Novel Ini adalah Seasons Kedua Dari Novel Cerai Yuk.
🌹🌹🌹
SINOPSIS
Ditinggal meninggal oleh istri yang sangat ia cintai, membuat dunia seorang Raditya Gunawan, bapak dengan tiga orang anak tersebut, runtuh seketika.
Dia seperti tak memiliki tujuan hidup lagi. Bahkan dirinya tidak mau menikah lagi. Alasan dia bertahan sampai dengan saat ini hanyalah anak-anaknya.
Namun sepertinya prinsip itu mulai tergoyahkan. Saat tanpa sengaja, dia bertemu dengan seorang wanita yang memiliki paras yang begitu mirip dengan mendiang istrinya, Kalista Vionita (Lilis)
Tetapi meski wajah mereka sangat identik, karakter keduanya sangat berbeda. Membuat Raditya begitu sulit untuk menaklukkan pribadi perempuan yang bernama Melisa Indah Permata itu.
"Harus berapa kali gue bilang. Jangan panggil gue dengan nama Lis, gue nggak suka. Tapi panggil gue dengan nama Melisa.. atau Mel.." - Melisa
"Tapi aku suka panggil kamu dengan nama Lis... atau Lilis.. "- Raditya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lv Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I WILL HOPE YOU
Kei membuka pintu toko kue KALISTA. Dia langsung duduk di tempat biasa dia ngobrol dengan Sintya. Tak lama, Sintya pun keluar.
"Eh, lo. Nggak kerja lo?" tanya Sintya.
"Udah pulang gue. Lo mau balik ya?" tanya Kei.
"Baru aja mau pulang. Kebetulan ada lo, anterin gue ya." kata Sintya seraya nyengir kepada sepupunya itu.
"Ya elah, gue ke sini bukan mau nganterin lo pulang. Lagian, laki sendiri ada. Kenapa nggak telepon dia aja sih?"
"Ya terus ngapain lo ke sini?" tanya Sintya.
"Eh Sin, Melisa mana? Kok dari tadi gue ngga liat dia sih." tanya Kei penasaran.
"Hmm. Jadi lo kemari cuma mau ketemu sama Melisa?" tanya Sintya.
"Gue mau ngajak dia jalan. Yah, karna dulu nggak bisa ngajak temen lo, yang miripnya juga nggak masalah."
"Idih, gila lo ya? Pulang sana. Melisa udah nggak ada di sini." jelas Melisa.
"Loh, kemana dia?"
"Pergi, sama mas Radit." jawab Sintya.
"Ha? Kok lo biarin sih?" Kei shock.
"Hei....Siapa gue? Yaa suka-suka bos gue dong. Karyawan-karyawan dia. Apa urusannya sama gue."
"Gercep juga si bapak satu itu. Sialan." umpat Kei.
"Udah...cari yang lain aja. Noh, dibelakang banyak yang masih jomblo." kata Sintya.
"Ah, nggak asik ngobrol bareng lo. Udah ah, gue balik dulu." kata Kei. Dia langsung berjalan ke arah pintu.
"Kei... tungguin... " Sintya mengejarnya.
...****************...
Sementara di rumah Radit, Melisa masih bengong melihat semua foto-foto yang terpajang di dinding dan meja. Foto yang membuat dirinya nyaris tidak percaya dan seperti mimpi.
Bagaimana tidak, Melisa melihat foto seorang perempuan yang dia duga sebagai istri dari atasannya itu, yang begitu mirip dengan dirinya. Bedanya perempuan itu berhijab sedang dirinya tidak.
Radit lalu melihat kepada Melisa yang masih terperangah menatap foto pernikahannya. Dia lalu mendekati Melisa.
"Siapa dia?" tanya Melisa. Matanya berkaca-kaca.
"Radit menarik napas dalam. Dia juga mengalihkan pandangannya kepada foto tersebut.
"Dia istri ku. Namanya Kalista Vionita." jawab Radit dengan matanya yang mulai mendung.
"Istri lo?" tanya Melisa tak percaya. Radit menganggukkan kepalanya.
"Ya Tuhan, tapi kenapa bisa?" Melisa memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Dia masih terus mencoba untuk mencerna apa yang ada di hadapannya saat ini.
"Karena itu, aku mau kamu mengasuh anak-anakku. Sebab wajah mu bisa menjadi pengobat rindu bagi mereka akan kehilangan ibu mereka, Lis." Radit mulai menjelaskan alasan dia memilih Melisa untuk menjadi istri kontraknya.
"Jadi maksud lo...?" ucap Melisa.
"Kalista udah meninggal, delapan bulan yang lalu. Saat melahirkan anak ketiga kami." Napas Radit tampak sesak saat menceritakan perihal kematian istrinya itu.
Tampak sangat jelas, jika sang Manager itu sangat mencintai mendiang istrinya. Istri yang telah memberikannya tiga malaikat kecil itu. Dua perempuan dan satu laki-laki.
"Gue minta maaf." Kata Melisa yang menyesali ucapannya semalam.
"It's Oke Lis." jawab Radit.
"Lo pasti sayang banget ya sama dia?" ucap Melisa seraya tersenyum melihat foto wanita bernama Kalista itu.
"Banget. Mungkin kalau aku nggak ketemu sama kamu, aku nggak akan pernah menikah lagi. Dia adalah wanita terbaik di dalam hidup ku, Lis." Radit tersenyum sambil di juga menatap foto Kalista.
"Istri lo pasti bahagia di sana. Ngeliat lo baik-baik aja di sini, meski pun tanpa dia. Lo laki-laki yang hebat." kata Melisa. Radit menoleh kepada Melisa.
"Okeh, mulai hari ini. Gue bakalan ngebantu lo untuk membuat anak-anak lo, nggak akan kehilangan figur ibu mereka. Gue akan menjamin, kalau mereka nggak akan kekurangan kasih sayang ibu mereka sedikit pun. Ayo semangat Bos!" ucap Melisa yang membuat Radit tertawa pelan.
"Thanks ya, Lis. Kamu emang kayak malaikat penolong yang Tuhan kirim untuk anak-anak ku." ucap Radit. Melisa hanya tersenyum.
"Ayo aku tunjuk kamar mu." ajak Radit.
Melisa pun mengikuti Radit, masuk lebih jauh ke dalam rumah. Mereka lalu berhenti di depan sebuah pintu kamar. Radit lalu membuka pintu kamar tersebut.
"Lis, kamu boleh pakai kamar ini ya. Di sini ada dua ranjang. Itu ranjang yang bertingkat untuk Kinan dan Kaila. Mereka umurnya sudah 10 dan 4 tahun. Sedangkan yang bungsu, namanya Demian. Umurnya baru 8 bulan. Nanti, kamu juga akan dibantu sama Sus Laras. Dia baby sitter yang udah lama kerja dengan kami." jelas Radit.
"Apa ada yang mau kamu tanyakan?" tanya Radit.
"E, kebiasaan apa yang paling sering mereka ingat saat bersama ibu mereka?" tanya Melisa.
"Mereka ingat semuanya Lis. Karena dunia mereka memang ada bersama ibunya. Sedang aku, aku baru dua tahun ini dekat dengan mereka. Jadi, lakukan aja seperti apa yang kamu bisa. Aku nggak menuntut kamu untuk harus menjadi seperti ibu kandung mereka. Oke?" Radit menepuk pundak Melisa. Membuat Melisa terdiam dan melihat kepada suami kontraknya itu.
"Aku keluar dulu ya, cari makan malam kita." ucap Radit. Dia kemudian berlalu keluar rumah. Melisa hanya melihatnya saja.
...****************...
Selesai sholat maghrib, Radit keluar dari kamarnya. Dia langsung melihat Melisa yang sudah di dapur. Di perhatiannya gadis bar-bar tersebut. Lalu dia mendekati Melisa.
"Kamu belum mandi?" tanya Radit.
"Udah kok. Tapi pakai baju tadi lagi. Kan kita belum ambil baju gue di kontrakan." kata Melisa jujur.
"Ya udah, ikut aku sini." kata Radit.
Melisa pun diam saja dan terus mengikuti Radit yang berjalan ke arah kamar lain. Radit lalu membuka sebuah lemari pakaian yang cukup besar.
"Kamu boleh pakai semua baju-baku ini." ucap Radit. Melisa pun melihat kepadanya.
Melisa lalu mendekati lemari itu. Dia melihat ada begitu banyak baju. Sepatu, tas branded, perhiasan, jam tangan dan kerudung.
"Ini semua milik Kalista. Kamu boleh pakai. Yang mana aja. Bebas." kata Radit.
"Tapi, ini semua kan kenang-kenangan untuk lo. Masa gue pakek sih?" ucap Melisa.
"Kenang-kenangan itu bukan di dalam lemari Lis, tapi di sini dan di sini." Radit menunjuk hati dan kepalanya. Melisa pun terdiam.
Radit kemudian keluar dari kamar tersebut. Yang ternyata merupakan kamar dia dan mendiang istrinya dulu.
Melisa pun menutup pintu dan mengganti pakaiannya dengan baju yang biasa Kalista pakai, jika sedang berada di dalam rumah. Setelah itu, Melisa kembali ke ruang makan yang menyatukan dengan dapur dan ruang nonton tersebut.
Melihat wanita yang begitu mirip dengan istrinya memakai pakaian yang biasa istrinya dulu pakai, membuat detak jantung Radit tiba-tiba saja berdegup dengan sangat kencang. Seperti ada getaran yang sulit terbantahkan oleh Bapak tiga anak tersebut.
Radit seperti melihat Kalista hidup lagi. Dia sampai bengong dan tidak berkedip dalam menatap Melisa yang sudah duduk di depannya.
"Napa lo?" tanya Melisa. Dia mulai menyuapi makanannya ke mulut.
"A? Enggak. Nggak papa."
"Gue Melisa ya? Jangan lupa-lupa lo." kata gadis ceplas ceplos itu.
"I know Lis. Tenang aja." ucap Radit.
"Oh ya, lo suka makan apa kalau pagi? Maksud gue, anak-anak lo. Mereka suka sarapan apa?" tanya Melisa.
"Kebetulan anak-anak ku, bukan anak-anak yang banyak tingkah, Lis. Mereka makan apa pun, ayo aja. Kemana aja. Sama siapa aja, fine-fine aja. Itu juga yang jadi kemudahan buat ku saat ibu mereka pergi. Mereka nggak protes saat aku meminta mereka untuk tinggal dengan oma dan opanya."
"Oh oke." ucap Melisa.
Dan setelah itu, mereka pun makan bersama. Di satu atap. Di satu ruang. Di satu waktu. Dan di satu meja. Namun di dua hati yang berbeda.
*Bersambung
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kamu bisa menolak cinta, namun jika cinta itu terus memaksa mu untuk mengakui jika dirimu telah jatuh cinta, kamu bisa apa? - LV Edelweiss.
JANGAN LUPA LIKE KOMEN DAN SHARE YA😊🌹
tapi jangan jadi jahat lagi ya... 😊
btw, bapaknya Kalista tau nggak ya kalau anaknya udah meninggal
hidup tanpa ayah/ibu. nggak disukai sodara-sodara...😭
masa cuma gini aja..
penasaran...
masa cuma 3thn lebih lama gk pp mel yo tak dukung sapa tau jodoh 😄🤭
pasti gak menduga si Radit 😄