maju, tubuhnya tegap dan kokoh. Matanya menatap penonton dengan dingin, tapi ada aura kekuatan yang jelas terlihat mengelilingi dirinya. Setiap langkahnya diiringi sorakan keras, seolah-olah dia sudah memenangkan hati sebagian besar penonton.
"Dan selanjutnya, petarung dengan bayangan yang cepat seperti angin malam, Sylvaine 'Shadow Fang'!"
Sylvaine, dengan tubuh yang lebih kecil dan lincah, melangkah maju. Matanya memicing tajam, penuh dengan kehati-hatian. Dia tidak tersenyum, tapi sorot matanya cukup untuk memberikan rasa ngeri bagi siapa pun yang melihat.
"Berikutnya, sang penguasa bumi, Razen 'The Earth Shaker'!"
Razen, dengan tubuhnya yang besar dan berotot, melangkah maju dengan percaya diri. Setiap gerakannya terasa berat, tapi penuh kekuatan. Suara gemuruh tanah seolah mengikuti langkahnya, membuat penonton semakin bergemuruh.
Satu per satu, para finalis lainnya diperkenalkan. Elios 'Phoenix of the Flames,' Maeve 'The Silent Wind,' Tharos 'Iron Heart,' Eira 'Frost Maiden,' Volen 'The Blade King,' dan Zephyr 'Lightning Spear.' Masing-masing memiliki julukan yang menunjukkan kekuatan mereka yang luar biasa. Sorakan penonton terus menggema seiring nama-nama besar ini diperkenalkan.
Dan akhirnya, tibalah giliran Kaelan.
"Dan yang terakhir, sang petarung yang kekuatannya telah mengguncang arena dengan kilatan petir merahnya. Inilah dia, Kaelan 'Petir Merah Abadi'!"
Kaelan melangkah maju, dan sorakan penonton kembali meledak dengan dahsyat. Ada aura kegilaan dalam tatapannya, sesuatu yang membuat setiap orang yang menatapnya merinding. Petir merah yang menyala di sekeliling tubuhnya menciptakan kilatan-kilatan kecil, membuat sosoknya terlihat menakutkan. Di bawah teriakan ribuan penonton, Kaelan menyeringai lebar, menikmati perhatian yang ditujukan padanya.
"Aku akan mengubah tempat ini menjadi medan yang penuh dengan kilat dan darah," gumamnya dalam hati, senyum antusiasnya tak kunjung pudar.
Setelah perkenalan usai, tiba saatnya untuk pengundian. Para finalis berkumpul di tengah arena. Sebuah meja besar dengan kotak undian yang terbuat dari kayu hitam diletakkan di depan mereka. Penguasa turnamen, seorang pria tua dengan jubah emas, berdiri di depan kotak itu dan berbicara dengan suara yang menggelegar.
"Kini, saatnya menentukan siapa yang akan bertarung melawan siapa di babak final! Setiap pertarungan akan berlangsung sampai salah satu dari kalian tidak lagi mampu bertarung, atau menyerah. Tidak ada belas kasihan, tidak ada aturan yang membatasi pertarungan ini!"
Penonton semakin riuh, mereka sudah tidak sabar melihat siapa yang akan bertarung melawan siapa. Penguasa turnamen mulai memasukkan tangannya ke dalam kotak dan menarik nama pertama.
"Pertarungan pertama... Kaelan 'Petir Merah Abadi' melawan... Darius 'The Stormbreaker'!"
Sorakan penonton langsung mengguncang seluruh Colosseum. Dua petarung yang dianggap sebagai favorit utama kini akan bertarung satu sama lain. Kaelan melirik ke arah Darius yang berdiri di sisi lain arena. Mereka saling bertukar pandang, dan dalam sekejap, atmosfer di antara mereka menjadi semakin intens.
"Kita akan lihat siapa yang layak disebut penguasa badai, Kaelan," Darius berkata dengan nada dingin, tapi penuh tantangan.
Kaelan hanya menyeringai. "Aku tak sabar menanti petirku menghantammu," jawabnya, suaranya dipenuhi antusiasme yang mengerikan.
Setelah pertarungan pertama diumumkan, penguasa turnamen terus mengeluarkan nama-nama lainnya, menyusun daftar pertarungan final:
Kaelan 'Petir Merah Abadi' vs Darius 'The Stormbreaker'
Sylvaine 'Shadow Fang' vs Zephyr 'Lightning Spear'
Razen 'The Earth Shaker' vs Maeve 'The Silent Wind'
Elios 'Phoenix of the Flames' vs Tharos 'Iron Heart'
Volen 'The Blade King' vs Eira 'Frost Maiden'
Setiap nama yang disebutkan semakin membakar semangat penonton. Mereka tahu bahwa final ini akan menjadi salah satu yang paling epik dalam sejarah turnamen. Setiap finalis adalah petarung legendaris dengan kemampuan luar biasa.
Setelah pengundian selesai, Kaelan dan para finalis kembali ke tempat masing-masing. Pertarungan final akan diadakan tiga hari lagi di Colosseum Besar ini, memberikan waktu bagi setiap petarung untuk mempersiapkan diri.
Kaelan kembali ke penginapannya dengan perasaan puas. Dia telah mendapatkan apa yang dia inginkan pertarungan melawan Darius, salah satu petarung terkuat yang pernah dia temui. Tiga hari menunggu ini akan terasa lama, tapi Kaelan sudah tahu bagaimana dia akan mengisi waktunya.
Di kamarnya yang kecil, Kaelan duduk di tepi ranjang, memikirkan pertarungannya yang akan datang. "Darius... orang-orang mungkin mengagumimu, tapi aku akan membuatmu berlutut di hadapan petirku," pikirnya dengan penuh keyakinan.
Dia tahu bahwa Darius adalah lawan yang tangguh. Kekuatan badai yang dimiliki Darius tidak bisa diremehkan. Namun, itu hanya membuat Kaelan semakin bersemangat. Dia hidup untuk momen-momen seperti ini berada di ambang bahaya, menghadapi musuh yang mungkin bisa membunuhnya. Tapi dengan regenerasi yang tak terkalahkan dan kekuatan petir yang membara di dalam dirinya, Kaelan merasa tak ada yang bisa menghentikannya.
Hari-hari berlalu dengan cepat. Kaelan menghabiskan waktunya dengan berlatih tanpa henti, menciptakan gerakan-gerakan baru yang memadukan kekuatan bela diri dan teknik petir yang dia pelajari dari Takashi. Di sela-sela latihannya, dia berjalan-jalan di kota, menikmati suasana yang penuh dengan kegembiraan dari para penonton yang terus berdatangan.
Saat malam terakhir sebelum final tiba, Kaelan duduk di jendela kamarnya, menatap bintang-bintang di langit. Di kejauhan, Colosseum Besar berdiri megah, menantinya untuk kembali esok hari.
"Pertarungan ini akan menjadi milikku," gumam Kaelan. "Dan aku akan memastikan dunia ini mengingat nama Petir Merah Abadi selamanya."
Esok hari, Colosseum akan menjadi saksi pertarungan antara dua petarung paling kuat. Dan Kaelan tak sabar untuk menunjukkan pada dunia siapa yang akan keluar sebagai pemenang.
coba cari novel lain trus cek buat nambah referensi 🙏