Anson adalah putra tunggal dari pemilik rumah sakit tempat Aerin bekerja. Mereka bertemu kembali setelah tiga belas tahun. Namun Anson masih membenci Aerin karena dendam masa lalu.
Tapi... Akankah hati lelaki itu tersentuh ketika mengetahui Aerin tidak bahagia? Dan kenapa hatinya ikut terluka saat tanpa sengaja melihat Aerin menangis diam-diam di atap rumah sakit?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Anson berjalan keluar meninggalkan ruangan operasi. Ia baru selesai mengoperasi jantung seorang pria muda. Ada dua operasi besar yang harus ia tangani dalam jadwalnya hari ini. Sungguh melelahkan dan sangat menguras tenaga. Namun ia tetap menikmatinya, karena itu adalah pekerjaan yang dia cintai.
"Liat deh, dokter Anson sungguh tampan. Apalagi kalau sedang berkeringat gitu. Senang sekali kalau bisa dipeluk dia." ujar salah satu perawat.
"Iya benar, dada bidangnya kayaknya nyaman banget buat jadi sandaran." balas perawat lainnya cekikikan.
"Tapi sayang kita hanya bisa bermimpi saja mendapatkannya. Banyak yang bilang dia anti perempuan."
"Tapi dengar-dengar ada yang coba mau deketin dokter Anson." mereka makin asyik bergosip.
"Siapa?" Fini, perawat yang kerja dalam tim Anson itu ikut nimbrung.
"Siapa lagi kalau bukan dokter Aerin. Mungkin dokter Anson mangsa dia selanjutnya kali. Kalian tahu kan tiap kali ada dokter tampan di sini, dia selalu akrab dengan mereka. Aku juga sering lihat akhir-akhir ini dokter Aerin dan dokter Anson sering ketemu." ujar perawat yang bicara pertama tadi.
"Kalian tahu tidak? Beberapa hari yang lalu dokter Anson menjaga dokter Aerin semalaman di rumah sakit ini. Aku saksinya." dia menambahkan.
"Kemarin juga dokter Anson menanyakan keberadaan dokter Aerin." tambah Fini.
"Gila, dokter Aerin itu memang playgirl paling laku. Dengar-dengar sih dia sudah pernah digilir sama banyak laki-laki."
Para perawat itu terus bergosip. Mereka tidak sadar kalau Anson tengah mendengar mereka dari balik tembok. Pria itu merasa marah, tapi ia menahan amarahnya agar tidak meledak-ledak pada mereka. Ia sangat tidak suka mendengar gosip mereka. Apalagi namanya dan Aerin dibawa-bawa. Sialan, kenapa dia marah? Bukannya Aerin memang sudah selalu menjadi bahan gosip mereka?
Tadi pagi juga, kenapa dia merasa terganggu ketika mendengar kata bertunangan keluar dari mulut Aerin. Anson memijit pelipisnya lalu berjalan meninggalkan tempat itu.
Anson menghentikan langkahnya sebentar, memandang lurus ke depan sana. Lagi, ia lagi-lagi melihat Aerin dengan dokter pria lain. Mereka sedang berbincang-bincang asyik di depan sana tanpa menyadari keberadaannya. Dokter itu berbeda dengan dokter yang dilihat Anson beberapa waktu lalu.
Anson terus mengamati tingkah Aerin. Kadang gadis itu tampak tersenyum malu-malu. Sesekali ia akan menyelipkan rambut dibelakang telinganya saat dokter laki-laki di depannya itu mengatakan sesuatu yang membuatnya tersipu.
Anson mendengus kesal. Seperti gosip para perawat tadi, Aerin memang pemain laki-laki. Kenapa dia sangat bodoh karena merasa mulai tergerak oleh gadis itu. Anson membuang jauh-jauh pikirannya tentang Aerin.
Tapi bagaimana pun ia berusaha ingin mengeluarkan gadis itu dari pikirannya, tetap saja tidak bisa. Nama Aerin tidak bisa keluar dari pikirannya, hingga dirinya merasa frustasi berat. Ada apa ini? Anson, kenapa kau selalu memikirkan wanita itu?
"Baiklah Aerin, aku harus pergi sekarang. Para pasienku pasti sudah menunggu." ujar dokter yang bicara dengan Aerin, ia menepuk pundak Aerin pelan lalu meninggalkan gadis itu.
Namanya Farlan. Pernah beberapa kali membantunya saat mereka pelatihan kedokteran dulu. Farlan salah satu dokter yang bersikap sopan dan menganggap Aerin sebagai teman. Mereka memang tidak begitu dekat, namun Aerin merasa Farlan salah satu dari sedikitnya dokter yang benar-benar menganggapnya gadis baik-baik. Jenis orang yang tidak gampang termakan oleh gosip yang beredar tentangnya. Aerin senang berteman dengan dokter itu.
🌴🌴🌴
Mood Anson benar-benar buruk. Biasanya ia selalu bersikap profesional, namun hari ini entah kenapa ia hanya suka marah-marah. Ia sengaja mencari-cari kesalahan dokter dan perawat yang bekerja di timnya. Pekerjaan mereka katanya tidak becuslah, laporan mereka tidak ada yang benarlah bahkan sampai kesalahan kecil mereka pun ia sentil.
Aerin merasa heran. Kenapa dengan pria itu? Lagi pms? Tidak mungkinkan karena dia pria. Aneh. Padahal ia rasa semua pekerjaan yang dia kerjakan sudah benar, eh Anson malah bilang dia tidak becus bekerja. Ya sudahlah, biarkan saja apa maunya. Aerin memilih sibuk memeriksa yang ingin ia kerjakan di laptopnya.
"Dokter Aerin!" panggilan tersebut membuat Aerin membalikan badan. Yang memanggilnya adalah Fini sih perawat. Wajahnya tampak panik dan terengah-engah. Mungkin dia berlari tadi. Aerin ikut bingung kenapa dengan perawat itu.
"Pasien di kamar nomor dua sembilan keracunan Lithium!" Aerin langsung berdiri dari kursi.
"Apa katamu?"
Fini tambah panik. Ia merasa sangat ketakutan bahkan tidak bisa bicara lagi. Melihat Hal itu Aerin langsung berlari keluar. Fini mengikutinya dari belakang.
"Berapa dosis lihium karbonat yang kau berikan?" tanya Aerin sembari memeriksa pasien ibu-ibu yang menderita penyakit mental dan bipolar itu.
"300 mg/ kapsul." sahut Fini pelan. Aerin langsung menatapnya tajam.
"Kau tidak dengar aku bilang apa? Aku bilang lihium karbonat 150 mg/ kapsul, di mana otakmu?"
Fini tertunduk takut. Dia benar-benar lupa. Saat ingat, dirinya sudah memberikan dosis yang berlebihan pada pasien tersebut.
"Catat symptom pasien sudah membaik atau belum."
"Baik." Fini melakukan semua yang Aerin katakan. Kali ini ia melakukannya dengan sangat serius.
"Kau sudah tes darahnya?" tanya Aerin lagi.
"Sudah dok."
"Bagaimana?"
"Sejauh ini tidak ada yang salah."
"Besok tes darahnya sekali lagi. Perhatikan juga kadar lithiumnya selama sebulan ini. Laporkan padaku kalau ada yang salah. Kita berdua beruntung hari ini karena kau cepat menyadarinya. Lain kali, lakukan pekerjaanmu dengan teliti." kata Aerin lagi. Cara bicaranya sudah kembali biasa.
"Baik dok." sahut Fini. Dalam hatinya ia merasa sangat lega. Ia pikir akan terjadi sesuatu yang sangat serius dengan pasien itu. Karirnya pasti berakhir kalau itu sampai terjadi.
Selesai memeriksa pasien tadi, Aerin dan Dini kembali ke ruang kerja mereka. Keduanya berhenti di depan pintu karena seluruh tim sedang berkumpul di sana. Wajah mereka semua tampak tegang. Termasuk Anson yang kini menatap Aerin seperti mau memakannya hidup-hidup.
"Kalian berdua, masuk ke ruanganku sekarang juga!" suara itu terdengar menakutkan.
"Dok," gumam Fini takut dengan suara kecil melirik Aerin. Aerin yang jauh lebih tenang mencoba menenangkan perawat yang bekerja dengannya tersebut.
"Ta ... Tapi aku takut di pecat. Aku masih harus menyekolahkan dua adikku dokter," suara Fini bergetar ketakutan. Aerin menarik napas.
"Dengar, jangan bicara apapun tentang kau yang lupa memberi obat dengan dosis yang salah. Biar aku yang bicara didepannya, kau diam saja kalau takut di pecat." katanya setengah berbisik.
"Tapi ..."
"Ikuti saja kataku. Kau bilang tidak mau di pecat bukan? Ayo masuk."
Aerin pun melangkah masuk melewati para dokter dan perawat yang lain dengan gaya percaya dirinya, berbanding terbalik dengan Fini yang sangat ketakutan. Di sana ada Laras yang tersenyum sinis menatap Aerin. Pasti wanita itu sangat senang melihat Aerin mendapat masalah.
Saat pintu ruangan Anson terbuka, sebuah map melayang didepan mereka bahkan mengenai kepala Aerin. Tapi bukan Aerin kalau dirinya tidak bisa berpura-pura biasa saja. Sikapnya tetap santai seperti sedia kala. Membuat pria yang duduk di meja kerjanya makin menggeram kesal.
Bertindak secara impulsif dan sulit mengontrol emosi.
Pendarahan selama Operasi Buruknya sangat beresiko dapat menyebabkan Infeksi setelah operasi . Gumpalan darah yang dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, atau masalah paru-paru .
Satu bab buruk dalam hidup itu tidak berarti itu adalah akhir, tetapi itu adalah awal dari babak baru dalam hidupmu..
Namun jika situasinya seperti ini tingkat Lithium yang sangat tinggi dalam darah dapat mengganggu fungsi ginjal dan organ tubuh lainnya jika dikonsumsi berlebihan.