GAVIN adalah pria dewasa yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Orang tuanya sudah mendesak untuk segera menikah,terutama
mama nya.
Tapi Gavin menolaknya mentah-mentah. Bahkan mama nya sempat menjadwalkan kencan buta untuk putra tunggal nya itu dengan beberapa anak perempuan dari teman nya,dan yang Gavin lakukan hanya diam saja ,tak menghiraukan Mama nya yang terus berteriak meminta menantu dan cucu.
Hingga suatu hari, Gavin pergi kesalah satu kafe yang sering dikunjungi oleh para anak muda. Disana ia bertemu dengan seorang gadis yang tertawa bersama teman-teman nya. Gavin terpukau oleh gadis itu.
Tanpa tau siapa gadis yang ia temui dikafe itu, Gavin meminta kepada kedua orang tuanya untuk melamar gadis tersebut, tidak peduli jika usia mereka yang terpaut jauh, karena ia sudah mengklaim gadis itu sebagai istri nya nanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marta Safnita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35.
"Tapi Mas---"
"Ssstt, kita masih punya waktu,Na."
"Nanti kal----"
"Nggak bakalan, lagian suruh siapa yang minta berangkat pagi-pagi sekali? Kamu tuh terlalu rajin untuk ukuran mahasiswi, sayang.
"Redyna mendengus."
Akhirnya dengan terpaksa mereka melakukan nya didalam mobil. Entah kenapa Gavin merasa tidak pernah puas merasakan tubuh Redyna yang telah membuat nya candu, rasa nya Gavin ingin lagi, lagi, dan lagi.
Untung saja Gavin memarkirkan mobilnya ditempat yang agak sepi, jadi kemungkinan orang yang melihat mobil milik Gavin bergoyang itu kecil.
***
"Gue kira lo nggak masuk Na," ujar Dinda ketika Redyna duduk disebelah nya.
Sedangkan yang ditanyai memilih diam dan menyandarkan punggungnya pada kursi, lalu sesekali punggung tangan nya mengelap keringat yang muncul di dahinya.
Dinda melihat penampilan Redyna dari atas hingga bawah, lalu kembali lagi ke atas."Lo kenapa Na? Penampilan lo kok berantakan,ya nggak kayak biasanya?" tanya nya.
Redyna menegak kan tubuhnya setelah ia berhasil mengatur nafas. Ini semua salah Gavin! Setelah meladeni suami nya itu, Redyna langsung berlari terbirit-birit seperti sedang dikejar anjing, untung saja dosen nya belum datang ketika ia sudah sampai di kelas.
"Tadi gue habis ngasih makan kucing, saking asyiknya, si kucing nggak mau lepas.Gue pikir, gue bakalan telat njir, sampe lari-lari loh gue dari gerbang kekelas."
Dinda mengernyit kan kening." sejak kapan lo punya kucing?"
"Sejak gue nikah."
Meski bingung, Dinda tetap mengangguk, dipikiran nya mungkin Gavin yang membelikan nya khusus,kucing tersebut untuk Redyna. Agar istrinya itu tidak kesepian ketika ditinggal kerja oleh suami nya.
padahal kucing yang dimaksud Redyna adalah Gavin suami nya sendiri, bukan kucing yang sebenarnya.
Tak lama dosen pun datang ke kelas mereka, memberi penjelasan tentang materi yang akan dipelajari hari ini, baru setelah nya memberikan tugas kepada mahasiswa-mahasiswi nya yang ada dikelas itu.
Saat ini kedua nya tengah berada di kantin untuk mengisi perut mereka dengan sedikit asupan ghibah. Begitu mereka berdua tengah asyik dengan kegiatan nya.
Tiba-tiba seseorang datang dan menggebrak meja yang membuat Redyna serta Dinda terperanjat.
"Lo berdua tega amat sama gue, kan udah dibilangin gue minta ditungguin, kenapa kalian tetap nggak mau nungguin gue sih?" ucap orang tersebut, kemudian menyeruput es jeruk milik Dinda.
Dinda kesal, gadis itu merebut paksa es jeruk nya yang sedang diseruput itu."Ada ya, orang kayak lo,bisa bebas keluar masuk di kampus ini. Berasa ini kampus punya nenek moyang lo sendiri."
"Biasalah, Zahra gitu loh!" lalu matanya beralih menatap Redyna yang asyik menyantap makanan nya dengan lahap."santai Na, makan nya, gue nggak bakalan mintak kok, malah gue mau mesen nih sekarang."
Selepas mengatakan itu, Zahra berlalu pergi dari sana dan menuju stand yang menjual makanan yang sedang Redyna makan.
Redyna bersendawa kecil setelah menghabiskan makanan nya,tak lupa ia mengucapkan syukur, lalu tangan nya terulur mengambil esteh milik nya seraya memantau Zahra yang sedang mengantri.
"Ngapain tuh sipengangguran kesini?"
Kepala Dinda menoleh kebelakang, melihat yang Redyna tunjuk dengan dagunya.
"Dia kesini kalau bukan buat kuliner,ya buat apa lagi! nggak mungkin kan dia kesini buat ngampus?"
"Iya juga ya, kadang gue kasihan melihat Zahra yang sekarang, hidup nya luntang Lantung nggak jelas." Mata Redyna fokus menatap sang sahabat yang telah mendapatkan pesanan makanan nya dan sedang berjalan menghampiri dirinya dan Dinda.
"Hayoo... nungguin gue ya lo." ucap Zahra dan mengambil duduk disebelah Dinda.
Tangan nya bersiap untuk menyiapkan makanan kedalam mulutnya, tapi mangkok bakso nya telah ditarik lebih dulu oleh Redyna.
"Kenapa Na? Muka lo mendung amat kelihatan nya?"
"Huh......." Redyna menghela nafas nya terlebih dahulu sebelum melanjutkan ucapannya.
"Kenapa sekarang Lo hidup nya kayak orang pengangguran Ra? Kuliah nggak, kerja juga nggak?"
"Gue nggak apa-apa Na, udah ya, nggak usah sok peduli sama gue," balas Zahra seraya menarik mangkuk bakso nya kembali dan menyantap nya.
"Apa mungkin lo nggak ada biaya buat kuliah?" Kini Dinda yang bertanya.
"kalau iya,Dyna siap kok buat biayain lo kuliah sampai lulus,ya kan Na?"
Redyna mengangguk kan kepalanya, kemudian berkata, iya, gue mau biayain kuliah lo Ra,mas Gavin kan kaya.
Zahra sudah tidak berselera lagi untuk menghabiskan baksonya, gadis itu menatap satu persatu sahabat nya.
"Gue masih mampu njir, papi gue dokter dan punya rumah sakit,mami gue guru. Dibagian mana gue nggak mampunya?"
"Ya kenapa lo nggak kuliah saja Ra, bareng kita? Dari pada Lo bolak-balik kesini cuma buat jajan,"saut Redyna.
"Males gue Na, gue pengen istirahat dulu sampe batas waktu nggak ditentuin.-
"Terus, sekarang kerjaan lo dirumah ngapain?" Tanya Dinda, menusuk bulatan bakso milik Zahra dengan garpu, lalu memakan nya.
"Jadi tukang ojek pribadi nya si Ibnu," balas Zahra, tangan nya memukul bahu Dinda yang seenaknya memakan bakso milik nya. Susah-susah dirinya yang mengantri, malah Dinda yang menghabiskan nya.
"Omong-omong, tadi lo manggil nya udah 'Mas' nih, nggak 'Om' lagi?" goda nya terhadap Redyna dan disusul Dinda juga ikut menggoda.
"Apaan sih?" Redyna mengernyit kening menatap kedua sahabat nya yang tengah mengulum senyum.
"Cieee..... Manggil nya 'Mas' nih,goda keduanya membuat Redyna menunduk malu."
Redyna berdehem untuk menetralkan kegugupan nya."Apa sih kalian! Masa gue manggil suami sendiri 'Om', bisa digorok nanti sama mama gue."
Membayangkan nya saja sudah mampu membuat Redyna bergidik ngeri.