Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 09
Alice telat lagi tapi bukan berarti dia telat yang harus di hukum, tidak. Dia hanya bangun sedikit lebih lama dan itu membuat nya datang lima menit sebelum bel.
Sebenarnya, bukan hanya dia. Saat Alice baru saja turun dari mobil yang mengantarkan nya, dia berdiri di depan gerbang.
Di dalam terdapat beberapa anak osis yang sedang memeriksa murid-murid yang baru saja tiba.
Entah itu seragam yang tidak lengkap atau peraturan lain nya yang tidak di patuhi
murid-murid lain. Alice menatap kosong ke depan, satu hal yang dia sadari, seperti nya tadi dia lupa memakai em... dasi?! Dia melihat leher nya dan yah.
Dia lupa memakai nya haha. Alice menghela nafas pasrah dan ketika dia baru saja ingin mengambil langkah pelan ke depan, suara geberan motor menghentikan niatnya untuk berjalan. Dia segera minggir ke samping tepat waktu saat beberapa motor melewatinya dengan tiba-tiba.
Alice memaki mereka di dalam hati dengan keras, bagaimana jika dia tidak berpindah cepat ke samping tadi? Apa dia akan di tabrak dan terpental dengan dramatis lalu di bawa ke rumah sakit, layak nya di sinetron azab yang pernah dia tonton dulu?
Gadis itu menggeleng kan kepalanya membuang semua omong kosong yang terkadang sering menghampiri otak kecil nya. Dia menatap kumpulan pemuda yang baru saja melewati nya tadi dengan mengendarai motor.
Bukan hanya dia saja yang menatap, semua murid-murid sekolah terutama para perempuan, mengalihkan pandangannya pada sekumpulan pemuda itu.
Ada empat pemuda, yang mengendarai motor. Satu persatu membuka helm mereka dengan penuh kedramatisan.
Alice memutar mata nya malas ketika melihat itu semua, belum lagi dia mendapatkan seseorang yang familiar bagi nya. Hm, itu pemuda yang pernah melakukan drama opera sabun jelek di perpustakaan tempat nya numpang kemarin.
Lihatlah para murid perempuan yang berteriak-teriak bak orang gila yang kesurupan masal, terlalu berlebihan.
Apa mereka tidak pernah melihat orang-orang tampan ya? Hingga sanggup menjerit seperti itu, Alice khawatir tenggorokan mereka akan hancur di detik berikut nya.
Darrel Milard. Pemuda yang di temui Alice saat dia berada di perpustakaan sepertinya dia ketua dari perkumpulan sekte sesat eh, maksud nya perkumpulan geng motor.
Melihat bagaimana cara dia bertindak dari dia membuka helm hingga turun dari motornya. Sisa pemuda-pemuda itu mengikuti apapun yang di lakukan Darrel.
Alice merasa muak melihat drama ini, dia pun melanjutkan perjalanan nya masuk ke dalam sekolah, oh tentu tidak begitu mudah. Dia di tahan oleh Gama, Si ketua OSIS muka tembok yang selalu membuat nya kehilangan kesabaran. Terkadang Alice ingin mengacak-acak muka datar itu.
"Lo nggak pakai dasi"Ucap Gama retoris sambil mencatat di buku hitam yang ada di tangannya.
Gadis itu mendengus, dia pun hanya diam
ketika hukuman akan mendatangi nya. Satu yang membuat nya risih, keempat pemuda pengendara motor tadi berada tepat di belakang nya.
Hal itu mengundang berbagai tatapan tajam yang tertuju pada diri nya, Alice tanpa sadar menggerakkan kaki nya dengan gelisah.
Darrel menaikkan alisnya ketika melihat gadis yang ia kenal meski begitu dia tidak perduli, mata nya hanya berpendar ke sekeliling mencari seseorang.
"Bisa cepat nggak sih?"Bisik Alice pada Gama yang entah kenapa begitu lama hanya menulis sesuatu di buku hitamnya.
Pemuda itu melirik Alice sebentar lalu melihat ke belakang gadis itu, dia cukup paham mengapa gadis ini merasa gelisah dari tadi. Namun, apa perduli nya?
"Jangan langsung masuk kelas, lo harus baris di lapangan buat nerima hukuman nanti"Ucap Gama datar tanpa perasaan, Alice menatap kosong pada pemuda itu sedangkan Gama hanya melirik nya sekilas dan melanjutkan pekerjaan nya memeriksa Darrel dan teman-teman nya.
Gadis itu menghela nafas pasrah, dia pun melangkah pergi ke arah yang di tunjukkan oleh Gama, mata nya sempat bertatapan dengan gadis cantik yang ia temui di toilet kemarin, gadis yang diam saja ketika seseorang sedang berada dalam kesusahan.
Gadis itu membalas tatapan nya dengan santai sedangkan Alice, dia menatap dingin dalam sesaat, sebelum dia kembali berjalan dengan bodoh.
Ruby berdiri tidak jauh dari gerbang, dia menunggu Darrel mendatangi nya. Dia tidak menyangka akan melihat gadis yang ia kenal, Ruby hanya menatap gadis itu santai ketika mereka tidak sebagai bertatap mata.
Yang membuat Ruby terkejut, gadis itu menatap nya dingin Ruby sedikit ragu, bagaimana pecundang seperti itu dapat menatap nya dengan dingin tanpa perasaan?
Ketika dia ingin memeriksa lagi, gadis itu sudah melanjutkan langkah nya dengan gaya orang bodoh.
Apa dia salah lihat tadi ya? Hm, dia menaikkan bahunya acuh. Dia melihat Darrel datang sambil tersenyum ke arahnya. Ruby membalas tersenyum tipis.
Ketiga pemuda lain nya, yang di antara nya adalah, Noah Aditya, si pemuda pendiam dengan kaca mata minus nya. Memiliki mata gelap begitu juga dengan warna rambut nya.
Di samping kiri nya ada Ditri Wildan, si pemuda kelewat extrovert. Dia selalu mengganggu teman nya sepanjang jalan.
Esa Ananta, si pemuda bermulut pedas. Tidak perduli siapa lawan bicaranya, perempuan atau pun laki-laki jika sudah membuat nya tersinggung atau tidak suka dia akan melontarkan kata-kata kejam yang dapat merusak mental.
Banyak yang tidak menyukainya namun bagi para gadis itu adalah salah satu keunikan nya. Itu sebabnya, masih banyak yang mengejar pemuda tersebut untuk di jadikan kekasih selain karena wajah tampan nya.
"Kita ke lapangan dulu ya, lo bisa pergi sama Ruby"Ucap Esa pada Darrel, ah iya, dia dan Ditri terkena hukuman karena tidak mengenakan dasi dan tidak berpakaian rapi.
Darrel mengangguk paham, dia pun menggenggam tangan Ruby dan melangkah pergi meninggalkan yang lain nya.
Mora dan Ziva hanya menatap ketiga pemuda lain nya dengan santai. Esa dan Noah sibuk dengan ponselnya tanpa memperdulikan kedua gadis itu berbeda dengan Ditri yang mengajak kedua nya berbicara.
Meski hanya mendapatkan tanggapan sederhana dari Mora. Esa menarik kerah belakang Ditri dan menyeret nya ke lapangan sekolah sedangkan pemuda yang di tarik tiba-tiba hanya bisa pasrah sambil melambaikan tangan nya dengan bodoh pada teman nya yang tersisa.
Noah, memutar mata nya malas dan melangkah menuju kelas nya meninggalkan kedua gadis tadi tanpa kata.
Mora menatap kepergian Noah dalam diam, dia di kejutkan Ziva ketika gadis itu menyenggol nya.
Dia menaikkan alis bertanya, Ziva pun menjawab, "Bel nya udah bunyi, ayo masuk."
Mora pun hanya mengangguk paham, mereka pun akhirnya berjalan ke kelasnya.
***
Alice mengipasi diri nya dengan sebuah kertas karton yang ia ambil di sekitaran tempat duduk yang tersedia tidak jauh dari lapangan.
Dia dan murid lainnya yang mendapat kan
hukuman karena tidak berpakaian lengkap pun, harus berdiri di lapangannya sambil menghormat ke atas, bendera.
Sudah lima belas menit mereka melakukan nya tentu saja hukuman mereka di kawal langsung oleh sang ketua OSIS yang menatap nya dengan tajam sedari tadi, pemuda itu bahkan tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun.
Padahalkan, Alice tidak buat salah yah kecuali dia duduk di lantai lapangan sambil mengipasi diri nya dengan santai.
Sebenarnya bukan hanya Gama yang menatapnya, Esa dan Ditri juga melihat gadis itu dengan pandangan heran. Bagaimana gadis itu bisa terlihat begitu santai nya, padahal mereka sedang di hukum sekarang.
Yang paling untungnya, tidak ada murid perempuan lain yang mendapat kan hukuman selain dia.
Jadi, Alice tidak perlu khawatir tentang dia yang akan menjadi bahan pembicaraan untuk kesekian kali nya.
Karena sudah tidak tahan lagi, Alice pun bangkit dari duduknya. Dia menatap Gama sambil menunjuk ke arah jam tangannya, "Udah bisa masuk kan? Jangan korupsi waktu, nanti banyak dosa"Ucap gadis itu datar.
Gama menaikkan bahunya acuh, dia melihat ke arah murid-muridnya lain. Setelah mengatakan beberapa patah kata pada mereka, yang lain nya pun bubar dan masuk ke kelas mereka.
Melihat itu, Alice tersenyum senang akhirnya dia bisa beristirahat juga. Jadi, dengan santai nya dia juga ingin pergi meninggalkan lapangan itu namun seperti nya rencana untuk membolos di kantin kembali pupus karena kerah belakang nya di tahan oleh seseorang.
Alice kesal, dia menepis tangan itu. Dan berbalik menatap tajam sang pelaku, "Apa lagi sih? Nggak bisa lihat orang senang sedikit"Amuknya pada si ketua OSIS yang menahan kerah belakang nya tadi agar gadis itu tidak pergi.
Esa dan Ditri melihat itu adalah tontonan menarik bagi mereka, sangat jarang ada orang yang berani melawan ketua OSIS yang terkenal dingin dan kejam di sekolah tercinta mereka ini bahkan Darrel ketua geng pun tidak mau berurusan dengan pemuda es itu.
Gama menatap kucing kecil yang mengamuk di depan nya itu dengan santai.
"Lo belum boleh balik ke kelas"Jawabnya
sederhana. Dia sedikit was-was jika kucing ini akan mencakarnya.
"Gila ya? Dari mana cerita aku belum boleh balik ke kelas sedangkan yang lain nya udah"Balas Alice kesal dan juga heran.
Ini orang punya dendam pribadi kah pada nya, sampai-sampai dia berbuat curang seperti ini hanya untuk menghukum diri nya.
"Lo dari tadi main-main, nggak menjalani hukuman dengan benar. Sedangkan yang lain menjalankan nya dengan baik. Sudah lihat perbedaannya kan?"Jawab Gama dengan logis. Dia hanya bertingkah sebagai ketua OSIS yang adil, tidak neko neko.
Alice menaikan alis nya menatap Gama kosong. "Bodoh."Umpat nya santai sebelum berlari pergi meninggalkan lapangan demi menyelamatkan perut nya yang sudah berteriak meminta makan.
Gama menipis kan bibirnya menahan emosi yang ingin meledak ketika gadis itu kabur.
"Boleh juga tuh cewek"Ucap Ditri pada teman nya di samping. Dia tidak menyangka bahwa gadis itu akan berlari pergi yang dia bayangkan kedua orang ini akan adu bacot selama beberapa menit dan berujung si gadis akan tetap kena hukuman.
Namum, perkiraan nya salah. Gadis itu malah kabur tanpa rasa takut sedikit pun. Esa menatap Gama dari kejauhan, dia penasaran apa yang akan di lakukan pemuda itu pada gadis yang telah melanggar aturan nya.
Pemuda itu tersenyum tipis, hm ini cukup
menyenangkan. Dia pun berjalan pergi
meninggalkan lapangan, Ditri yang melihat itu pun segera menyusul teman nya, tentu saja dengan sedikit keisengan yang sudah melekat pada nya sedari mereka kenal dulu.
Di lain sisi, Alice membawa plastik hitam
berisi makanan yang ia beli menuju taman belakang sekolah merasa takut jika ada yang menangkapnya.
Alice dengan lincah melompat ke salah satu pohon besar yang ada di belakang sekolah tersebut. Setidaknya, keahlian diri nya dari kehidupan lalu tidak terbuang sia-sia. Dia pun bersantai di atas sambil memakan makanan nya.
Ada beberapa ingatan yang dia dapat tadi malam, salah satunya dunia yang ia tempati sekarang adalah sebuah buku atau orang biasa menyebutnya novel.
Iya hal paling aneh yang dia alami sekarang ini, dia telah masuk ke dunia novel.
Tidak ada peran penting untuk nya karena
dia hanya seorang figuran yang numpang lewat saja di dalam cerita. Sedangkan, setiap orang yang pernah bersinggungan dengannya, mereka adalah para tokoh penting.
Seperti Darrel dan Ruby. Mereka berdua adalah sepasang protagonis dalam novel ini. Pasangan yang cukup baik? Mungkin.
Dalam artian, Ruby bukan seorang protagonis lemah seperti yang sering di gambarkan dalamn sebuah cerita.
Ruby Anne Everest. Seorang gadis dari keluarga kaya raya Everest, yang sangat di sayangi oleh semua keluarga nya. Apapun yang ia inginkan akan dia dapatkan terlebih lagi, dia satu-satunya cucu atau anak perempuan dalam keluarga itu.
Dia telah di didik dengan tegas dan disiplin oleh ayah nya sejak kecil hal itu yang membuat nya tidak gampang menyerah atau pun menangis.
Sedangkan Darrel Milard. Dia juga berasal dari keluarga kaya raya Milard, cucu tertua yang akan menjadi penerus perusahaan besar Milard selain itu dia juga ketua dari geng
motor Mars.
Darrel dan Ruby bertemu ketika mereka memasuki masa SMA. Layaknya cerita klasik dalam novel, keduanya pun jatuh cinta dan memulai pendekatan seperti biasa pasti ada seorang antagonis yang tidak menerima fakta itu.
Namun bukan antagonis lah yang menjadi penghalang cinta mereka berdua. Melainkan, masa lalu dari protagonis laki-laki. Iya, Darrel di ceritakan memiliki kekasih masa kecil atau lebih tepat nya sahabat kecil yang merupakan cinta pertama nya.
Sayang nya, gadis kecil itu mendadak pindah rumah dan tidak ada kabar sama sekali. Darrel sudah berusaha mencari tahu keberadaan gadis itu hingga dia pun menyerah dan memilih melanjutkan hidup.
Hal yang paling menyakitkan pun terjadi ketika semua rintangan dari antagonis telah berlalu dan alur cerita berjalan semestinya, para protagonis ingin bersatu tiba-tiba saja masa lalu si pemuda datang kembali.
Membuat cinta si protagonis goyah dan membuat Ruby merasakan patah hati yang amat sangat.
Alice tidak tahu, apa yang akan terjadi selanjutnya ingatan yang ia dapat tidak begitu lengkap. Satu hal lagi, orang tua Alice sedikit renggang entah apa yang membuat nya terjadi, dia tidak begitu tahu.
Hal lain nya, pemilik tubuh ini akan bunuh
diri karena depresi menghantui nya terus menerus. Sudah jelas bukan, Tuhan tidak
membiarkan nya hidup dengan tenang.
Selain sudah menjadi figuran lewat yang penuh derita, dia juga akan segera mati bahkan sebelum lulus sekolah. Wah, hidup yang sangat penuh tantangan.
Tentu saja, dia tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu. Dia akan menjalani hidup Alice seperti keinginan nya sendiri, persetan dengan para Prita novel itu selama mereka tidak mengganggu nya, dia tidak akan bertindak jauh.
Dia hanya perlu menghindari masalah dan lulus dengan baik lalu mencari pekerjaan yang dapat menopang hidup nya untuk orang tuanya, dia tidak perduli, sungguh bagaimana dia akan sanggup memenuhi impian gila sang ibu.
Alice asli saja hampir gila, bagaimana dengan dia yang tidak suka dengan kekangan seperti itu. Setelah lulus, dia akan pergi dari rumah dan menjalankan sisa hidup nya dengan baik, persis seperti impiannya.
Mendapatkan ide seperti itu membuat mood nya kembali naik. Dia pun menyelesaikan makan nya dengan penuh kegembiraan.
Tanpa dia ketahui masih banyak rahasia yang terdapat dalam kisah hidup nya nanti.
***
Alice pulang malam. Dengan kesadaran penuh, dia melarang supir nya untuk menjemput dirinya.
Dia ingin melakukan beberapa hal yang selama ini belum pernah ia lakukan, yaitu, berjalan-jalan.
Layaknya manusia normal. Kebetulan, dia melewati toserba waktu itu. Hm, menyegarkan diri dengan minuman dingin tidak begitu buruk karena itu dia pun berjalan masuk ke dalam toserba dan memilih beberapa cemilan serta minuman. Alice duduk di tempat ia kemarin duduk membuka cemilan nya dan memakannya sambil melihat jalanan.
Seperti biasa, ini akan terlihat indah jika di malam hari, dengan banyak nya cahaya penerangan berwarna warni.
"Hahaha..."
Suara tawa mengalihkan perhatian Alice dari jalanan, dia melirik ke arah kasir yang ternyata ada beberapa gadis yang berseragam sama dengan dirinya.
Mereka membeli, rokok? Alice tersenyum sinis mengetahui hal itu, tabiat anak dari keluarga kaya memang tidak bisa di sembunyikan hanya dengan paras nya saja.
Anak sekolah jaman sekarang sudah berani merokok, mereka tidak sayang pada tubuh mereka ya?
Matanya berkilat tajam ketika melihat gadis yang ia kenal. Itu adalah salah satu gadis yang menyiram nya dengan air kemarin lalu di toilet. Si pemakai pita di kepala nya, dia menarik pandangannya ketika para gadis itu keluar dari toserba.
Alice menyelesaikan makan nya dengan cepat kemudian dia membayar semua nya di kasir.
Dia berjalan dengan santai keluar dan mengikuti para gadis itu yang ternyata pergi menuju gang gelap tidak jauh dari toserba.
Gadis itu memakai Hoodie hitam yang baru saja ia beli kemarin, dia membuang sisa minumannya ke tempat sampah. Dan mendekati gang gelap tersebut dari jauh dia sudah mendengar suara tawa serta bau asap rokok. Yang sudah pasti itu milik mereka.
fyuttt
Semua nya berhenti tertawa saat mendengar suara siulan nyaring yang cukup menyeramkan bagi mereka.
"Siapa yang bersiul?"Ucap si gadis berpita kemarin. Teman-teman nya menggeleng tidak tahu tanpa sadar mereka berkumpul bersama karena rasa takut.
"Kalian ngapain sih?!"Bentak si gadis berpita itu saat tubuh nya di himpit oleh teman-temannya. Dia berusaha melepaskan diri dari mereka dan menjauh sedikit.
"Stella jangan jauh-jauh ah, lo nggak dengar suara tadi? Seram banget mana disini gelap lagi"Kata salah satu teman si gadis berpita yang ternyata bernama Stella.
Stella mendengus, "Apaan sih? nggak ada yang perlu di takuti disi."
Sebelum Stella melanjutkan ucapannya sesuatu dari atas menarik lehernya dengan kuat hingga dia terangkat beberapa centi dari tanah.
"Stella!"Teriak teman-teman nya dengan panik dan terkejut. Mereka melihat Stella di lilit sebuah tali hitam di leher nya membuat gadis itu bergelantungan di atas, samping kanan kiri mereka adalah bangunan apartemen-apartemen kecil.
Banyak tiang listrik di sekitar, itulah yang membuat Stella bisa tergantung di atas. Di antara kabel listrik apartemen itu.
Stella memberontak dan berusaha melepaskan tali yang melilitnya dengan kuat hingga dia tidak bisa bernafas.
Saat bergerak dia tidak sengaja melihat sesuatu di seberang, berdiri di dekat jendela apartemen, seseorang menggunakan pakaian hitam misterius sedang menatap nya diam.
Jantung Stella berdebar kencang ketika orang itu menggerakkan tangannya seperti menarik sesuatu, saat itu juga tali di leher nya semakin mengencang membuat nya bertambah panik.
Teman-teman nya berteriak memanggil nya dengan heboh tanpa melakukan apapun untuk membantu nya.
Ketika dia sudah putus asa dan berpikir akan mati tiba-tiba tali di lehernya terlepas dan membuat nya jatuh dari ketinggian.
Bug
Stella tidak melihat apa-apa lagi selain teman-teman nya yang berlari mendekatinya selain itu, dia juga merasakan sakit di kakinya yang seperti nya keseleo akibat jatuh dari atas. Setelah itu, dia pun pingsan.
Fyutt
Sekali lagi, suara siulan menyeramkan itu kembali terdengar membuat para gadis itu ketakutan dan segera membawa Stella pergi dari sana.
Beberapa saat kemudian, Alice melompat dari atas ke bawah matanya menatap dingin kepergian para gadis itu.
Tangannya memegang sebuah tali hitam. Benda yang ia gunakan untuk membuat Stella tergantung di atas tadi.
Dia tersenyum sinis, gadis itu kembali melompati tembok gang dan menghilang di antara bangunan apartemen.
Angin berhembus pelan, tidak ada yang melihat kejadian tersebut selain bulan yang menjadi saksi.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah