Terlahir kembali di dunia yang dikuasai iblis dan makhluk ketiadaan, Ling Tian mengerahkan seluruh kekuatan dan pengetahuan dari kehidupan sebelumnya.
Namun takdir sekali lagi menempatkan dirinya dalam posisi sulit. Meskipun akar spiritualnya lemah dan memiliki roh pelindung saling berlawanan yang bisa menghancurkan dirinya kapan saja, tak membuat Ling Tian gentar sedikitpun.
Dengan tekad baja, Ia berjuang melawan nasib buruknya, mengubah setiap kelemahan menjadi kekuatan, dan menantang kekuasaan iblis yang menindas dunia.
Mampukah Ling Tian mengatasi keterbatasannya, menyatukan roh pelindung yang berlawanan, dan mencapai ranah tertinggi? Ataukah dia akan terperangkap dalam lingkaran kehancuran yang menunggu dibalik kekuatan kegelapan?
Penuh ketegangan dan intrik, ikuti petualangan dan pertarungan intens yang ada di dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Jast, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lantai Pertama Pagoda Sembilan Tingkat
Semburat mentari pagi kian memancar ke segala arah, mengusir kegelapan malam yang merengkuh seluruh peradaban.
Energi alam begitu murni mengitari Ling Tian yang terlihat tengah duduk bersila di atas tempat tidur, perlahan masuk ke dalam tubuh melalui kulit nan mengalir ke seluruh merdian.
“Setelah berkultivasi beberapa jam, tenaga dalamku hanya pulih sebagian. Sepertinya aku harus mencari pil pemulih spiritual,” ucap Ling Tian dengan suara tenang, perlahan membuka kedua mata setelah berkultivasi semalaman.
Mengingat pesan yang ditinggalkan Lan Lan, Ling Tian langsung pergi ke tempat latihan, sampai akhirnya terlihat Mei Hua dan Lan Lan tengah membicarakan sesuatu tampak begitu penting, sampai membuat keduanya memasang ekspresi masam.
“Senior Mei, Senior Lan, selamat pagi,” sapa Ling Tian dengan riang, membuat keduanya seketika mengalihkan pandangan.
“Kamu sudah bangun? Bagaimana kondisi saat ini? Apakah ada bagian tubuhmu yang sakit?” tanya Mei Hua lembut seraya menghampiri Ling Tian.
“Tidak ada, setelah beristirahat semalaman, kekuatanku sudah pulih sebagian,” balas Ling Tian seraya tersenyum simpul.
“Baguslah kalau begitu. Hari ini kami memiliki urusan penting yang harus kami lakukan. Jadi kamu harus berlatih sendiri sampai kami kembali,” timpal Lan Lan dengan ekspresi dingin, seraya menyilangkan kedua tangan di depan dada yang berisi.
“Sampai kapan kalian pergi?”
“Hmm… Mungkin beberapa minggu, atau bahkan beberapa bulan. Sampai kami kembali, kamu tidak boleh bermalas-malasan,” ucap Mei Hua sembari meletakkan telapak tangan lembut di atas pundak Ling Tian.
“Senior Mei dan Senior Lan tidak perlu khawatir. Aku akan berusaha keras untuk menjadi kuat secepat mungkin. Saat kalian kembali nanti, aku akan membuat kalian terkejut dengan perkembanganku.”
“Punya semangat tinggi juga bagus. Tapi kamu tidak boleh memaksakan diri. Tindakanmu semalam itu benar-benar nekat, bahkan berani bertarung melawan beruang darah berumur 2000 tahun. Aku tidak akan bertanya tentang teknik bertarung yang terlihat aneh itu. Tapi selanjutnya tidak akan ada yang bisa menolongmu. Aku harap kamu mengetahui batasan diri sendiri,” seru Lan Lan mencoba memberi nasihat sembari memasang raut wajah kekhawatiran, membuat Mei Hua tertawa pelan.
“Apa ada yang lucu?”
“Tidak ada. Aku hanya tidak menyangka kamu yang terkenal sedingin es dan tidak pedulian ternyata memiliki hati yang lembut. Sepertinya aku sudah salah menilaimu,” kata Mei Hua ringkas mencoba menggoda Lan Lan, membuat Lan Lan berdengus kecil seraya membuang muka ke arah lain.
“Ling… Ambil ini,” sambung Lan Lan ringkas, lalu melempar satu cincin ruang kepada Ling Tian.
“Tubuh beruang darah sangat besar. Cincin ruang yang aku kasih sebelumnya sudah penuh. Jadi aku memasukkannya ke dalam cincin ruang lain. Kamu pergilah ke lantai pertama Pagoda Sembilan Tingkat, di sana kamu bisa menukarkan hasil buruanmu dengan uang atau koin kontribusi, dengan begitu kamu bisa membeli sesuatu yang kamu inginkan,” papar Lan Lan kemudian, membuat Ling Tian dengan cepat menautkan kedua tangan ke depan, lantas berterima kasih kepadanya.
Setelah melakukan pembicaraan panjang itu, Mei Hua dan Lan Lan pun pergi dari hadapan Ling Tian, meninggalkan Ia seorang sendiri di tempat latihan yang luas.
“Kak Ling…” panggil suara lembut dari belakang, membuat Ling Tian seketika mengalihkan pandangan.
“Xiou Wu, bagaimana kondisimu? Apa kamu baik-baik saja?” tanya Ling Tian seraya meletakkan kedua tangan di pundak gadis kecil itu.
“Aku baik-baik saja. Kemarin aku hanya kelelahan, kak Ling tidak perlu khawatir,” balas Xiou Wu seraya mengalihkan pandangan sedikit ke bawah, tak berani menatap Ling Tian yang ada tepat di hadapannya.
“Syukurlah kalau begitu. Lain kali kamu tidak boleh memaksakan diri. Apa kamu mengerti?”
“Emp… Tapi aku tetap ingin berlatih bersama kak Ling. Apa kak Ling akan berlatih seperti kemarin?” tegas Xiou Wu sedikit memaksa.
“Iya, tapi sebelum latihan, aku harus pergi ke Pagoda Sembilan Tingkat. Apa kamu tau di mana tempat untuk menukarkan hasil buruan?”
“Tentu saja, meski belum lama tinggal di sini, tapi aku sudah mengunjungi banyak tempat. Karena kak Ling masih baru, aku akan mengantarmu ke sana,” ucap Xiou Wu sedikit menyombongkan diri, menggandeng pergelangan tangan Ling Tian, lalu menjadi pemandu nan pergi bersama ke Pagoda Sembilan Tingkat.
***
Menatap Pagoda Sembilan Tingkat yang menegak angkuh sampai ke angkasa, membuat Ling Tian tertegun beberapa saat. Tampak para murid dari berbagai tempat pelatihan lalu lalang menaiki anak tangga yang ada di hadapannya.
Langkah demi langkah mereka tapaki dengan seksama, mengarungi anak tangga yang tak terhitung jumlahnya, sampai akhirnya mereka sampai di puncak pegunungan, menampakkan halaman Pagoda Sembilan Tingkat yang terbentang luas.
“Kak Ling… Tempat yang kamu bicarakan ada di sebelah sana,” ucap Xiou Wu seraya menunjuk ke salah satu ruangan yang terbuka.
Ketika Ling Tian dan Xiou Wu akan beranjak menuju ruangan itu, tampak pemuda yang memiliki tubuh tinggi kekar menumbur Xiou Wu sampai terjatuh.
“Xiou Wu… Kamu tidak apa-apa?” tanya Ling Tian dengan nada cepat, mencoba membantu gadis kecil itu berdiri.
Menggelengkan kepala pelan, Xiou Wu lalu berdiri tegak, meminta maaf kepada pemuda kekar yang memiliki paras sengak dan angkuh, Yu Nan.
“Maaf senior karena tidak memperhatikan jalan, lain kali aku akan behati-hati,” ucap Xiou Wu pelan sedikit menundukkan kepala.
“Hehh… Orang-orang udik seperti kalian tidak seharusnya ada di tempat ini. Benar-benar merusak pemandangan! Cuihhh..."
“Kau!”
Ketika Ling Tian hampir tersulut amarah, Xiou Wu meraih pergelangan tangan Ling Tian, lalu bergeleng pelan tanpa mengatakan sepatah kata.
Ketika mereka akan pergi melewati Yu Nan, pemuda kekar itu seketika merentangkan tangan kanannya, membuat Ling Tian dan Xiou Wu langsung terhenti.
“Kamu Ling Tian bukan?”
“Sepertinya kamu salah orang, kalau tidak ada urusan lain, maka kami pergi dulu,” balas Ling Tian dengan suara berat, membuat Yu Nan tersenyum tipis.
“Anak yang menghajar Yu Huan. Itu kamu bukan?”
“Kalau iya kamu mau apa?” tandas Ling Tian yang sedari awal sudah kesal, membuat Yu Nan tertawa terbahak-bahak.
“Hahaha… Tentu saja aku akan menghajarmu sampai mati! Terima ini bocah tengik!”
“Wushhhh!”
“Brakkkk!”
Menatap pukulan yang diselimuti akan kobaran api biru, Ling Tian dengan sigap menggunakan teknik langkah bayangan, menggendong Xiou Wu dengan kedua tangan, lantas menghindari serangan Yu Nan yang terasa sangat panas.
Melihat pukulan yang Yu Nan kerahkan mampu menghancurkan lantai beton dengan mudah, Ling Tian lalu menurunkan Xiou Wu di pinggir halaman.
“Kak Ling… Berhati-hatilah,” ucap Xiou Wu dengan suara sedikit bergetar.
“Tunggu aku di sini, daku akan menyelesaikan masalah ini dengan cepat,” balas Ling Tian seraya tersenyum simpul.
Setelah menempatkan Xiou Wu di tempat yang aman, Ling Tian melangkah tegas ke tempat Yu Nan berada.
Tampak Yu Nan tengah meregangkan seluruh tubuh dengan senyum lebar yang tergaris dimuka angkuhnya.
Mengetahui akan ada pertarungan, membuat semua murid yang ada di tempat itu langsung berkumpul, menatap remeh Ling Tian yang terlihat seperti bocah ingusan.
“Bocah… Apa kamu sudah siap menjadi samsak tinjuku?”
“Majulah, bedebah tengik!”
***
up lagi
nantikan update selanjutnya..
gasssske thorrrr 👍
pokoknya Badas
semangat..