Dia bukannya tidak sayang sama suaminya lagi, tapi sudah muak karena merasa dipermainkan selama ini. Apalagi, dia divonis menderita penyakit mematikan hingga enggan hidup lagi. Dia bukan hanya cemburu tapi sakit hatinya lebih perih karena tuduhan keji pada ayahnya sendiri. Akhirnya, dia hanya bisa berkata pada suaminya itu "Jangan melarangku untuk bercerai darimu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Geisya Tin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
“Ke mana saja kamu setahun ini, Shima?”
Suara Deril sedikit melembut, seolah sikap dingin dan cuek sejak kemunculan Karina, sekarang sudah hilang.
“Apa kamu masih peduli padaku, Pak Deril?”
“Berhenti memanggilku Pak!”
Shima membuang muka, dengan cepat dia menghabiskan supnya. Dia ingin urusannya cepat selesai, dan berniat pergi.
Namun, Deril ingin memperpanjang urusan, dan Shima tidak bisa menebak apa motifnya kali ini.
“Kenapa memangnya? Bukankah kamu memang Bapak-bapak?”
“Shima!” kata Deril marah, dengan keras menghardik Shina dan ingin perempuan itu jera.
Namun, lagi-lagi Shima tidak seperti biasanya, dia tidak terpengaruh oleh bentakan suaminya.
Dia beranjak dan berkata, “Aku gak punya urusan lagi denganmu, kabari aku kalau kamu sudah ada waktu pergi ke kantor catatan sipil!”
Shima pergi dengan tergesa-gesa dan tidak ingin tinggal bersama Deril lebih lama. Dia hanya bertanya-tanya dalam hati, kalau Karina tidak tinggal di sana, lalu di mana sekarang dia berada?
Shima sampai di halaman rumah besar itu tanpa halangan, Deril tidak memaksanya untuk tinggal. Dia bertemu dengan Candra yang sudah siap membukakan pintu mobil untuknya.
“Pak Candra, apa Karina dan anaknya gak tinggal di sini?” tanya Shima saat melewati Candra yang sedang berdiri di samping mobil.
Candra sebenarnya tengah menunggu perintah bos, dan ingin mengantarkan Shima pulang.
“Dia tinggal di perumahan Teratai, Nyonya.”
Mendengar jawaban Candra, suasana hati Shima tidak seperti saat tahu kalau bajunya, tidak dimusnahkan oleh Karina.
“Perumahan Teratai? Itu—“ Shima tidak melanjutkan ucapannya. Tiba-tiba dia ingat, perumahan Teratai adalah, tempat yang ingin dijadikan sebagai rumah masa depannya. Permintaan itu pernah dikemukakannya pada Deril di awal-awal pernikahan mereka.
Semua pengantin baru memang begitu, memiliki ekspektasi yang tinggi pada pasangannya. Tentunya, juga ingin memiliki rumah sendiri yang terpisah dengan kedua orang tua mereka.
Namun, sekarang perumahan itu menjadi rumah masa depan Karina. Shima hanya tersenyum masam, menyadari suaminya sudah melupakan mimpi mereka berdua.
“Nyonya, mau pulang sekarang? Kalau begitu, biar saya antar.”
“Nggak usah! Oh ya, kita bisa bertemu lagi besok di KUA!” Shima berkata sambil mempercepat langkah dan Candra hanya membeku di tempatnya. Hati sopir itu prihatin dengan hubungan majikannya.
“Kantor KUA?” ucap Candra penuh tanya pada dirinya sendiri.
Dia berprasangka baik, kemungkinan kali ini usaha Shima akan berhasil. Sebab, sudah beberapa kali dia ingin mengajukan perceraian, tapi Deril tidak pernah mengabulkan. Lebih baik berpisah saja, dari pada bersama tapi hati terus terluka.
Sebenarnya dia ingin memberi tahu sesuatu, tapi merasa tidak berhak dan membiarkan Shima pergi dengan taxi.
Dari balik jendela, Deril melihat kelakuan istrinya dan mengira bahwa, Shima benar-benar tidak membutuhkan belas kasihan lagi darinya lagi. Buktinya, perempuan itu pergi naik taxi sendiri dan tidak merengek pada Candra untuk mengantarnya.
Kalau dulu, Shima selalu meminta Candra mengantarkannya ke mana pun dia ingin pergi. Meskipun tahu Deril tidak akan mengizinkannya, dia tetap ngotot, hingga Deril dan Candra mengalah.
Deril selalu melarang Shima pergi dengan pria lain, tapi Shima tetap semaunya, karena yakin Deril tidak akan memarahinya. Suaminya itu dulu selalu memperlakukan bak seorang putri raja.
Shima memang manja, tapi Deril tahu kalau gadis itu kuat. Kepribadiannya hasil dari didikan keluarga Wisra yang taat agama dan sangat menjaga harga dirinya.
Shima pernah menang olahraga bela diri dan sepak bola wanita, dia juga jago berenang. Maka dari itu, saat Shima terjatuh dari tangga Deril memilih menyelamatkan Karina yang tidak bisa apa-apa.
Namun, Deril tidak menyangka jika Shima keguguran sampai pingsan dan masuk rumah sakit. Dia juga sempat koma setelah dokter melakukan tindakan.
Deril pikir Shima hanya pura-pura jatuh untuk mencari perhatian, di saat yang sama Karina akan segera melahirkan. Semua bukan tanpa alasan sebab dahulu, Shima pandai berpura-pura, untuk mencari perhatiannya. Meskipun begitu, Deril tetap menyayanginya.
Saat itu kemarahannya memuncak, bagaimana mungkin Shima pura-pura jatuh bersamaan dengan Karina yang kesakitan.
Shima sudah keterlaluan. Seharusnya dia tidak perlu cemburu seperti itu, karena Karina tidak memiliki suami yang bisa diandalkan lagi.
Apa yang dilakukan Shima, bisa membahayakan nyawa orang hanya untuk mendapatkan perhatian.
Namun, Deril lebih heran lagi saat Shima justru mengajukan perceraian dan menuduhnya pilih kasih.
Deril tidak mau mengabulkan keinginan Shima yang satu ini. Dia mengulur waktu, membiarkan Shima pergi selama satu tahun sebagai alasan agar istrinya itu memohon. Shima tidak mungkin mau bercerai begitu saja, karena dia membutuhkan uang.
Namun, yang tidak terduga adalah, Shima tetap bertahan dan kembali mengajukan perceraian meski dia tidak mau tanda tangan.
Deril mengabaikannya karena dia yakin Shina pasti merindukan dirinya.
Hari itu, Deril kembali ke kantor perusahaan dan menghabiskan waktu di sana. Diam-diam dia mengepalkan tangan dengan kuat dan rahangnya pun mengeras. Ternyata, diabaikan Shima rasanya lebih sakit dari saat dia menuduhnya selingkuh dengan Karina.
#####
Sementara itu, di tempat yang berbeda Shima sedang bicara dengan pengacara yang dia percaya untuk mengurus perceraiannya. Pengacara paruh baya itu menggelengkan kepala dan tersenyum masam mendengar ucapan Shima yang akan membuat cerai untuk kesekian kalinya.
"Jadi, sekarang kamu janji ini untuk yang terakhir kali?" kata Danu Dirja, nama pengacara itu.
"Hmm!" Shima mengangguk, sebenarnya dia juga malu. Namun, surat cerai yang dia buat selalu dirusak oleh Deril. Padahal, dia ingin sesegera mungkin, melepaskan diri dari sang suami.
"Baiklah, sekarang apa kamu mau membuat kompensasi? Kalian sudah menikah cukup lama, dan Tuan Deril itu orang kaya, minta saja yang banyak kali ini padanya!" kata Danu Dirja sungguh-sungguh.
Selama ini, Shima selalu mengajukan permohonan perceraian tanpa adanya harta gono-gini. Semua itu karena Shima tidak mau di cap sebagai seorang yang materialistis dan menginginkan harta Deril. Dia memang menikah karena cinta. Namun, bisa jadi, hal itulah yang justru membuat harga diri Deril terluka dan mengira Shima menganggap rendah dirinya.
"Baiklah! Kalau begitu tulis saja satu tambahan kompensasi uang tunai lima ratus juta," kata Shima sedikit ragu.
"Apalagi? Ingat, suamimu itu orang terkaya di kota kita ini!" tanya Danu Dirja, sambil tersenyum, memangnya apalagi kalau bukan uang?
"Kamu yakin, cuman uang segitu yang kamu mau? Kalau ada yang mau kamu tambahkan lagi, aku bisa menulisnya sekarang!"
"Tidak ada, kamu tunggu Deril besok di KUA!"
"Oke!"
Jawaban itu membuat Danu Dirja berpikir Shima benar-benar sudah putus asa. Jika sebagai penggugat tidak hadir di pengadilan, akan membuat proses perceraian cepat selesai. Dia tidak perlu lagi bertanya tentang alasan Shima sebab sejak awal, tuduhannya selalu sama, yaitu perselingkuhan suaminya.
aku cuma bisa 1 bab sehari😭