Setelah kematian Panca, kekasihnya tujuh tahun yang lalu. Andara mencoba menyibukkan diri untuk karirnya. Tidak ada ketertarikan untuk mengenal cinta.
Andara gadis muda yang cantik dan energik, dia berhasil menempati posisi manajer di sebuah perusahaan fashion. Usianya sudah memasuki 27 seharusnya memikirkan pernikahan. Akan tetapi belum ada lelaki yang bisa masuk ke hatinya.
Butuh waktu bagi Dara untuk membuka hati pada pria lain. Entahlah, ada magnet tersendiri membuat dia malas memikirkan pasangan.
Ervan Prasetya, pria matang yang punya jabatan bagus di perusahaan tempat kerja Andara. Mereka di pertemukan dalam sebuah kerja sama tim. bagaimana Tom dan Jerry mereka selalu bertengkar.
Tapi ternyata itu yang membuat Ervan makin penasaran dengan Dara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa ekprisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
Bagaimana kalau ternyata mamanya punya seseorang untuk pendamping hidup. Dara tidak bisa membayangkan jika memang hal itu benar-benar terjadi. Belum siap? Iya dia tidak akan siap jika mamanya hamil tua atau mungkin punya adik lagi. Sementara dia nanti pasti akan menikah dan fokus pada keluarga kecilnya.
Dara meletakkan handphonenya di meja kerjanya. Mood nya langsung hilang. Dia beranjak ke kantin setelah membereskan barang di meja kerjanya. Langkahnya terhenti saat melihat Bu Becca masuk ke ruang kerja Ervan. Wanita itu melengos tanpa menyapa dirinya. Keramahan yang dia dapat beberapa hari yang lalu hilang. Tak masalah baginya. Dia juga tidak berharap lebih pada wanita itu.
Dia sudah masuk ke pantry. Cacing di perutnya sudah berdemo sejak tadi. Waktu jam istirahat pun bisa di bilang sangat singkat. Sekarang jam 12. 50, itu artinya dia harus memanfaatkan waktu sebelum kembali bekerja.
Dara meminum satu gelas sereal. Katanya bisa mengganjal lapar. Entahlah dia tidak paham teori itu darimana. Dia juga bukan penggila sereal. Di rasa waktunya sudah cukup dia mencuci gelas lalu kembali ke ruangannya.
"Selamat, Ya Dara. Tadi pak Hendro bilang desain kamu lolos itu Jakarta Fashion Week. Keren... keren..." ucap Edo ketika bertemu di pantry.
"Terimakasih, Do. Kan aku baru lolos awal pasti masih ada seleksi lain yang mungkin belum tentu juga aku dapat."
"Kapan, acaranya?" tanya Edo.
"Belum ada pengumuman. Pokoknya tunggu saja."
Ruang kerja Dara mendadak ramai. Beberapa orang menyalami Dara satu per satu. Termasuk Ervan bersama kedua orangtuanya. Bu Becca juga memberi selamat pada Dara.
"Dara, barusan saya mendapat kabar. Kalau kamu akan menjadi peserta tetap di pandu desainer legendaris Ivan Gunawan. Jadi dia yang akan jadi mentor kamu selama karantina. Selamat ya, Nak." ucap Pak Hendro.
"Ivan Gunawan? serius, Pak." ucap Dara masih tidak percaya. Pak Hendro mengangguk mengartikan kalau memang itu benar adanya.
"Karena saya juga akan ikut untuk perwakilan perusahaan, jadi saya harap kalian tetap bekerjasama seperti biasa. Masih ada proyek kita yang harus di selesaikan. Pak Hendro akan memantau pekerjaan kalian."
"Baik, Pak." kata Edo. Semua yang ada di ruangan pun tidak kalah semangat.
"Oke semuanya, sebagai perayaan keberhasilan Dara. Saya akan traktir kalian makan sepuasnya. Dan mungkin kita akan lembur setelah ini." Mendengar kata lembur mereka langsung mendung.
"Yah, Pak. Kirain langsung pulang." kata Edo.
"Sudah, kamu ini banyak mau nya. Di traktir bos aja sudah senang." Kata Lando. "Ka, kamu ikut kan?" Lando mendekati Ika yang duduk di sebelah Dara.
"Enggak." ucap Ika sinis.
"Kalau tidak muat di mobil pak Ervan, Pakai mobil saya saja. Tadi ada sopir dari keluarga saya antarkan mobil." Dara mengeluarkan kunci mobil dari tas nya. Menyerahkan pada Lando. Belum sempat kunci mobil di raih Lando, Ervan langsung merebut serta berhasil mengambil kunci mobil Dara.
Di kantor memang hanya Lando yang bisa membawa mobil. Beda dengan Edo yang terbiasa bawa motor, Dara pun lebih sering meminjamkan mobilnya untuk urusan kantor.
"Papa dan mama pakai mobil aku saja." kata Ervan.
"Oke, kita berangkat sekarang." kata pak Hendro.
"Mas, bentar. Temanku dan anaknya mau kesini. Untuk pengenalan sama Ervan. Mas, jangan lupa janji kita pada mereka." kata Becca.
"Yasudah ajak mereka gabung dengan kita. Mungkin ini momen pengumuman anak kita." kata pak Hendro.
Ervan mendengar hal itu langsung terhenti. Dia yakin mamanya mau membahas perjodohan hutang budi. Dia langsung menginstruksikan agar segera berangkat. Ervan pun tak lupa menarik tangan Dara agar jauh dari papanya.
...*****...
Dara baru saja keluar dari toilet cafe. Dia sudah akan kembali menemui rombongan kantornya di lobby cafe. Dengar-dengar satu ruangan lobby memang sengaja di pesan untuk acara mereka. Benar-benar enak punya kuasa tinggi.
"Eh, tadi ada calon istrinya pak Ervan datang. Biasa aja sih wajahnya nggak cantik. Masih cantik Ika." kata salah satu anggota rombongan kantor.
Dara mencoba tidak peduli rumpian temannya. Dia merasa ada barang yang tertinggal di toilet. Kembali pamit pada rekannya. Dia bernafas lega karena barangnya masih ada di wastafel. Baru saja dia hendak berbalik ada yang menyapa dirinya.
"Kamu apa kabar, Dara?" Kaki nya terhenti saat mendengar sapaan itu.
Suara perempuan yang tidak asing di indera pendengarannya. Dara berbalik, benar saja. Perempuan muda berjalan penuh percaya diri ke arahnya.
"Kamu apa kabar, Dara?" pertanyaan itu kembali di ulang wanita di depannya.
"Baik." Dara langsung berjalan meninggalkan perempuan itu. Dia malas berlama-lama di sana.
"Kalau jodoh emang tidak kemana-mana, ya. Kita di pertemukan lagi setelah sekian tahun kamu menikung aku. Heuuuh, tidak menyangka aku bertemu pelakor di perusahan ini." ucap perempuannya itu.
"Kamu ngapain di sini? Bukannya kamu harusnya kerja di perusahaan papa kamu. Bukannya... Ah sudahlah percuma juga ngomong sama kamu." Dara melengos tanpa menyapa perempuan itu. Namun tangannya di tahan. Dara berbalik tampak wajah di depannya seperti menantang.
"Dengar, Ya. Aku malas ribut sama kamu." Dara dengan cepat menghempas tangannya sehingga perempuan itu terjungkal ke lantai.
"Kamu berani sama saya. Bawahan saja belagu!" amuknya.
"Oh ya, kenapa saya harus hormat pada anda? padahal anda juga tamu di sini. Saya tidak tahu apa urusan kamu disini. Cuma satu hal, saya malas berurusan sama orang gila, Kinara!" Dara menatap Kinara dengan tampang mengejek.
"Kamu!" Kinara tak segan menunjukkan ke arah Dara.
Dara sudah berkumpul di tengah rekan sejawatnya. Tampak Ika dan Gesy berbicara pada Kinara. Sepertinya mereka sudah akrab. Dara tidak peduli soal itu, mungkin mereka sudah saling kenal.
"Coba ada Reva, mungkin dia senang bisa bertemu kamu lagi, Kinara." kata Marika Andini.a
"Jadi kamu di panggil Ika di sini, bukan Dini." kata Kinara. "Aku juga kaget kalau Ika yang sering di sebut itu kamu, Dini. Bukannya kamu dulu dari keluarga biasa?"
"Emang aku dari keluarga biasa. Tapi orangtuaku masih ada hubungan keluarga dengan pak Hendro. Aku senang kamu sudah move on dari kak Fajar. By the way aku dengar kamu dan kak Ervan di jodohkan karena dia pakai jantung tunangan kamu. Siapa itu? terakhir bukannya kamu sama kak Fajar? kata Ika kemudian.
Kinara menatap kearah Dara yang duduk diantara staf lainnya. Tatapan seperti mendapat kemenangannya. Namun wajahnya kembali muram melihat tatapan Ervan pada Andara.
"Dia sudah berapa lama kerja di perusahaan ini?" tanya Kinara pada Ika.
"Lima tahun kalau tidak salah. Hampir enam tahun sih. Kenapa? Kamu kenal sama Andara?" tanya Ika.
"Dia itu sepupu kak Fajar." jawab Kinara.
"Oh, by the way, aku dengar kak Fajar sudah nikah sama Embun. Tapi sampai sekarang belum punya keturunan." kata Ika.
"Itu karma untuk mereka." ucap Kinara.
"Assalamualaikum." suara mikrofon diatas panggung cafe.
Pembawa acara berdiri atas permintaan pak Hendro dan keluarga Kinara. Semua yang ada di lobby tertuju pada pria yang menyebut namanya Gian.
"Perkenalkan saya Ginanjar. Biasa di panggil Gian, kata orangtua saya kalau Ginan kayak nama cewek. Saya di daulat oleh keluarga besar Rebecca klown dan Veronica untuk mengumumkan calon istri untuk Ervan Prasetya.
Kepada Ervan Prasetya dan Kinara Anggraini di minta berdiri bersama orangtuanya masing-masing."
Pembawa acara pun memberikan mikrofon pada Pak Hendro. Pria paruh baya itu merangkul pundak Ervan sebagai rasa bahagia.
"Saya senang kalau momen ini akhirnya tiba. Sudah lama kami menantikan hari ini, bahkan mungkin Ervan juga begitu. Saya dan keluarga besarnya ibu Veronica akan mengumumkan kalau pertunangan Kinara Anggraini dan Anak kami Ervan Prasetya akan di langsungkan minggu depan."
Dara tadinya mencoba masa bodoh. Dia tidak peduli dengan pasangan yang tengah berbahagia. Namun celetukan Ika membuatnya terdiam.
"Siapa ya yang donorkan jantung pak Ervan. Katanya itu tunangan Kinara." Oceh Ika.
yuk mampir sudah up
apa salah nya di coba dulu.
kebanyakan readers juga gak suka klo alurnya muter2 dan bertele tele thor🙏🏻
semangat yaaa 🥰🥰