Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Aku melihat Leo datang dengan mimik muka yang tak biasa. Biasanya wajahnya datar dan dingin, tapi pagi ini aku melihatnya menyunggingkan senyumnya.
"Selamat pagi nyonya Anna!" sapa nya dengan wajah sumringah. Aku yang tak terbiasa mendapat sapaan darinya mengerutkan keningku dan menggaruk tengkuk ku, alih-alih menjawab sapaannya.
Ketika ia akan masuk ke dalam ruangannya, aku menegurnya. "Langsung masuk ke ruangan suami saya. Sejak kemarin kedatanganmu sudah di nantinya!" kataku tegas.
Ia berbalik badan dan mengangguk masih dengan senyum mengembang. "Setelah saya meletakkan tas nyonya." katanya. Lalu masuk ke dalam ruangannya.
Leo membuatku menggelengkan kepala beberapa kali, kesambet setan apa si kanebo kering itu. Sepertinya kanebo kering sudah tersiram air, batinku.
Aku masuk ke dalam ruangan mas Dimas karena ingin melihat amukannya pada Leo. membayangkannya membuatku merasa senang. Haha, entah kenapa aku merasa senang jika mas Dimas akan menghajarnya.
"Kenapa kamu senyum-senyum?" tanya mas Dimas heran. Aku langsung mengambil tempat duduk di sofa sebelum menjawabnya.
"Leo sudah datang, sebentar lagi masuk!"
Aku lihat mas Dimas mendelikkan matanya. Lalu mengendurkan dasi di kerahnya.
"Benarkah! Si brengsek itu sudah datang." katanya semangat, mas Dimas juga menggulung lengan kemejanya sampai siku.
Aku mengangguk. "Hmm!" hanya berdehem menjawabnya.
Tak lama kemudian aku mendengar suara pintu ruangan di ketuk.
Tok
Tok
"Masuk!" ucap mas Dimas lantang.
Aku menyandarkan bahu ku ke sofa duduk dengan tenang melipat kedua lenganku di depan perut dengan menyilang kaki.
Untung aku sudah meminta Dewi untuk membawa Yessa ke ruang bermain khusus untuk Yessa di lantai ini. Jadi tak perlu khawatir, jika Yessa akan melihat adegan kekerasan yang akan ayahnya lakukan. Setelah mengetahui, jika memiliki anak, mas Dimas membuat ruang bermain khusus untuk Yessa.
"Selamat pagi Tuan, Nyonya!" Leo menunduk sopan setelah masuk dan menutup kembali pintu ruangan.
Mas Dimas berdiri dari kursinya, dan mendekati Leo.
"Kenapa kau senyum-senyum, aku tak akan luluh melihat senyumanmu itu. Dasar asisten kurang ngajar, bisa-bisa nya kau mengerjai bos mu, dengan memintaku mendatangi acara temanmu. Kau gila ya!" ucap mas Dimas dengan penuh emosi.
Leo masih tersenyum dan menggaruk tengkuknya. "Ma-maaf Tu-an. Saya tidak enak karena tidak bisa datang. Jadi,,,"
"Jadi kau menjebak bos mu,,"
"Maaf Tuan heheh!"
"Maaf maaf, kau pikir maaf mu bisa meluluhkan ku. Karena ulahmu, istriku sampai rela melayaniku sampai pagi demi mengembalikan moodku yang sudah kau rusak! Dasar asisten gila."
"Maaf Tuan, tapi kan itu memang sudah tugas Nyonya Anna melayani anda sebagai suaminya. Apa Tuan ingin saya yang melayani anda?"
"Astaga! Kenapa kau ini lama-lama semakin gila Leo."
"Maaf Tuan!"
"Maaf maaf, aku sampai bosan mendengarmu bilang maaf."
"Lalu apa yang harus saya lakukan untuk menebus kesalahan saya?"
"Aku ingin kau mengambilkan ku buah mangga muda yang ada di rumah orang kaya di jalan bangau, pagar warna silver dan cat tembok warna abu-abu."
"Haah! Mangga muda?"
"Hmm! Ambilkan yang di sebelah Utara, aku ingin 3 buah ambilkan sekarang juga, setelah itu buatkan bumbu kacangnya sekalian."
"Tuan, mana bisa aku membuat bumbu kacang, lagi pula kenapa harus mangga di rumah orang itu. Kalau anda mau aku bisa membelikannya."
"Tidak ada tawar menawar, cepat lakukan sekarang juga perintahku. Jangan lupa, videokan aksimu saat memanjat pohon itu, jangan coba-coba membohongiku!"
"Baik tuan!"
Leo keluar ruangan dengan wajah lesu. Senyum di bibirnya langsung hilang begitu mendapatkan perintah dari suamiku. Mampus, memang enak! Batinku bersorak senang, sebenarnya aku kurang puas karena mas Dimas sama sekali tidak menghajarnya. Aku ingin mas Dimas menendang tulang kering nya seperti yang ada di hayalanku, tapi ternyata tidak ada adegan seperti itu.
Tapi seperti itu saja sudah membuatku puas, karena Leo harus memanjat pohon mangga yang tinggi. Tunggu dulu! Mangga! Mas Dimas ingin apa dengan mangga muda itu. Aku menatapnya yang sedang duduk di sofa tunggal di depanku, ia menghabiskan air mineral di dalam botol.
"Mas mau apa sama mangga muda?" tanyaku penasaran.
"Hehe, pengen aja. Setiap hari selalu melewati rumah yang di depan rumahnya ada mangga yang bergelantungan, mas ingin memakannya. Mangganya seolah melambai-lambai minta di makan!" jawabnya.
Aku mengangguk saja, entah sejak kapan mas Dimas suka mangga muda, jangankan yang muda, yang matang saja mas Dimas tidak suka. Tapi ya sudah lah, tidak perlu ku pikirkan.
...🌸🌸🌸🌸🌸...
POV Leo
Aku menendang pintu lift setelah tertutup. Dimas benar-benar menyebalkan. Aku harus memanjat pohon mangga yang tinggi sebagai bentuk permintaan maafku. Konyol sekali pria itu.
Sejak bersatu kembali dengan Amanda, suasana hatiku sangat bagus sekali setiap harinya. Bagaimana tidak, aku sebentar lagi akan memiliki anak, anak yang sudah aku tunggu-tunggu kehadirannya selama 4 tahun pernikahan kami.
Setiap hari juga aku bisa menyalurkan hasratku yang terpendam selama 6 bulan berpisah darinya.
"Argh! Sialan!" umpat ku kesal.
Papa memintaku agar kembali ke perusahaannya, menduduki jabatan yang dulu ku tinggalkan. Tapi aku menolaknya, karena aku terikat kontrak dengan perusahaan om Willi. Meskipun papa bisa membayar denda penaltinya, tapi aku tidak ingin. Aku harus profesional bekerja.
Saat sedang melajukan mobilku, tiba-tiba ponselku berdering, nama kak Vano terpampang di layar ponselku.
"Ada apa?" ucapku ketus.
"Ada apa denganmu? Bukannya kemarin baik-baik saja?"
"Tidak papa! Ada apa Abang menelfonku?"
"Le, Abang ingin pergi bulan madu bersama Raline setelah menikah nanti, bisa tidak kau gantikan Abang di kantor?" ucapnya. Aku memijit keningku, mendengar permintaannya.
"Mana bisa, aku kan sudah mengatakan pekerjaanku disini banyak."
"Ck! Kau ini, lebih mementingkan perusahaan orang lain. Di banding perusahaan sendiri."
"Bukan begitu bang, aku harus profesional. Kontrakku akan berakhir setelah 1 tahun. Setelah itu aku bisa keluar dari perusahaan om Willi."
"Hanya sampai aku pulang dari bulan madu saja Le!"
"Lagian untuk apa sih bulan madu segala, Raline kan sudah hamil. Bukannya setiap hari kakak dan Raline berbulan madu." jawabku menohok.
"Tetap berbeda Le, kami kan melakukannya sebelum menikah. setelah menikah akan ada perbedaannya."
"Sama saja kak, kecuali seperti aku dah Amanda, pertama kali melakukannya setelah kami menikah."
"Haiiis, kau ini. Anggap saja sebagai permintaan maafmu karena sudah membongkar rahasiaku dan Raline."
"Tidak bisa, sebaiknya minta papa saja. Aku matikan teleponnya, karena aku sedang banyak pekerjaan!"
Tut
Aku memutuskan sambungan telepon sepihak, karena sudah sampai di depan rumah yang memiliki pohon mangga.
Bergegas keluar dan mendekati pos keamanan rumah mewah ini.
ada ada aj kau dim
good job Leo,.maklum lah Dimas kan CEO amatir..
Leo dikerjain bos yang lagi nyidam...