KEHADIRANMU MENGUBAH HIDUPKU bukan sedekar bicara tentang Cinta biasa namun tentang perjalanan hidup yang mereka lalui.
Diambil dari sebuah kita nyata perjalanan Hidup sebuah keluarga yang berasal dari keluarga miskin. Perselisihan dalam rumah tangga membuat Anak mereka yang baru lahir menjalani kehidupan tanpa seorang ayah. Sampai anaknya tumbuh dewasa. Perjalanan sebuah keluarga ini tidaklah mudah deraian air mata berbaur dalam setiap langkah mereka. Kehidupan yang penuh perjuangan untuk sebuah keluarga kecil tanpa adanya kepala keluarga. Mereka lalui dengan ikhlas hingga mereka menemukan kebahagiaan yang sedikit demi sedikit mereka dapatkan dan membuat mereka semua bahagia.
Bagaimanakah perjalanan kisahnya?
Ikuti terus Kisah ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SitiKomariyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Minta Uang
Setelah bayi selesai dibersihkan oleh dukun bayi lalu letakan disamping marni. Namun sebelumnya dukun bayi sudah membersihkan Marni terlebih dahulu.
“ Anaknya diberi asi dulu marni, agar merangsang air susumu biar cepat keluar," ucap dukun bayi sembari memberikan bayi tersebut pada marni.
“ Iya mbah, terimakasih. Maaf sudah merepotkan mbah," marni mengucapkan banyak terimakasih karena bantuan dukun bayi.
Dukun bayi membalas dengan senyuman pada marni. Karena haru sudah mulai siang ia berpamitan untuk pulang karena ada yang mau melahirkan lagi, dan sudah ada yang menunggu diluar rumah marni. Tak lupa Kusno memberikan amplop untuk tebusan ada dukun bayi.
“ Terimakasih mbah Sastro sudah membantu istri saya, ini ada sedikit buat mbah semoga bermanfaat mbah. Hati-hati di jalan," ucap kusno dan meraih tangan mbah Sastro.
“ Sama-sama nak Kusno, nanti di jaga dan diurus baik-baik istrimu. Sekarang dia masih sangat lemah setelah melahirkan, jangan lupa dibuatkan jamu ya nak kusno biar lekas sehat lagi," jawab mbah Sastro mengingatkan kusno dan berjalan keluar lalu naik sepeda milik seseorang yang menjemput mbah sastro.
“Baik mbah," ujar kasno singkat.
Setelah mbah Sastro pergi, kusno kembali masuk kerumah menemui istrinya dan membawakan jamu. Kusno mengurus istrinya dengan penuh kasih sayang. Sudah masuk satu minggu hari kelahiran anak mereka, dan mengadakan acara pemberian nama.
Marni meminta uang kepada kusno untuk keperluan acara pemberian nama dan akikahan anak mereka.
“Maaf mas aku mau minta uang buat beli semua belanjaan dan kambing akikah buat anak kita mas," ucap marni.
“Aku tidak punya dek, kemarin sisa cuma buat bayar mbah sastro," ujar kusno beralasan.
Marni tidak mempercayai perkataan kusno karena sebelum lahiran Marni sempat melihat isi dompet suaminya ada Rp 200.000. Marni mengira uang itu untuk persiapan anak lahiran, karena ia hanya diberi uang belanja Rp 10.000 selama seminggu untuk kebutuhan dapur. Dan setiap ia memberi marni uang harus sisa Rp 1.000. Di tahun 1992 jumlah uang Rp 200.000 sudah terbilang sangat banyak.
Disinilah Marni meluapkan Emosinya hingga terjadi perselisihan diantara mereka. Sampai Kusno menggendong ia berkata akan membuang anaknya. Sontak saja marni menangis tersedu-sedu dan meraih anak yang digendong Kusno.
“Tega kamu mas, aku yang mengandung dan melahirkannya. Aku sudah cukup bersabar selama ini mas padamu, didepan semua aku selalu bersikap bahagia dan menerimamu apa adanya mas. Tega kamu ya mas, aku hanya meminta untuk biaya acara anak kita sendiri. Kamu malah bertindak seperti ini. Asal kamu tahu saja mas aku melihat dompetmu tempo hari ada uang Rp 200.000. Lalu kemana semua uang itu mas, aku kira kamu memikirkanku mas. Atau kamu berikan uang itu pada ibu dan adik-adikmu lagi mas! Aku ini istrimu mas, seharusnya kamu juga memikirkan ku mas. Bukan hanya kamu perdulikan keluargamu saja," ucap marni dengan tangisan begitu menyedihkan.
Sanak saudara tetangga berdatangan melerai marni dan kusno. Dan ada yang langsung meraih anak Marni takut terjadi sesuatu pada anak mereka.
Setelah kejadian itu, marni menjadi sangat kecewa pada suaminya. Namun dia berusaha tetap baik pada suaminya meski hatinya terluka.
Beberapa hari kemudian tepatnya satu minggu setelah acara pemberian nama untuk mereka . Kusno izin kembali pulang kerumah ibunya karena ada pekerjaan.
Namun sudah dua minggu Kusno belum pulang menemui marni. Marni merasa gelisah takut ada sesuatu yang terjadi pada suaminya. Marni segera menyusul suaminya, sesampainya dirumah mertuanya, ia melihat suaminya sedang duduk santai diteras. Mertuanya keluar menyambut kedatangan Marni. Lalu menggendong cucunya.
“ Cantik anaknya ndok, siapa namanya? Ibu lupa," tanya ibu mertua marni.
“ Namanya Diantisna, dipanggil Tisna," ujar marni.
“ Nama yang indah, itu suamimu didepan. Biar Tisna ibu yang gendong," ucap ibu mertua marni sembari berdiri menggendong cucunya menggunakan kain batik panjang.
Marni mendekati suaminya menanyakan kenapa dia tak kunjung pulang. Kusno menjelaskan jika ia masih ada pekerjaan. Kusno terbilang anak dari orang berada pada masa itu, sedangkan Marni anak seorang janda miskin. Marni merasa ada yang disembunyikan oleh suaminya. Namun Marni mencoba menepis semua itu. Karena sebelumnya mereka sempat ada adu mulut.
“ Ya sudah mas, ayo kita pulang kerumah,” ajak marni pada kusno.
“ Iya dek, tapi sekarang mamas berangkat kerja lagi. Mungkin sore baru pulang," ujar kusno.
Kusno kembali pergi kerja, sedangkan Marni menunggu suaminya dirumah mertuanya. Sudah sore tapi suaminya belum pulang-pulang. Tetapi marni tetap setia menunggu suaminya kembali.
Satu minggu kemudian Tisna sakit, marni ingin membawanya berobat tapi dia tidak mempunyai uang. Marni memberanikan diri meminta uang kembali pada suaminya untuk membawa Tisna berobat pada bidan karena panasnya tak kunjung reda.
Namun jawaban kusno sungguh menyakitkan dan diluar dugaan marni.
“ Tak perlu dibawa kebidan nanti juga sembuh sendiri, kita harus hemat," ujar kusno.
“ Tapi mas, badan tisna sudah beberapa hari tidak menurun. Aku juga sudah paki obat tradisional tapi tidak ada reaksinya. Ayolah mas demi anak kita mas," ucap marni memohon pada suaminya.
“ Aku bilang tidak perlu, uangnya tinggal sedikit. Jika kamu ingin membawanya kebidan bawa sendiri sana cari utangan atau kamu bawa tempat orangtuamu ,"ujar kusno.
“ Tapi mas, kamu saja ada uang kenapa harus cari utangan. Ini anakmu mas yang sakit, anak kita," jawab marni sedikit menitikan air mata.
“ Terserah kamu mau bilang apa, ini uang mau dipakai adikku," ujar kusno lalu pergi meninggalkan marni.
Marni menangis meratapi nasibnya saat ini, setelah melahirkan anak perempuan yang mereka dambakan. Ternyata kebahagiaan yang selama ini rasakan berubah menjadi derita. Namun marni sadar ini bukan kesalahan dari anaknya, marni hatinya sangat hancur. Hingga ia memutuskan untuk pulang kerumah orang tuanya karena perlakuan suaminya.
Ia berjalan menyusuri jalan setapak sampai akhirnya sampai dirumah orang tuanya. Sesampainya dirumah marni mengetuk pintu. Betapa terkejutnya ibu marni saat membuka pintu melihat marni menangis dan menggendong anaknya.
“ Ya Allah marni! Ayo masuk nak, ada apa denganmu nak, kenapa bisa jadi seperti ini? Apa yang sudah kusno lakukan padamu nak. Ya Allah nak kenapa badan Tisna bisa sampai panas seperti ini, kamu kehujanan begini dijalan. Dimana suamimu?," ucap ibu marni dengan rasa penuh kekhawatiran.
Namun Marni tak menjawab sepatah katapun, ia hanya bisa menangis meratapi nasib yang ia alami saat ini. Ibu marni berusaha untuk menghiburnya, setelah dirasa marni sudah mulai tenang. Ia meminta marni untuk mandi dan bersiap untuk membawa anaknya kebidan. Selesai mandi marni menyusui anaknya terlebih dahulu sebelum dibawa kebidan.