Kisah ini menceritakan tentang perantauan ku ke Kalimantan dan bertemu dengan seseorang perempuan yang ternyata perempuan itu menganut ilmu hitam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amak Tanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Setibanya di kantor cabang desa M, mereka segera menemui HRD disana.
"Permisi pak" ucap Samsul tatkala ia dan Bagas berada di dalam ruangan HRD.
"Eeh Samsul, silahkan duduk sul" ucap HRD yang sudah kenal dengan Samsul.
"Iya pak, kenalin pak ini pak Bagas, karyawan dari perusahaan cabang kita yang di utus ke pabrik kita pak" ucap Samsul yang memperkenalkan Bagas.
"Oh ya hallo pak Bagas, salam kenal saya Toni" ucap HRD yang bernama Toni.
"Iya pak Toni, salam kenal juga" jawab Bagas
"Kalian berdua mau jemput Risa ya?" Tanya Toni
"Iya pak, kami berdua disuruh pak Samidi jemput Risa" jawab Bagas.
"Baiklah tunggu sebentar ya, saya hubungi Risa dulu, tadi dia ijin pulang buat beres-beres barangnya" ucap pak Toni.
"Baik pak" jawab Bagas.
Kemudian pak Toni pun menghubungi Risa melalui HT,
"Bu Risa, Bu Risa" ucap pak Toni melalui HT, namun tidak ada jawaban.
"Bu Risa, Bu Risa" pak Toni mencoba menghubunginya lagi.
"Iya pak, masuk" jawab Bu Risa dari sebrang
"Ini Samsul sama pak Bagas sudah datang menjemput ibuk" ucap pak Toni
"Baik pak, sebentar lagi saya tiba disana" ucap Risa dari sebrang.
"Baik Bu, ditunggu" ucap pak Toni.
"Iya pak" jawab Risa.
Sembari menunggu Risa pak Toni pun mengajak ngobrol Bagas dan Samsul, mananyakan asal Bagas, dan lainnya. Setelah beberapa menit kemudian datang lah Risa.
"Permisi pak" ucap Risa dari depan pintu
"Iya Buk Risa silakan masuk dulu" ucap pak Toni kepada Risa yang sedang berdiri di depan pintu
"Iya pak" jawab Risa lalu menuju kursi kosong.
"Kenalin pak Bagas, ini Bu Risa yang akan jadi karyawan sementara di pabrik, nah Bu Risa ini pak Bagas, dia karyawan baru juga di pabrik, dia diutus dari perusahaan induk untuk bantu-bantu di pabrik" ucap pak Toni memperkenalkan mereka.
"Hallo Bu, Bagas" ucap Bagas memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya
"Hallo pak, saya Risa" jawab Risa membalas uluran tangan Bagas, dengan tatapan yang sulit diartikan.
Setelah berbincang-bincang Beberapa saat mereka pun memutuskan untuk segera kembali ke pabrik,
"Yasudah pak kami mau kembali ke pabrik, takut kesorean, bapak tahu sendiri lah" ucap Samsul kepada pak toni
"Iya sul, benar kata kamu, bahaya, seminggu yang lalu aja ada korban sul di desa M" ucap pak Toni
"Iya kami permisi dulu" ucap Samsul
"Mari pak" ucap Bagas dan Nina bersamaan
"Iya silahkan hati-hati dijalan" ucap pak Toni.
Bagas pun masuk ke dalam mobilnya diikuti Samsul yang hendak membuka pintu depan mobil namun ia ditahan oleh Risa,
"Eeh sul kamu aja ya yang duduk dibelakang, aku mabuk soalnya kalau dibelakang" ucap Nina mencari alasan supaya bisa duduk disebelah Bagas.
"Oo iya Ris" jawab Samsul yang tak menaruh rasa curiga sedikitpun. Dikarenakan mereka sudah saling kenal sejak masih kecil.
"Makasih sul" ucap Nina, ia pun masuk ke dalam mobil, begitu pula dengan Samsul yang duduk di kursi belakang. Setelah Samsul dan Risa masuk Bagas pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang Bagas penuh kehati-hatian membawa mobilnya.
"Eh pak Bagas udah punya istri" tanya Risa tiba-tiba.
"Belum Bu" jawab Bagas singkat sembari memperhatikan jalan.
"Kenapa pak Bagas belum punya istri padahal pak Bagas cakep lho" ucap Risa dengan nada suara genitnya.
"Belum aja Bu, ya mungkin kalau jodoh beberapa bulan lagi Bu" ucap Bagas
"Oh udah ada calonnya ya pak" tanya Nina dengan nada sedikit kesal namun ia berusaha menyembunyikannya.
"Iya Bu masih pacar" ucap Bagas
"Ooh masih bisa putus dong" gumam Risa dengan suara pelan
"Apa Bu" tanya Bagas
"Oo nggak pak, emang pacarnya pak Bagas dimana" tanya Risa yang membuat Bagas sedikit risih, lalu ia pun minta Samsul untuk menggantikannya menyetir dengan alasan tangannya sakit tidak terbiasa dengan Medan jalan.
"Ada deh Bu rahasia, eeh sul kamu bisa nyetir kan gantian dong pegal-pegal semua tangan, belum terbiasa dengan Medan jalan disini kayaknya" ucap Bagas sembari menepikan mobilnya.
"Bisa gas, bisa" ucap Samsul yang menyadari bahwasanya Bagas sudah risih di tanyain oleh Risa. Sedangkan Risa hanya bisa menggerutu dalam hati. Bagas dan Samsul pun bertukar duduk lalu Samsul yang melanjutkan menyetir Bagas duduk dibelakang sembari melihat-lihat sekeliling jalanan yang dipenuhi lahan sawit, dan beberapa kebun warga. Tidak ada lagi percakapan yang terjadi, Risa yang sudah kesal pun hanya memutuskan untuk bengong menghadap keluar jendela. Hingga tak terasa mereka pun tiba di pabrik tepat pukul 15:30 dan karyawan masih berada di pabrik tak terkecuali pak Samidi, Bagas dan Samsul pun mengantarkan Risa ke ruangan pak Samidi.
Tok...tok...tok
"Permisi pak" ucap Bagas
"Iya masuk" jawab pak Samidi dari dalam, Bagas pun membuka pintu dan masuk kedalam ruangan pak Samidi bersama Risa dan Samsul
"Eh kalian, silahkan duduk Bu Risa, pak Bagas, pak Samsul" ucap pak Samidi. Mereka bertiga pun duduk
"Eeh pak saya sama Bagas keluar dulu ya mau ngopi" ucap Samsul yang tak enak terus berada didalam ruangan pak Samidi.
"Oo iya sul, pak Bagas silahkan kalian berdua boleh ngopi-ngopi dulu di dapur ataupun kalau mau di kantin sembari menunggu jam pulang, nanti Bu Risa pulangnya sama saya" ucap pak Samidi yang membuat muka Risa cemberut niatnya untuk nebeng dimotor Bagas harus pupus.
"Baik pak, marii" ucap Bagas dan Samsul bersamaan. Setelah itu mereka pun keluar dari ruangan pak Samidi, didalam ruangan pak Samidi menjelaskan beberapa pekerjaan Risa menggantikan karyawan yang di tukar.
Setibanya Bagas dan Samsul di kantin, mereka berdua memesan kopi dan mengambil beberapa cemilan. Sembari menikmati angin sore di pabrik dan menikmati kopi Bagas dan Samsul berbincang-bincang,
"Gas kamu risih ya sama Risa tadi" ucap samsul
"Ya siapa yang nggak risih sih sul, pertanyaannya terlalu pribadi, kamu juga pasti risih kalau ditanyain seperti itu" jawab Bagas
"Iya juga sih gas, tapi Risa itu emang seperti itu gas kalau sama orang yang dia taksir" ucap Samsul
"Maksud kamu apa sul" tanya Bagas
"Sepertinya Risa suka sama kamu gas, hati-hati kamu gas, bisa-bisa kamu disatein sama Nina kalau sampai kamu jatuh cinta sama Risa" ucap Samsul sembari meledek Bagas
"Ya nggak lah sul, ngapain juga aku jatuh cinta sama Risa" ucap Bagas
"Hati-hati lho gas, Risa itu terkenal punya pelet, selama ini laki-laki yang ia taksir nggak pernah yang namanya nggak naksir balik gas" ucap Samsul menakut-nakuti Bagas
"Dia punya pelet aku punya Tuhan sul" jawab Bagas santai
"Iya deh iya pak ustad" ucap Samsul.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 16:00, tibalah jam pulang, Bagas dan Samsul pun segera membayar kopi dan cemilan mereka, lalu menuju parkiran untuk mengambil motor dan hendak pulang, diparkir Bagas dan Samsul pun bertemu dengan Nina yang kebetulan juga ingin pulang.
"Eh Nin, ayok barengan" ucap Bagas
"Iya mas, ayok" jawab Nina
Setelah mengambil motor masing-masing mereka bertiga pun melajukan motornya dengan kecepatan sedang sembari menikmati angin sore di perkebunan sawit Perusahaan S.
BERSAMBUNG.....
***
di tungguin