Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode dua sembilan.
Garren meminta pelayan toko untuk membungkus ponsel tersebut. Kemudian Garren langsung membayarnya.
Septy masih termangu memikirkan harga dari ponsel tersebut. Menurutnya itu sangat mahal.
Septy sepertinya lupa jika dirinya adalah istri konglomerat, sehingga untuk beli barang saja ia harus berpikir ulang.
Karena terbiasa hidup susah dan harus berhemat, Septy pun masih terbawa-bawa kehidupan nya yang dahulu.
"Mas?"
"Tidak apa-apa, untuk istriku mahal pun akan aku belikan," ucap Garren.
Pegawai toko hanya senyum-senyum melihat keduanya. "Kapan aku dimanjakan seperti itu," batinnya.
Setelah selesai, Garren dan Septy pun keluar dari toko tersebut. Garren menawarkan untuk Septy membeli apa saja. Selagi masih di mall.
Namun Septy menggeleng, karena memang tidak ada yang ingin ia beli. Yang ada pun belum semuanya Septy pakai.
"Oh iya, aku mau beli camilan," ujar Septy akhirnya.
Garren pun mengikuti Septy untuk membeli camilan. Ya, bisa dimakan ketika santai. Garren mendorong troli belanjaan, sementara Septy mengambil yang ingin ia beli.
Saat hendak ke kasir, Septy melihat pegawai kasir seorang wanita, jadi Septy melarang Garren untuk ke kasir.
Garren pun hanya menurut saja, ia menunggu Septy membayar belanjaan tersebut. Setelah selesai, Septy pun menghampiri suaminya.
"Sini aku yang bawa, pasti berat, kan?"
Septy pun memberikan belanjaannya untuk dibawa oleh Garren. Padahal sangat ringan, karena isinya cuma Snack.
Tiba di parkiran, keduanya pun masuk kedalam mobil. Karena sudah sore merekapun tidak lagi kembali ke perusahaan.
"Mas, bagaimana perkembangan pembangunan rumah panti?" tanya Septy.
"Sudah siap sepenuhnya, dan merekapun sudah dipindahkan ke rumah tersebut. Hanya tinggal pembangunan sekolah yang belum siap."
"Terima kasih ya, Mas. Aku tidak tahu harus bilang apa lagi selain ucapan terima kasih."
Garren tersenyum, padahal itu memang keinginan Garren sendiri. Seandainya tanpa ada Septy pun, tidak mungkin Garren membiarkan nya begitu saja.
Keluarga Henderson tidak akan menutup mata jika melihat hal seperti itu, pasti salah satu dari mereka akan membantu.
"Tidak perlu berterima kasih, sekarang mereka sudah bisa hidup lebih baik dari sebelumnya."
Tanpa diminta airmata Septy mengalir begitu saja. Ia sangat bersyukur mendapatkan suami sebaik Garren.
Ya, walaupun pada awalnya dingin bak kulkas berjalan. Namun Septy bisa mengimbanginya dengan bijak.
Akhirnya merekapun tiba dirumah, Garren memarkirkan mobilnya sembarangan. Kemudian masuk kedalam rumah dengan membawa belanjaan.
Garren meminta pelayan untuk menyimpannya dengan baik, pelayan pun bergegas mengambil plastik tersebut dari tangan Garren.
"Oya Bik, jika Bibik mau, boleh juga memakannya. Lagipula itu banyak kok," ucap Septy.
Pelayan hanya mengiyakan saja dengan cara mengangguk. Kemudian berlalu kedapur untuk menyimpan belanjaan majikannya.
"Capek juga ya," gumam Septy.
"Sini aku pijat biar lebih enakan."
Septy menggeleng, ia tidak terbiasa dipijat. Walau capek gimanapun, ia tidak mau dipijat. Paling ia hanya akan istirahat sejenak, satu atau dua jam. Baru setelah itu ia akan beraktivitas kembali.
"Sayang, aku istirahat dulu ya ke kamar," pamit Septy.
Garren mengangguk, ia masih ingin duduk di sofa ruang tamu. Dan nanti baru ia menyusul ke kamar.
Ponsel Garren berdering yang ternyata panggilan dari Tomi. Karena Garren tidak kembali ke perusahaan, itu sebabnya Tomi menelepon nya.
"Ada apa?" tanya Garren langsung ke intinya.
"Tidak ada apa-apa Tuan, hanya ingin memastikan Tuan ada dimana sekarang?"
"Aku sudah pulang ke rumah, tadi setelah makan siang aku malas ingin kembali ke perusahaan."
"Eee, baiklah Tuan, saya pikir Tuan tersesat."
Garren tidak menjawab, ia langsung menutup panggilan teleponnya. Dalam hati Garren mengutuk, karena Tomi menelepon dirinya dengan urusan yang tidak penting.
Garren pun menyusul Septy kekamar, saat membuka pintu kamar, Garren melihat Septy tertidur.
Garren menghampiri Septy dan mengelus kepalanya. "Kamu benar-benar capek ya sayang?" gumam Garren.
Garren tidak ingin mengganggu Septy, ia lebih memilih masuk kedalam kamar mandi. Garren akan mandi terlebih dahulu agar lebih segar.
Selama setengah jam Garren berendam di bathtub, kemudian iapun menyudahinya. Saat keluar dari kamar mandi, Garren mendapati Septy masih tertidur.
Garren pun keluar dari kamarnya setelah berpakaian lengkap. Ia ingin membuat minuman pereda capek untuk Septy.
"Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?"
"Tidak perlu Bik, aku bisa sendiri."
Pelayan pun berlalu dan membiarkan Garren di dapur. Setelah selesai, Garren kembali kekamar.
Saat Garren masuk, ia tidak mendapati Septy di tempat tidur. Namun ia mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
Garren meletakkan cangkir diatas meja kecil dikamar tersebut. Dan kemudian duduk di sofa menunggu Septy keluar.
"Mas, darimana?" tanya Septy yang baru keluar dari kamar mandi.
"Minum airnya, agar hilang capeknya," jawab Garren tidak nyambung.
"Apa itu jamu?" tanyanya.
"Lebih kurang seperti itu, tapi ini rasanya manis, tidak seperti jamu yang pahit."
Septy masuk kedalam ruang ganti terlebih dahulu, karena ia hanya memakai bathrobe. Setelah beberapa saat ia sudah berpakaian lengkap.
Septy pun meminum air tersebut hingga habis. Septy mengernyitkan keningnya karena rasanya seperti teh.
"Enak gak? Itu bisa menghilangkan capek dan pegal pada badan."
"Mas beli dimana?"
"Mmm, hadiah dari klien dari negara C."
Septy mengangguk, padahal dirinya tidak mengerti. Namun seolah dia sudah paham dengan minuman tersebut.
"Aku mau masak Mas, sebentar lagi malam."
Garren tidak menjawab, ia juga tidak melarang Septy untuk memasak. Karena dirinya juga suka makan makanan yang dimasak oleh Septy.
Septy tiba di dapur dan melihat isi kulkas, ia memilih bahan-bahan yang akan dimasak.
"Bisa saya bantu Nyonya?" tanya pelayan.
"Oh iya Bik, tolong potong ayam," jawab Septy.
Pelayan pun segera mengerjakan tugasnya, sementara pelayan yang satunya Septy tugaskan untuk memotong bawang dan yang lainnya.
Jadi pekerjaan Septy pun cepat selesai karena dibantu oleh pelayan. Septy meminta pelayan untuk menghidangkan makanan diatas meja.
Saat makan malam pun tiba, Garren dan Septy makan bersama. Tidak ada percakapan diantara keduanya. Hingga selesai makan barulah mereka saling berbicara.
"Sayang, aku tidak melihat kamu bermain ponsel. Kenapa?"
"Nanti saja, kalau tidak penting, aku juga jarang main ponsel."
"Aku sudah buatkan kamu akun sosmed, nanti kamu bisa mengembangkan nya untuk menambah teman."
Septy hanya mengangguk, kemudian ia mengajak Garren untuk beristirahat. Karena besok mereka akan kembali bekerja.
Garren memeluk Septy saat mereka sudah berada didalam kamar. Keduanya berpelukan sambil berbaring.
"Maaf, belum bisa melayani, Mas."
"Apakah masih lama?"
"Sekitar beberapa hari lagi. Tapi harus benar-benar bersih baru bisa."
Garren tersenyum, kemudian mengatakan bahwa dirinya tidak apa-apa. Padahal dalam dadanya sudah bergejolak.