“Kuberi kau dua ratus juta satu bulan sekali, asal kau mau menjadi istri kontrakku!” tiba-tiba saja Alvin mengatakan hal yang tidak masuk akal.
“Ha? A-apa? Apa maksudmu!” Tiara benar-benar syok mendengar ucapan CEO aneh ini.
“Bukankah kau mencari pekerjaan? Aku sedang membutuhkan seorang wanita, bukankah aku ini sangat baik hati padamu? Kau adalah wanita yang sangat beruntung! Bagaimana tidak? Ini adalah penawaran yang spesial, bukan? Kau akan menjadi istri seorang CEO!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Bertemu Hardy
Selama beberapa hari ke depan, Alvin akan membiarkan Tiara untuk tinggal di rumahnya dahulu. Alvin harus mengurus sesuatu yang sangat penting. Semua ini Alvin lakukan untuk menyelesaikan masalah yang mengganggunya akhir-akhir ini.
“Tuan, semua informasi sudah aku kumpulkan. Tuan Hardy pernah melakukan tes DNA terhadap bayi yang baru saja dilahirkan istrinya. Hasilnya negatif, DNA mereka tak sama. Bisa dipastikan, bayi itu bukanlah darah daging Tuan Hardy.”
“Anak siapa? Wanita itu jalang ternyata,”
“Kuat dugaanku, jika dia adalah selingkuhan ibunya Tuan Hardy. Namun ini belum ada bukti kuat, hanya ada beberapa isi percakapan saja, antara Tuan Hardy, dan Nona Sisil, yang menjurus pada dugaanku itu.” jelas sekretaris Doni.
“Apa yang Zacky dan kawan-kawannya temukan?” tanya Alvin lagi.
“Dia pelakunya, dialah dalang dibalik teror itu, Tuan.”
“Apa yang dia inginkan? Kenapa dia mengusikku?”
“Sepertinya dia dendam padamu dan Nona Tiara. Tuan, dia bukanlah putri dari Handoko, dia hanyalah anak angkat. Aku masih mencari tahu, siapa wanita itu sebenarnya.”
Alvin menghela napas panjangnya, “bawa aku ke tempat di mana Hardy di penjara. Aku ingin berbicara empat mata dengannya!”
“berbicara apa? Dia pasti tak akan menerima kedatanganmu, Tuan,”
“Coba saja dulu!”
“Baiklah,”
Alvin ingin menyelesaikan semua masalahnya satu-persatu. Demi Tiara, Alvin harus bisa berjuang. Alvin sengaja mendatangi lapas Hardy, Alvin ingin bertanya satu hal padanya.
Walaupun sebenarnya sekretaris Doni tak menyetujui hal ini, namun apa boleh buat. Permintaan Alvin sama sekali tak bisa dilanggar.
Suasana lapas nampak sepi dan mencekam. Biasanya, ada beberapa aktifitas di lapas ini, namun hari ini, nampak sepi tak seperti hari biasanya. Alvin bergidik ngeri, ia tak bisa membayangkan, jika dirinya harus tinggal di tempat seperti ini.
Setelah Alvin mengisi data dirinya, Alvin dipersilakan masuk seorang diri. Ternyata, Hardy menyetujui permintaan Alvin. Nampak Hardy masuk ke ruangan menggunakan kursi roda. Kakinya belum sembuh betul, rupanya.
“Apa kabarmu?” tanya Alvin, basa-basi.
“Untuk apa kau ke mari?”
“Kenapa kau meninggalkan Tiara saat itu?”
“Bukan urusanmu!”
“Kau meninggalkannya karena takut hartamu habis, kan? Kau juga tak bisa lari lagi, karena kedua orang tuamu menyanderamu dengan wanita yang kini menjadi istrimu. Sederhana saja, dari semua perlakuanku, kau lebih memilih uang, Hardy. Saat kau masih memiliki kesempatan, kenapa kau tak mengejar Tiara lagi?”
“Jangan menceramahiku! Apa maksud tujuanmu datang ke mari? Kau ingin puas?”
“Kenapa kau harus membawa Tiara kabur? Kau pikir aku akan tinggal diam? Tiara sudah bahagia bersamaku, kenapa kau harus mengambil yang sudah menjadi milik orang lain?”
Brengsek! Aku menemuimu bukan ingin mendengar celoteh gila itu!”
“Apa kau ingin bebas?” tanya Alvin tiba-tiba.
“Tidak, aku lebih baik di sini!”
“Kenapa?”
“Jika aku bebas, aku akan semakin stres dan gila! Semua juga percuma, toh Tiara tak akan bisa bersamaku. Kuputuskan untuk mengakhiri semua di sini!”
“Apa kau tahu, jika anakmu itu, sebenarnya … adalah anak papamu?”
“Badjingan! Apa maksudmu!” Hardy menggebrak meja saking emosinya.
“Istrimu mulai bermain-main denganku, maka dari itu, aku juga tak segan-segan akan menghancurkan kau dan keluargamu!” Alvin menyeringai.
“Kau gila! Apa yang akan kau lakukan? Apa yang Sisil lakukan padamu, ha?”
“Rupanya kau tak tahu apa-apa. Hardy, hidupmu sia-sia sekarang. Istrimu itu sudah gila! Dia ingin balas dendam padaku dan Tiara! Kau tahu? Sebentar lagi, aku akan menghancurkan perusahaan dan keluargamu! Ini adalah balasan atas perbuatan kalian padaku!” Alvin mengangkat kedua alisnya.
“Kau, dengarkan aku saat ini juga! Aku sudah tak peduli, jika kau akan menghancurkan perusahaanku! Aku juga tak peduli, apa yang akan kau lakukan pada Sisil! Dia sudah bukan istriku lagi! Dan jika kau ingin hancurkan ayahku, hancurkan saja! Bunuh saja dia lebih bagus! Akan tetapi, jangan pernah berani kau sentuh ibuku! Dia tak salah apa-apa! Aku masih ingin melihatnya! Kumohon!”
“Tergantung, semua tergantung jawabanmu! Apa kau akan melepaskan Tiara dan tak mengganggunya lagi? Jika iya, maka aku akan menyelamatkan ibumu. Namun jika kau terus akan mengganggunya, maka aku juga akan mengganggu ibumu! Akan kuhabisi semua orang-orang yang telah mempermainkanku!”
“Aku sudah lelah. Tiara memang bukan jodohku. Sekeras apapun aku berusaha untuk bersamanya, tapi Tuhan tak pernah menghendaki. Dia milikmu, jaga dia, dan lindungi dia. Kau, kumohon berhati-hatilah, Alvin. Ayahku tak semudah kau kira.”
“Apa maksudmu?”
“Ayahku adalah pria yang kejam dan jahat. Kau tak mengenalnya, hati-hatilah dengannya, Alvin. Jaga Tiara darinya. Jika kau ingin tahu, kenapa dulu aku tak mengejarnya lagi, itu semua karena ancaman ayahku. Tiara bisa dia bunuh, jika aku memaksakan diri untuk bersamanya! Karena itulah, aku ingin membawanya kabur! Kau juga harus berhati-hati. Karena aku tertangkap, semua asetku disita, dia pasti menggila, dan sedang mengatur rencana. Jaga Tiara, jangan sampai dia jauh dari pengawasanmu. Ayahku, adalah satu-satunya orang yang tak ingin Tiara hidup di dunia ini. Baginya, Tiara adalah hama, yang harus ia musnahkan. Karena Tiara, aku terus mengejarnya hingga perusahaanku pailit. Dari situlah semua hancur. Oleh karena itu, ayahku sangat dendam padanya. Di mana dia? Jangan sampai dia jauh darimu! Atau kalau tidak, ayahku pasti sudah mengatur rencana untuk melakukan sesuatu padanya!”
Alvin teringat sesuatu. Ia lantas menggebrak meja, dan berlari meninggalkan Hardy di ruangan itu. Alvin berlari sangat cepat, ucapan Hardy membuatnya tersadar, jika Tiara kini tak berada dalam pengawasannya.
“Sialan, ternyata dalang di balik semua itu adalah Herman Satria Utama! Brengsek! Kukira Hardy adalah dalang dari semuanya, tapi nyatanya, ayahnya lah yang menjadi tangan penggerak pion! Aku harus segera memastikan jika wanitaku akan baik-baik saja! Tiara, maafkan aku, aku tak tahu jika ancamannya bukanlah Hardy, melainkan ayahnya.”