NovelToon NovelToon
Kisah Kita, Dunia Di Balik Layar

Kisah Kita, Dunia Di Balik Layar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sasyaaya

Cerita ini mengikuti kehidupan Keisha, seorang remaja Gen Z yang sedang menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya. Ia terjebak di antara cinta, persahabatan, dan harapan keluarganya untuk masa depan yang lebih baik. Dengan karakter yang relatable dan situasi yang sering dihadapi oleh generasi muda saat ini, kisah ini menggambarkan perjalanan Keisha dalam menemukan jati diri dan pilihan hidup yang akan membentuk masa depannya. Ditemani sahabatnya, Naya, dan dua cowok yang terlibat dalam hidupnya, Bimo dan Dimas, Keisha harus berjuang untuk menemukan kebahagiaan sejati di tengah kebisingan dunia modern yang dipenuhi tekanan dari berbagai sisi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasyaaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menghadapi Tantangan Baru

Beberapa minggu setelah kelahiran bayi mereka, kehidupan Keisha dan Raka dipenuhi dengan kebahagiaan dan tantangan baru. Mereka berdua tidak hanya berperan sebagai suami-istri, tetapi juga sebagai orang tua yang bertanggung jawab. Setiap hari adalah pengalaman baru yang penuh keajaiban dan kejutan.

Keisha bangun pagi-pagi sekali, mendengar suara tangisan lembut dari kamar bayi. Ia merenggangkan tubuhnya, lalu melihat Raka yang masih tertidur di sampingnya. Dengan hati-hati, ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah bayi mereka yang sedang terbangun.

“Selamat pagi, sayang,” kata Keisha lembut, menggendong bayi mereka, yang mereka beri nama Aira. “Mama ada di sini.”

Aira mengerutkan dahi, lalu tersenyum kecil. Keisha merasa hatinya hangat melihat senyuman itu. Ia berusaha menyusui Aira, dan dalam sekejap, suasana pagi itu dipenuhi dengan momen-momen intim yang hanya bisa dibagi antara seorang ibu dan anaknya.

Raka terbangun oleh suara gemericik kecil itu. Ia tersenyum melihat Keisha dan Aira. “Kita sudah jadi keluarga, ya?” ucapnya sambil menggosok-gosok matanya.

“Ya, dan setiap hari terasa seperti mimpi!” jawab Keisha, tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

Raka bangkit dan duduk di tepi tempat tidur. “Bagaimana Aira pagi ini?”

“Dia baik-baik saja. Lagipula, dia selalu bikin aku bangun pagi,” jawab Keisha sambil tertawa.

“Berarti dia mengikuti jejak kita, ya? Bersemangat untuk memulai hari,” Raka menggoda. “Kita harus membuat rencana untuk hari ini. Mungkin kita bisa jalan-jalan ke taman?”

“Bagus sekali! Aku ingin memperkenalkan Aira pada dunia luar,” Keisha setuju, bersemangat.

Setelah bersiap-siap, mereka pergi ke taman dengan kereta dorong bayi. Raka mendorong kereta sambil tersenyum, melihat Keisha yang sibuk mengatur selimut Aira agar nyaman. “Ini pengalaman pertama kita berdua sebagai orang tua di luar rumah,” katanya sambil melihat Aira yang tidur nyenyak.

“Semoga Aira menyukainya,” balas Keisha.

Di taman, mereka menemukan banyak orang tua lain dengan anak-anak mereka. Keisha dan Raka memutuskan untuk duduk di bangku yang teduh sambil menikmati suasana. Beberapa anak kecil berlari-larian, tertawa ceria, sementara yang lainnya bermain di ayunan.

“Keisha, lihat itu!” Raka menunjuk ke arah anak-anak yang bermain. “Kita harus membawa Aira ke sini lebih sering.”

“Ya, tentu! Dan ketika dia besar nanti, kita bisa membawanya bermain,” jawab Keisha, membayangkan masa depan mereka sebagai keluarga.

Tiba-tiba, seorang teman lama, Mia, muncul di depan mereka. “Hey, Keisha! Raka! Kalian sudah jadi orang tua sekarang ya?”

“Ya, Mia! Kenalkan, ini Aira,” kata Keisha, dengan bangga menunjukkan bayinya.

Mia menghampiri dan mengagumi Aira yang sedang tidur. “Dia sangat cantik! Kalian pasti sangat bahagia,” ucap Mia.

“Terima kasih! Kami masih belajar, tapi semuanya terasa luar biasa,” Raka menjelaskan.

“Mau tahu tips dari orang tua lainnya?” tanya Mia sambil duduk di samping Keisha. “Karena aku sudah punya dua anak.”

Keisha dan Raka saling memandang, lalu Keisha berkata, “Tentu! Apa yang paling penting yang bisa kami pelajari?”

Mia tersenyum. “Kesabaran. Tidak semua hal berjalan sesuai rencana. Ada kalanya anak-anak membuat kita kelelahan, tapi itu semua bagian dari pengalaman.”

“Benar. Kami sudah merasakannya saat Aira terbangun tengah malam,” ujar Raka sambil tertawa.

Mia tertawa bersama mereka. “Itu dia! Pastikan kalian tetap kompak. Saling mendukung saat malam-malam sulit.”

Mereka terus berbincang dan berbagi pengalaman, membuat Keisha merasa lebih siap menjalani peran barunya sebagai ibu. Raka pun merasa beruntung memiliki Keisha di sisinya, bersamanya dalam setiap langkah.

Setelah berbincang cukup lama, mereka berpisah dengan Mia. Keisha merasa senang bisa berbagi cerita dengan teman yang mengerti apa yang mereka alami.

Di perjalanan pulang, Keisha tiba-tiba terdiam, memikirkan banyak hal. Raka menyadari perubahan ekspresi di wajahnya. “Kamu kenapa, Keisha?”

“Kadang aku merasa takut akan tanggung jawab ini. Apakah aku bisa menjadi ibu yang baik untuk Aira?”

Raka meraih tangan Keisha. “Kamu pasti bisa. Kamu sudah melakukan yang terbaik sejauh ini. Dan kita melakukannya bersama. Ingat, kita adalah tim.”

Keisha tersenyum, merasa lega. “Kamu benar. Terima kasih sudah selalu ada untukku.”

Sesampainya di rumah, mereka memutuskan untuk bersantai sambil menunggu Aira terbangun. Raka menyodorkan segelas teh hangat untuk Keisha. “Ini untukmu, mama.”

“Terima kasih, ayah,” jawab Keisha, merasa bahagia.

Mereka duduk di sofa, saling bercerita tentang impian-impian mereka untuk Aira. Raka ingin Aira tumbuh menjadi anak yang berani dan percaya diri, sementara Keisha berharap Aira bisa menjadi sosok yang baik hati dan peka terhadap orang lain.

“Dan kita akan selalu mendukung keputusan Aira ketika dia tumbuh besar,” tambah Raka.

“Aku setuju. Kita akan menjadi orang tua yang selalu ada untuknya,” kata Keisha dengan semangat.

Malam itu, saat Aira akhirnya terbangun, Keisha dan Raka merasakan cinta yang lebih dalam dari sebelumnya. Mereka tahu, apapun tantangan yang akan datang, mereka akan selalu menghadapinya bersama, sebagai keluarga yang bahagia.

Seiring berjalannya waktu, kehidupan Keisha dan Raka dengan Aira semakin harmonis. Namun, tantangan baru mulai muncul. Suatu pagi, Keisha menerima telepon dari perusahaannya. Mereka ingin mengundang Keisha untuk kembali bekerja, menawarkan posisi yang lebih tinggi dengan gaji yang menarik.

Saat Keisha mendengarkan tawaran itu, hatinya berdebar. Ia merasa terjebak antara keinginan untuk berkarir dan tanggung jawabnya sebagai ibu.

“Raka, aku baru saja mendapatkan tawaran kerja,” kata Keisha, memasuki ruang tamu di mana Raka sedang bermain dengan Aira. “Mereka ingin aku kembali.”

Raka menoleh dengan antusias. “Wow! Itu berita bagus! Tapi, bagaimana perasaanmu tentang itu?”

Keisha menghela napas. “Aku ingin melakukannya, tapi aku juga tidak ingin meninggalkan Aira. Rasanya sulit.”

Raka tersenyum dan mengusap punggung tangan Keisha. “Kita bisa mencari jalan keluarnya. Mungkin kamu bisa kembali part-time, dan kita bisa atur jadwalnya.”

“Part-time mungkin solusi yang baik. Tapi aku juga merasa bersalah jika aku lebih fokus pada pekerjaan daripada Aira,” jawab Keisha, bimbang.

“Aku yakin Aira juga ingin melihat mama-nya bahagia. Jika kamu bahagia, itu akan berdampak positif pada Aira juga,” Raka meyakinkan.

“Benarkah? Kamu yakin?” tanya Keisha, mulai merasa lebih tenang.

“Ya, dan ingat, kita bisa saling membantu. Aku bisa mengambil cuti lebih banyak untuk menjaga Aira ketika kamu bekerja,” kata Raka dengan serius.

Keisha merasa terharu mendengar dukungan Raka. “Terima kasih, Raka. Aku akan memikirkannya lebih lanjut.”

Setelah pembicaraan itu, Keisha memutuskan untuk mempertimbangkan tawaran tersebut. Namun, saat malam tiba, ia merasakan kekhawatiran yang terus menghantuinya. Ia tidak ingin mengorbankan momen-momen berharga bersama Aira.

Keesokan harinya, Keisha memutuskan untuk berbicara dengan Mia lagi. Mereka bertemu di kafe favorit mereka, tempat di mana mereka sering berbagi cerita.

“Jadi, bagaimana kabar mama Aira?” tanya Mia sambil memesan kopi.

“Baik, tapi aku punya dilema besar,” jawab Keisha, menghela napas. “Aku ditawari pekerjaan kembali, dan aku tidak tahu harus bagaimana.”

Mia mengangguk, mengerti. “Itu pasti sulit. Apakah kamu ingin kembali bekerja?”

“Ya, aku ingin sekali. Tapi aku juga tidak ingin meninggalkan Aira di tangan orang lain,” kata Keisha, suaranya bergetar.

“Bagaimana kalau kamu mencoba bekerja part-time dulu? Kamu bisa mengevaluasi kembali setelah itu,” saran Mia.

“Ya, itu bisa jadi solusi. Aku hanya perlu memastikan Aira dalam keadaan baik,” jawab Keisha, merasa lebih percaya diri.

Setelah beberapa jam bercengkerama, Keisha kembali ke rumah dengan semangat baru. Raka menunggunya di ruang tamu dengan Aira di gendongannya.

“Bagaimana pertemuanmu dengan Mia?” tanya Raka.

“Bagus! Aku rasa aku siap untuk mencoba kembali bekerja, mungkin part-time dulu,” ucap Keisha, wajahnya bersinar.

“Bagus sekali! Aku akan selalu ada untuk membantu. Kita bisa membagi waktu,” Raka menjawab dengan antusias.

Mereka berdua merencanakan jadwal kerja Keisha dan cara untuk membagi tanggung jawab rumah tangga. Namun, saat mereka berbicara, Keisha merasa ada yang kurang. Ia mulai merindukan momen-momen intim dengan Raka, yang belakangan ini sering terabaikan.

“Mungkin kita butuh waktu berdua, Raka. Aku merindukan saat-saat kita hanya berdua tanpa Aira,” ucap Keisha pelan.

Raka menatapnya dengan lembut. “Aku juga merasakannya. Kita harus mencari cara untuk menata waktu kita. Menghabiskan waktu bersama tanpa gangguan.”

Keisha tersenyum, merasa terhubung kembali dengan Raka. “Kita bisa merencanakan kencan malam, bahkan hanya di rumah.”

“Setuju! Aku bisa menyiapkan makan malam spesial untuk kita berdua,” balas Raka sambil merencanakan.

Hari-hari berlalu, dan Keisha kembali bekerja dengan jadwal yang fleksibel. Meskipun padat, dia merasa bahagia bisa berkontribusi di dunia kerja sambil tetap mengurus Aira. Raka, di sisi lain, berusaha maksimal untuk mendukung Keisha.

Suatu malam, setelah Aira tidur, Raka mempersiapkan suasana romantis di ruang tamu dengan lilin dan makanan ringan. Keisha terkejut saat masuk ke ruang tamu.

“Wow, Raka! Ini luar biasa!” ucap Keisha, terkesima.

“Semua ini untuk kita. Aku ingin kita memiliki waktu berkualitas bersama,” Raka menjelaskan, mengundang Keisha untuk duduk.

Mereka berbincang dan tertawa, berbagi cerita tentang hari-hari mereka. Keisha merasa hatinya kembali berdebar melihat Raka yang perhatian. Namun, saat suasana semakin intim, Keisha teringat batasan-batasan yang harus mereka jaga sebagai suami-istri.

“Raka, aku ingin kita menikmati momen ini, tetapi ingat, kita sudah menikah dan perlu menjaga batasan,” ucap Keisha, mengingatkan.

“Ya, aku mengerti. Aku hanya ingin kita bisa berbagi keintiman secara emosional, bukan fisik,” jawab Raka, menghormati keputusan Keisha.

Keisha merasa lega. “Baiklah, mari kita nikmati malam ini tanpa terburu-buru.”

Malam itu dipenuhi dengan percakapan mendalam dan tawa yang hangat, mengingatkan mereka pada saat-saat awal mereka jatuh cinta. Keduanya merasa semakin terhubung dan berjanji untuk terus menjaga hubungan mereka meski dengan adanya tanggung jawab baru sebagai orang tua.

Saat kembali ke kehidupan sehari-hari, mereka berdua merasa lebih siap menghadapi tantangan apapun yang datang. Keisha menyadari bahwa cinta dan komitmen adalah fondasi kuat yang akan mendukung mereka melalui setiap fase dalam kehidupan.

Dengan penuh semangat, Keisha bersyukur atas keluarga yang mereka bangun dan berjanji untuk terus menjaga kehangatan di antara mereka. Sebuah perjalanan baru menanti, dan mereka siap untuk menghadapinya bersama.

1
Cesar Cesar
Jalan cerita hebat.
OsamasGhost
Ini novel asyik banget thor, keep going!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!