NovelToon NovelToon
Dendam Ratu Abadi

Dendam Ratu Abadi

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Epik Petualangan / Dendam Kesumat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:66.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: Rudi Hendrik

Lama mengasingkan diri di Pulau Kesepian membuat Pendekar Tanpa Nyawa tidak tenang. Sebagai legenda tokoh aliran hitam sakti, membuatnya rindu melakukan kejahatan besar di Tanah Jawi.

Karena itulah dia mengangkat budak perempuannya yang bernama Aninda Serunai sebagai murid dan menjadikannya sakti pilih tanding. Racun Mimpi Buruk yang diberikan kepada Aninda membuatnya tidak akan mengenal kematian. Dia pun diberi gelar Ratu Abadi.

Satu-satunya orang yang pernah mengalahkan Pendekar Tanpa Nyawa adalah Prabu Dira Pratakarsa Diwana alias Joko Tenang tanpa melalui pertarungan. Karena itulah, target pertama dari kejahatan yang ingin Pendekar Tanpa Nyawa lakukan melalui tangan Aninda adalah menghancurkan Prabu Dira.

Aninda kemudian membangun kekuatan dengan menaklukkan sejumlah pendekar sakti dan menjadikannya anak buah.

Mampukah Aninda Serunai menghadapi Prabu Dira yang sakti mandraguna? Temukan jawabannya di Sanggana 8 yang berjudul "Dendam Ratu Abadi".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Hendrik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Raab 15: Pendekar Berkumpul

*Ratu Abadi (Raab)* 

Aroma pandan yang kental seperti kue talam pandan memenuhi area tenda yang memang beratapkan anyaman daun pandan. Dibutuhkan ribuan helai daun pandan untuk menganyam atap tenda yang luas. Namun, tidak perlu mencari tahu siapa perajin handal yang membuatnya.

Di saat Bagan Selangit bersitegang dengan Dua Pendekar Sombong di depan gerbang penerimaan tamu, Cempaka Air membuka beseknya. Aroma kelezatan dari rempah-rempah bumbu masakan dari lauk dan nasinya segera say hello kepada penciuman si gadis. Juru masak kediaman Adipati Rempah Alot memang tahu selera makan para pendekar yang notabene doyan daging-dagingan. Karena begitu lezatnya makanan di dalam besek sampai-sampai sulit digambarkan dengan tulisan apa saja menunya.

Cempaka Air pun mulai makan dengan tangan. Tuan rumah tidak menyediakan sendok ataupun garpu. Namun, segera datang pelayan wanita yang membawakan minuman. Jangan sampai gegara seret saat makan, pendekar tersebut mengamuk.

“Apa yang kau lakukan, Gaban?” tanya Aji Ronggoloyo agak membentak.

“Kau mau jadi kecil gara-gara ditambrak kuda kami?” tanya Adi Ronggoloyo pula.

“Kurang ajar kalian! Beraninya kalian menyebut hidungku bocor!” hardik Gaban Selangit.

Ingin tertawa para prajurit kadipaten yang mendengar kemarahan Gaban Selangit.

Dua Pendekar Sombong agak beda. Mereka berdua saling pandang dulu karena tidak mengerti atas tuduhan lelaki besar itu. Namun, mereka kemudian tertawa terbahak-bahak.

“Hahahak…!” tawa Aji dan Adi.

Semakin naik pitamlah Gaban Selangit, seolah-olah ada asap lokomotip yang keluar dari kedua lubang hidungnya.

“Tenang dulu, Gaban. Jika kau marah kepada kami, nanti orang-orang menuduhmu yang tidak bukan,” kata Aji segera menenangkan sang lelaki besar.

“Menuduh apa?” tanya Gaban setengah membentak.

“Menuduh kau iri terhadap ketampanan kami,” jawab Aji Ronggoloyo enteng.

Terdiamlah Gaban mendengar itu. Sepertinya dia mengakui bahwa wajahnya tidak lebih tampan dari Dua Pendekar Sombong.

“Sudahlah. Mana bisa kau menyambut tamu dengan otot gantengmu itu, kau nanti bisa kena hukum oleh Gusti Adipati,” kata Aji lagi.

Dipuji dengan istilah “otot ganteng”, seketika Gaban Selangit diterpa kebanggaan. Ketegangan dan kesangaran wajahnya melunak setengah porsi.

“Kami ini adalah pendekar yang ternama di Kadipaten Rempal. Tentunya Gusti Adipati sangat mengharapkan kehadiran kami dalam acara malam ini,” kata Adi Ronggoloyo.

“Lagipula, jika hidungmu tidak bocor atau berlubang, hidung kami tidak bocor atau berlubang, kita tidak akan bisa bernapas,” kata Aji Ronggoloyo.

Terdiam Gaban Selangit mendengar kata-kata Aji Ronggoloyo yang bisa diterima oleh akalnya yang hanya setinggi pohon kelapa. Setelah ototnya dipuji dan juga ternyata sebutan “hidung bocor” tidak salah, pendekar Adipati itupun akhirnya melunak full.

“Aku izinkan kalian masuk, tapi jangan genit di dalam,” kata Gaban Selangit. Peringatan itu muncul karena dia tahu karakter dua orang ganteng itu.

“Tenang saja. Justru kami yang suka digeniti oleh wanita. Hahaha!” kata Adi Ronggoloyo lalu tertawa bersama kakaknya yang masih sama-sama melajang. Bisa dikenali dari gaya tawanya bahwa mereka masih lajang, meski sudah tidak perjaka.

Akhirnya Dua Pendekar Sombong dipersilakan masuk ke meja registrasi agar terdata. Mungkin saja dengan mengisi daftar hadir, selain dapat besek, mereka juga nanti akan mendapat amplop ketika pulang.

Setelah mendapat besek, mereka sejenak mencari-cari keberadaan Cempaka Air. Ternyata gadis cantik itu sudah tidak ada di tempatnya. Meja yang tadi dipakai makan oleh Cempaka Air sudah kosong. Padahal rentang waktu hingga Dua Pendekar Sombong masuk hanya sebentar. Sepertinya Cempaka Air makan dengan tekhnik kilat, atau memang dia makannya lahap.

“Ke mana Cempaka Air?” ucap Adi Ronggoloyo.

“Sepertinya dia sembunyi,” kata Aji. “Sudahlah, ayo kita makan. Aroma makanannya selezat kita.”

Kakak adik itupun pergi ke satu meja kosong. Mereka duduk berseberangan meja. Seperti orang yang sedang pergi rekreasi di akhir bulan, keduanya membuka bungkusan besek. Harumnya yang manis dan aroma rempah yang tajam seketika menyapa penciuman dan menggoda selera.

“Hahaha!” tawa seseorang tiba-tiba.

Aji dan Adi yang belum sempat menyuap segera menengok ke meja kedua di sisi mereka. Mereka melihat, sejumlah pendekar juga ikut melihat, seorang lelaki berperawakan gembel dan berambut kusut sedang makan seperti anak kecil. Pasalnya, mulutnya yang dikurung oleh kumis dan jenggot liar dihiasi butiran-butiran nasi.

Mereka semua mengenal orang itu dengan nama Anak Pengemis. Namun, dia bukan anak-anak lagi, tetapi sudah berusia enam puluh tahun kurang satu tahun. Dia juga makan makanan yang sama.

Anak Pengemis berbeda dengan pengemis pada umumnya yang suka bawa tongkat atau batok kelapa. Dia membawa sapu lidi yang punya gagang panjang sepanjang ala kadarnya.

“Kau dan aku makan makanan yang sama. Berarti kau sama rendahnya dengan pengemis sepertiku dan aku sama kayanya dengan orang kaya sepertimu. Hahaha!” kata Anak Pengemis lalu tertawa lagi.

“Hahaha!” tawa rendah para pendekar yang lain.

“Akan kami tunjukkan bahwa kami tetap menjadi yang lebih tinggi derajatnya dari para pendekar pasaran seperti kalian semua!” seru Aji Ronggoloyo.

Dia lalu merogoh balik pakaiannnya. Maksudnya di balik bajunya, bukan celananya. Setelah itu, dia mengeluarkan dua benda berwarna emas.

Aji memamerkan dua benda serupa yang ada di tangannya kepada pandangan para pendekar yang ada di bawah tenda daun pandan itu. Sebagian pendekar hanya memandang dengan bibir mencebik melihat benda yang dikeluarkan oleh Aji Ronggoloyo.

“Hahaha…!” Tertawa keraslah Dua Pendekar Sombong melihat wajah-wajah para pendekar lelaki dan perempuan serta tua dan muda itu.

Benda yang Aji keluarkan adalah dua cawan kecil yang terbuat dari logam berwarna emas. Entah itu emas asli atau imitasi.

“Selama alat minum ini masih kami miliki, tidak ada yang bisa mengalahkan derajat Dua Pendekar Sombong dalam perkara makan minum. Gusti Adipati saja, minggiiir. Hahaha!” kata Adi Ronggoloyo pula.

Mereka semakin jumawa ketika datang dua pelayan wanita muda dan berkulit bening lagi bersih membawa dua kendi minuman, plus gelas tanah litanya.

“Gelasnya bawa pulang saja,” kata Adi kepada kedua pelayan itu. Lalu katanya, “Pelayan Gusti Adipati rupanya cantik-cantik.”

“Ingat, Adi. Jangan genit,” kata Aji mengingatkan.

Kedua pelayan itu hanya senyum-senyum tersipu lalu pergi.

“Aku tidak menggoda, hanya memuji,” kilah Adi.

Aji lalu menuang air kendi ke cawan emas mereka layaknya gadis pingitan sedang menuang air susu. Sambil menuang seperti itu, dia sempat lirak lirik kepada para pendekar. Namun, dia harus kecewa, ternyata pendekar yang lain tidak ada yang memerhatikan tingkahnya. Para pendekar lebih fokus memerhatikan apa yang tergelar di atas panggung yang ada di depan tenda. Panggung kayu lebar berbentuk segi tiga itu menjadi panggung bagi penari yang diiringi oleh musik gamelan.

Memang, selain disuguhkan makanan praktis yang enak, para tamu juga dipersembahkan pertunjukan tari yang memikat mata tanpa ikatan. Hal itu yang kemudian membua Aji pindah posisi ke sisi adiknya, jadi sama-sama menghadap ke arah panggung.

Setelah tarian yang mengedepankan hentakan-hentakan pinggul-pinggul besar para penari itu usai, dan para penari turun panggung, suasana seketika berubah. Pasalnya dari arah rumah utama datang satu rombongan orang-orang berpakaian bagus layaknya bangsawan dan pejabat.

Para pendekar tamu undangan segera memusatkan perhatiannya ke arah rombongan itu.

Yang paling menonjol dari rombongan itu adalah Gaban Selangit yang seperti cucunya raksasa. Dialah yang paling besar badan, otot dan segala perabotnya. Tidak ada lawan. (RH)

1
𝒯ℳ
jadi benaran tamat ?
𝒯ℳ
akh asik sandaria aja, aku jd curiga kalo om cinta diem2 sama tante itu
𝐀⃝🥀🦆͜͡𝐓𝐑𝐈'ᴳ🍁🤎❣️ᴳ𝐑᭄ˢ⍣⃟
tetap semangat dn sukses selalu Om 💪🏻🙏🏻
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
sukses selalu om 😁
Om Rudi: terimakasih, Ratu Ani
total 1 replies
👣Sandaria🦋
aku kecewa lah, Om. pengen kucubit aja burungmu. atau jangan-jangan Om sengaja bikin kecewa biar burungmu dapat cubitanku🤔🤧
Om Rudi: hmmmmmm
total 1 replies
👣Sandaria🦋
ish pake diumumin segala🤦🏻‍♀️
ya begitulah Om. semua demi cinta dan kerinduan😘🤣
𝒯ℳ: lhaa masik bisa bernafas burungmu ya om ? berarti kepitan tante tuh kurang kencang
Om Rudi: asiiiik semoga terpelihara sampai napas terakhir
total 2 replies
👣Sandaria🦋
oh gak ada cuannya ya Om? kirain di NT ini dengan gift dan hadiah nonton iklan yg readers berikan, Om sudah bisa beli jet pribadi, ternyata...🤦🏻‍♀️ pantesan si Tomy pensiun jadi author🙄😂
arumazam
mati lg
arumazam
mati kah lontong
arumazam
banyak pendekar main angin kyknya
arumazam
ayo siapa yg lbh jago
arumazam
waduh jd tumbal deh
arumazam
awas jebakan bos
arumazam
absen dulu bosss l
rajes salam lubis
hahaha gasss pooolll
rajes salam lubis
ada,,,saat berhubungan intim
rajes salam lubis
hahaha betul betul betul,bisa ae lu dro
rajes salam lubis
hihihi,kirain bebek ngambang om
rajes salam lubis
hmmm bisa ae lu dro
asta guna
kapan up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!