Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Beruntung Syarin masih bisa menggunakan akal sehatnya, ia segera menekuk lututnya lalu ia hantamkan pada organ itim Rama.
Hal itu berhasil membuat Syarin terlepas dari kungkungan Rama, ia bergegas bangkit, merapikan bajunya yang mulai terbuka dibeberapa bagian lalu melangkah lebar meninggalkan kamar Rama.
Ia segera berlari ke arah kamarnya lalu bergegas mengunci pintu, menyandarkan tubuhnya dibalik pintu lalu menangis sejadinya disana.
Apa yang diucapkan Rama sudah benar-benar melukai hatinya, ia tak menyangka jika selama ini Rama selalu membandingkan dirinya dengan Vika.
Syarin kembali terhenyak saat mendengar gedoran keras dari arah luar, membuatnya semakin mempererat pelukan pada lututnya.
“Keluar kamu, buka pintunya sekarang, kamu harus memuaskan aku malam ini, aku gak mau kamu pergi sebelum aku sempat menyentuh kamu, aku gak mau kehilangan seseorang lagi karena aku tak bisa menyentuhnya.” tubuh Rama kini mulai luruh kelantai bertumpu lutut, hingga akhirnya ikut menyandarkan tubuhnya dibalik pintu.
Rama turut memeluk lutut lalu menangis sesegukan.
Kabar kehamilan Vika benar-benar membuatnya frustasi, kini harapan Vika akan kembali padanya benar-benar sirna.
Vika tak mungkin kembali padanya jika sudah memiliki buah hati dari David.
Terlebih saat mendengar kabar bahwa David juga benar-benar mencintai Vika, bahkan bisa membuat Vika bertahan meski menjalani hidup susah.
Keduanya sama-sama melampiaskan rasa kecewanya dibalik pintu hingga pagi menjelang.
***
Pagi itu Rama dibangunkan oleh seorang pelayan yang menemukannya tergeletak dibawah pintu.
“Bangun Tuan? Kenapa Tuan tidur disini?” Pelayan itu sedikit mengguncang tubuh Rama.
“Apaan sih Bi, aku masih ngantuk, tunggu lima menit lagi.” Rama mengira kalau dirinya tertidur dalam kamar.
“Tapi ini sudah siang, apa Tuan gak kekantor hari ini? Lagian kenapa Tuan sampai tidur dilantai seperti ini?”
Mendengar kata tidur dilantai membuat Rama seketika bangkit, matanya mengedar menatap sekeliling.
“Kok aku bisa tidur disini sih Bi?” Rama mencengkram kepalanya yang terasa berdenyut.
“Bibi juga gak tau Tuan, apa Tuan semalam mabuk? Lalu tanpa sengaja tidur disini?” pelayan itu menggedikan kedua bahunya.
Mendengar kata mabuk membuat ingatan Rama seketika pulih, ia mulai ingat apa yang sudah dilakukannya semalam.
“Ah sial, kenapa aku sampai gak bisa mengontrol diri dan melakukan hal seperti itu?” Rama mengacak rambutnya merasa frustasi.
Ia segera bangkit lalu mengetuk kamar Syarin pelan.
“Maaf atas yang sudah aku lakukan semalam, itu benar-benar diluar kendaliku, kalau kamu udah bangun, kita sarapan bersama, aku perlu membicarakan sesuatu sama kamu.” Rama mematung sejenak diambang pintu karena tak ada jawaban sama sekali dari dalam sana.
Syarin yang sama-sama terlelap dibawah pintu terbangunkan dengan suara ribut dari luar kamar.
Ia segera bangkit dari tidurnya lalu berjalan gontai menuju ranjang, menghempas kasar tubuhnya disana lalu mengurung diri dalam selimut.
Kejadian semalam benar-benar menggoncang jiwanya, membuatnya menyadari betapa menyakitkannya hidup sebagai wanita miskin.
Ia bahkan rela terjebak dalam semua ini hanya demi uang.
Hatinya kembali dipenuhi rasa sesak, mengingat bagaimana kalau Ayahnya sampai tahu bagaimana nasib anaknya sebenarnya.
Anak yang selama ini selalu dipujanya kini dilecehkan di bawah kaki seseorang, hanya air mata yang kini bisa mewakili rasa sakitnya.
Ingin sekali dia melarikan diri dari rumah ini, namun ia kembali teringat seperti apa kekuasaan Rama.
Bahkan kalau ia melarikan diri kelubang semut pun Rama pasti akan bisa menemukannya.
*****
Sementara Vika dan David kini mengawali hari dengan perasaan canggung, David merasa bingung bagaimana harus memperlakukan seorang wanita hamil.
Keduanya kini saling berhadapan dimeja makan dengan dua piring nasi goreng yang disiapkan David sebisanya.
“Ayo makan dulu, Sayang, kamu harus minum obat biar mual yang kamu rasakan berkurang dan bayi dalam perut kamu juga sehat.” David tersenyum menatap Vika.
Vika menatap nasi goreng yang kurang meyakinkan dihadapannya.
Sebenarnya ia ragu untuk memakannya, namun dia tak ingin mengecewakan Suaminya yang sudah susah payah menyiapkan semua ini.
Vika mengatupkan bibirnya saat sesendok nasi itu berada dalam mulutnya, banyak sekali rasa yang aneh kini hadir dalam mulutnya namun dia tetap memaksakan diri untuk mengunyahnya.
David yang melihat gelagat aneh Vika kini ikut menyendok nasi itu lalu memasukannya kedalam mulut dan dengan cepat ia kembali memuntahkannya.
“Nasi gorengnya gak enak, rasanya aneh ya?” David tersenyum getir menatap Vika yang kini sedang mengatupkan bibirnya.
Vika hanya bisa mengangguk lirih sambil menahan tawa.
Hingga akhirnya mereka sarapan nasi uduk yang David beli dari depan komplek dan nasi goreng itu terbuang sia-sia, bahkan kucing sekalipun tak ada yang mau menyentuhnya.
Vika mencium punggung tangan suaminya saat hendak berangkat yang dibalas dengan ciuman hangat dikening.
“Kamu jaga diri baik-baik dirumah ya, jangan terlalu cape, biar aku yang mengerjakan pekerjaan rumah setelah pulang nanti. Papa kerja dulu ya sayang, jangan nakal dirumah sama Mama ya.” David membelai lembut puncak kepala Vika lalu mengusap perut Vika yang masih rata.
Vika hanya bisa tersenyum mendengar ucapan David, ia tak menyangka akan merasakan kehangatan sebuah keluarga seperti ini.
Terlebih saat melihat David yang tak pernah lelah menghadapi segala keluh kesahnya, ia bahkan tetap terlihat tegar meski ia tahu ada perasaan lain yang tersembunyi dibalik itu.
Dan benar saja, ekspresi David kini berubah murung setelah meninggalkan rumah, ia binggung bagaimana caranya mencari uang tambahan untuk kebutuhan bayinya nanti.
Seperti biasa, David akan menunggu orderannya didekat pasar karena biasanya banyak Ibu-ibu yang pulang dari pasar menggunakan jasa ojek.
David merasa kasihan saat melihat Ibu-ibu yang kesulitan membawa barang belanjaannya.
Ia segera berlari kecil untuk membantu Ibu-ibu itu membawa barang belanjaannya kemobil.
“Ini Mas, makasih ya udah bantuin bawa belanjaan saya.” tanpa diduga Ibu itu menyodorkan uang pecahan 20 ribu padanya.
“Gak papa kok Bu, saya ikhlas bantu Ibu.” David mendorong uang yang sodorkan Ibu itu.
“Gak papa Mas, saya emang sudah biasa bayar segini sama tukang panggul yang biasa bantu saya, cuma hari ini dia kayanya gak datang kepasar, jadi saya cukup terbantu dengan bantuan Masnya.” Ibu itu kembali menyodorkan uang itu pada David.
“Oh iya Bu, kalau gitu terima kasih ya!” dengan terpaksa David meraih uang itu karena uang itu kini cukup berarti baginya.
Setelah mendapat uang itu kini terbesit sebuah ide dalam benaknya, ia segera memasuki pasar setelah mengkunci ganda motornya.
Matanya menatap sekeliling mencari seseorang yang sekiranya membutuhkan bantuannya.
Ia akan menjadi seorang tukang kuli panggul sambil menunggu orderan masuk, berbagai orang ia hampiri untuk menawarkan jasanya.
Meski tak sedikit yang menolak tapi tak mengalahkan semangat David.
Hingga akhirnya ada beberapa yang menerima jasanya meski dengan upah yang tak tentu.
Bahkan ada yang memberinya upah dua ribu rupiah saja, namun David tetap mensyukuri hal itu.
Bibir David mengukir senyum saat menghitung penghasilannya hari ini, meski seluruh tubuhnya terasa sakit tapi penghasilannya bertambah dari biasanya.
Dalam perjalanan pulang David bersiul ria setelah tadi mampir ke warung makan untuk membeli beberapa lauk.
Ia segera memarkirkan motornya dihalaman lalu melangkah masuk, namun dirinya mulai panik saat tak menemukan Vika meski dirinya sudah menjelajahi seisi rumah.
**************
**************
oy thor,sedikit masukan maaf ya sebelumnya,ketika dr.mengajak bapak dan rama sebaiknya jangan pakai kata kalian,karena terdengar kurang sopan,bisa dengan kalimat bapak,pak rama bisa ikut saya sebentar..hehe mf kalo salah