Dendam Ratu Abadi

Dendam Ratu Abadi

Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian

*Ratu Abadi (Raab)*

Di sebuah pulau kecil yang sangat mahsyur dengan nama Pulau Kesepian, hiduplah dua orang wanita. Seorang nenek dan seorang gadis muda. Si nenek berstatus sebagai majikan dan si gadis muda adalah budaknya.

Meski Pulau Kesepian sangat mahsyur, tetapi tidak ada seorang pun yang berani coba-coba anjang sana ke pulau tersebut, meski seorang pendekar sakti sekali pun. Hal itu karena sosok si nenek yang merupakan penghuni awal dan pemilik pulau yang luasnya hanya sepuluh kali lapangan sepak bola. Semoga bisa dikira-kira.

Sosok nenek di pulau itu bukanlah sembarang nenek. Namanya sudah mahsyur sebagai pendekar tua sakti mandra yang berguna dari golongan hitam. Dia memiliki rekor seribu kali bertarung dengan hanya satu kali kalah. Itupun kekalahannya dia alami tanpa melakukan pertarungan adu fisik, tapi cukup dengan mengatakan, “Aku mengaku kalah.”

Dia sudah lama mengumumkan dirinya mundur dari dunia persilatan, memilih hidup tenang dan sunyi di Pulau Kesepian. Dia ternama dengan nama dunia persilatan Pendekar Tanpa Nyawa. Jangan ditanya siapa nama aslinya! Mungkin dia pun sudah lupa siapa nama aslinya karena terlalu lama memakai identitas Pendekar Tanpa Nyawa, meski dia masih bernyawa sampai sekarang.

Pendekar Tanpa Nyawa memiliki perawakan tubuh yang tinggi besar dengan fisik yang tua, sewajar sebagai seorang nenek-nenek. Usianya sudah mencapai delapan puluh tahun dengan kulit yang sudah tipis. Meski demikian, raganya sehat seperti wanita berusia separuh baya. Bahkan bertarung fisik pun dia masih lincah.

Lama dia hidup seorang diri di pulaunya. Segala sesuatu dia lakukan sendiri. Namun, setelah dia memiliki seorang budak wanita, dia kini sangat memanjakan dirinya. Hal-hal kecil saja dia memerintah budaknya yang melakukan, kecuali perkara urusan menyuap makanan ke mulut dan perkara kakus.

“Budaaak!” teriak Pendekar Tanpa Nyawa kencang ketika dia memanggil budaknya pada suatu waktu, karena budaknya agak jauh dari posisinya.

“Hamba, Gusti Agung!” sahut satu suara wanita yang jauh lebih jernih didengar dibanding suara serak si nenek.

Terdengar suara langkah kaki yang berlari tergesa-gesa ke tempat si nenek yang sedang duduk bersandar di kursi kayu, berbantal tumpukan sabut kelapa yang dibungkus kain.

Tidak berapa lama, muncullah seorang gadis cantik jelita berbibir merah. Gadis berpakaian lusuh warna abu-abu itu memiliki model wajah yang bulat. Selain bibirnya yang menjadi kekhasannya karena merah alami, dia juga sangat mudah diingat karena memiliki kumis tipis nan halus, yang justru bisa memancing nafsu lelaki mata belang. Usianya masih muda di angka dua puluhan.

Dialah gadis yang dipanggil “Budak” oleh Pendekar Tanpa Nyawa. Padahal dia memiliki nama yang indah, yaitu Aninda Serunai. Namun, sang majikan tidak mau memanggil nama asli budaknya.

“Hamba, Gusti Agung,” ucap Aninda Serunai seraya berlutut di depan kaki si nenek yang terjuntai di kursi tuanya.

“Apa yang kau lakukan di sana, Budak?” tanya si nenek.

“Hamba sedang menguliti ular laut, Gusti Agung,” jawab Aninda Serunai yang kala itu memang sedang memegang sebilah pisau.

“Duduklah dengan tenang dan nyaman. Aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu!” perintah si nenek tanpa mengomentari aktivitas budaknya itu.

Aninda Serunai lalu memilih duduk bersila di depan si nenek yang duduk santai. Dia meletakkan pisaunya di lantai papan.

Setelah melihat gadis cantik berkumis itu sudah siap mendengarkan, Pendekar Tanpa Nyawa lalu mulai berkata dengan satu pertanyaan.

“Apakah kau masih mendendam kepada kakakmu?”

“Masih, Gusti Agung,” jawab Aninda Serunai lemah seraya mengangguk sekali.

“Sebenarnya aku tidak peduli dengan dendammu kepada Raja Sanggana itu, tetapi itu kemudian menjadi salah satu alasan bagiku untuk menggunakanmu sebagai senjataku guna membalas kekalahanku darinya,” ujar Pendekar Tanpa Nyawa.

“Hamba akan patuh apa pun yang Gusti Agung perintahkan,” ucap Aninda Serunai seraya menjura hormat penuh takzim.

“Kau sudah lima tahun hidup bersamaku dan selama itu pula aku dimanjakan oleh pelayananmu. Hidup dimanja dan dilayani bertahun-tahun ternyata membuatku malas dan justru membuat otot dan persendianku mulai kehilangan daya. Tiba-tiba aku memiliki pemikiran jahat karena aku memang ternama sebagai orang hitam. Aku senang dengan kesendirianku di sini, tetapi aku juga ingin menciptakan karya hebat di daratan sana, salah satunya adalah mengalahkan kakakmu si Raja Sanggana Kecil itu. Budak!”

“Hamba, Gusti Agung,” sahut Aninda Serunai.

“Aku ingin menghidupkanmu kembali menjadi wanita berkesaktian tinggi. Apakah kau mau?” tanya Pendekar Tanpa Nyawa.

“Tentu aku sangat mau, Gusti Agung,” jawab Aninda Serunai antusias dengan senyum yang sumringah.

“Sepertinya kau sudah bosan menjadi budakku, Budak,” kata Pendekar Tanpa Nyawa.

“Bukan seperti itu maksudku, Gusti Agung. Tolong ampuni aku, Gusti Agung. Ampuni aku, Gusti Agung!” kata Aninda Serunai cepat sambil sujud di depan kaki si nenek. Nada suaranya menunjukkan ketakutan. Pasalnya dia sudah beberapa kali menerima hukuman yang menyiksa raga dan batinnya, tapi itu hanya di tahun pertama ketika awal-awal menjadi budak.

“Aku sudah lama tidak menghukummu, Budak,” kata Pendekar Tanpa Nyawa dingin.

“Jangan, Gusti Agung. Ampuni aku, Gusti Agung. Ampuni budakmu ini! Hiks hiks hiks!” ucap Aninda Serunai sangat memelas dengan masih posisi bersujud yang berujung terdengar suara tangisnya.

“Jangan menangis!” bentak Pendekar Tanpa Nyawa.

Terkejut perasaan Aninda Serunai. Isak tangisnya seketika berhenti seperti air seni lelaki yang terpergok kencing sembarangan oleh calon mertua.

“Aku tidak sudi memiliki budak yang cengeng!” bentak Pendekar Tanpa Nyawa lagi.

“I-i-iya, Gusti Agung,” ucap Aninda Serunai. Jelas-jelas suaranya bergetar ketakutan. Pasalnya, jika si nenek sudah tidak sudi, itu artinya dia mungkin akan dibunuh. Dia lalu bangun dari sujudnya.

“Aku tidak akan membunuhmu karena aku akan menggunakanmu. Untuk membuatmu kembali memiliki kesaktian tinggi dalam waktu singkat, kau akan menjalani latihan yang menyiksa, bahkan mengancam nyawamu sendiri. Kau akan bisa bertahan dan berhasil jika kau memiliki kemauan yang tinggi. Apakah kau mau menjalaninya, Budak?” ujar Pendekar Tanpa Nyawa. “Atau kau memilih menjadi budak tanpa daya sampai kau mati menua?”

“Aku memilih berlatih, Gusti Agung,” jawab Aninda Serunai dengan wajah penuh harap.

“Baiklah. Mulai besok subuh, latihanmu akan dimulai. Hari ini kau aku bebaskan dari melayaniku,” kata Pendekar Tanpa Nyawa.

“Terima kasih, Gusti Agung,” ucap Aninda Serunai gembira. Jarang-jarang dia mendapat hari libur karena memang tidak ada tanggal merah di dalam kalender yang juga tidak ada.

“Kau pasti masih ingat gerakan-gerakan olah kanuragan yang pernah kau kuasai,” kata si nenek.

“Masih, Gusti Agung,” jawab Aninda Serunai.

“Jadi kau tinggal memunculkan kembali tenaga dalammu yang musnah dan ditambah ilmu-ilmu baru yang akan aku wariskan,” kata si nenek.

“Baik, Gusti Agung,” ucap Aninda Serunai patuh.

“Kau boleh pergi!” perintah si nenek.

“Terima kasih, Gusti Agung.”

Aninda Serunai lalu bersujud kembali menghormat. Sujudnya agak lama yang menunjukkan rasa terima kasihnya. Setelah itu, dia beringsut mundur dan kemudian bangkit pergi. (RH)

Terpopuler

Comments

TriEnel

TriEnel

awal baca dah ngakak, ada ya nama pulau kesepian🤣🤣🤣

2024-09-06

2

Thata Chan

Thata Chan

Egh ... Om masih anteng di sini ternyata🤭 Neng Syantik come back, Om 🙈

2024-08-14

2

TriEnel

TriEnel

dah nini2 tp masih aja sadis yaaa

2024-09-06

2

lihat semua
Episodes
1 Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2 Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3 Raab 3: Kembali Sakti
4 Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5 Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6 Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7 Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8 Raab 8: Efek Mertua
9 Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10 Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11 Raab 11: Titah Prabu Dira
12 Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13 Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14 Raab 14: Undangan Adipati
15 Raab 15: Pendekar Berkumpul
16 Raab 16: Adipati Rempah Alot
17 Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18 Raab 18: Aninda Bertamu
19 Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20 Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21 Raab 21: Sakti yang Takluk
22 Raab 22: Tugas untuk Adipati
23 Raab 23: Mendayung Malam
24 Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25 Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26 Raab 26: Menang Bawa Petaka
27 Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28 Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29 Raab 29: Kelicikan Cempaka
30 Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31 Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32 Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33 Raab 33: Enam Selendang Dewi
34 Raab 34: Kesaktian Akar
35 Raab 35: Abang Kintir
36 Raab 36: Kentang Kebo
37 Raab 37: Siksaan untuk Aji
38 Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39 Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40 Raab 40: Fans Fanatik
41 Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42 Raab 42: Mengejar Ati Urat
43 Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44 Raab 44: Ratu Yuo Kai
45 Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46 Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47 Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48 Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49 Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50 Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51 Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52 Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53 Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54 Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55 Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56 Terpalan 11: Senyumi Awan
57 Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58 Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59 Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60 Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61 Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62 Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63 Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64 Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65 Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66 Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67 Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68 Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69 Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70 Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71 Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72 Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73 Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74 Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75 Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76 Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77 Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78 Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79 Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80 Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81 9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Raab 1: Penghuni Pulau Kesepian
2
Raab 2: Racun Mimpi Buruk
3
Raab 3: Kembali Sakti
4
Raab 4: Pulang Bersama Gimba
5
Raab 5: Ratu dan Permaisuri
6
Raab 6: Tuduhan Prabu Dira
7
Raab 7: Pembunuh Ratu Ani
8
Raab 8: Efek Mertua
9
Raab 9: Kebangkitan Ratu Ani
10
Raab 10: Hukuman Permaisuri Mata Hijau
11
Raab 11: Titah Prabu Dira
12
Raab 12: Permaisuri Pedang Hilang
13
Raab 13: Dua Pendekar Sombong
14
Raab 14: Undangan Adipati
15
Raab 15: Pendekar Berkumpul
16
Raab 16: Adipati Rempah Alot
17
Raab 17: Gadis Cantik Baju Ungu
18
Raab 18: Aninda Bertamu
19
Raab 19: Pertarungan Perdana Aninda
20
Raab 20: Adipati Menusuk Aninda
21
Raab 21: Sakti yang Takluk
22
Raab 22: Tugas untuk Adipati
23
Raab 23: Mendayung Malam
24
Raab 24: Pelampiasan Prabu Dira
25
Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
26
Raab 26: Menang Bawa Petaka
27
Raab 27: Tipuan Cempaka Air
28
Raab 28: Pemenang Babak Kedua
29
Raab 29: Kelicikan Cempaka
30
Raab 30: Kesaktian Aji Ronggoloyo
31
Raab 31: Kemenangan Pendekar Sombong
32
Raab 32: Kenyot Sedot Otot
33
Raab 33: Enam Selendang Dewi
34
Raab 34: Kesaktian Akar
35
Raab 35: Abang Kintir
36
Raab 36: Kentang Kebo
37
Raab 37: Siksaan untuk Aji
38
Raab 38: Cantik Versus Gemuk
39
Raab 39: Duel Dua Kakek Sakti
40
Raab 40: Fans Fanatik
41
Raab 41: Serangan Tiba-Tiba
42
Raab 42: Mengejar Ati Urat
43
Raab 43: Mengeroyok Ati Urat
44
Raab 44: Ratu Yuo Kai
45
Raab 45: Tawaran Ratu Abadi
46
Terpalan 1: Kesepakatan Saudara Seperguruan
47
Terpalan 2: Petunjuk Menuju Abadi
48
Terpalan 3: Kematian di Dua Tempat
49
Terpalan 4: Abang Bertemu Joko
50
Terpalan 5: Hadangan di Atas Jembatan
51
Terpalan 6: Seteru Atas Jembatan
52
Terpalan 7: Dua Desa Pendekar
53
Terpalan 8: Bertemu Kakek Sakti
54
Terpalan 9: Misi Pembunuhan
55
Terpalan 10: Pasukan Buaya Samudera
56
Terpalan 11: Senyumi Awan
57
Terpalan 12: Kedatangan Ratu Alma
58
Terpalan 13: Dagelan Kebakaran
59
Terpalan 14: Menghajar Pasukan Kademangan
60
Terpalan 15: Mengkudeta Demang Awok
61
Terpalan 16: Kabar Kejutan Dari Ratu
62
Terpalan 17: Nenek Liang Kubur
63
Terpalan 18: Warung Pepes Jengkol
64
Terpalan 19: Melayani Kentang Kebo
65
Terpalan 20: Pasukan Kademangan Hancur
66
Terpalan 21: Dua Kepala Desa Dibunuh
67
Terpalan 22: Tiga Si Pedang Panjang
68
Terpalan 23: Membantai Warga Desa Punten
69
Terpalan 24: Izin Pemegang Izin
70
Terpalan 25: Paku Darah Perjaka Murni
71
Terpalan 26: Ratu Yuo Kai Terkejut
72
Terpalan 27: Teror di Pasir Langit
73
Terpalan 28: Mati Kedua, Bangkit Kedua
74
Terpalan 29: Begal Nol Aksi
75
Terpalan 30: Insiden di Kedai Sederhana
76
Terpalan 31: Langkah Seribu Tiga
77
Terpalan 32: Dihadang Tiga Putra Demang
78
Terpalan 33: Nyai Demang Rame Getah
79
Terpalan 34: Kelompok Pembunuh Datang
80
Terpalan 35: Kelompok Pembunuh Menghilang
81
9P 1: Buaya Samudera Masuk Istana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!