Hyuna Isvara, seorang wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai seorang koki di salah satu restoran.
4 tahun menjalani biduk rumah tangga bersama dengan Aksa Dharmendra, tidak juga diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka tetap bahagia karena Aksa tidak pernah menuntut tentang anak dari Hyuna.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka sedikit demi sedikit menghilang sejak Aksa mengenalkan seorang wanita kepada Hyuna tepat di hari annyversary mereka.
Siapakah wanita yang Aksa kenalkan pada Hyuna?
Bagaimanakah rumah tangga mereka selanjutnya?
Yuk, ikuti kisah Hyuna yang penuh dengan perjuangan dan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34. Daftar Ulang.
Hyuna tersentak kaget saat mendengar apa yang Wildan katakan, sementara Vicky memalingkan wajahnya yang bersemu merah membuat Damian hampir saja tertawa.
"Te-terima kasih karena sudah menjemput adik saya, Tuan Damian."
Hyuna memilih untuk mengalihkan pembicaraan sebelum Wildan mengucapkan sesuatu yang lebih mengejutkan lagi, dia lalu menyuruh Yudha untuk mengucapkan terima kasih pada Damian.
Setelah merasa cukup untuk pertemuan hari ini, Vicky segera pamit pulang bersama dengan Damian dan juga Wildan.
"Tante, aku pulang dulu ya. Besok aku datang lagi."
Cup.
Semua orang membulatkan mata mereka saat Wildan mengecup pipi Hyuna, terutama Vicky melotot tajam sampai hampir membuat kedua bola matanya melompat keluar.
"Iya Sayang, hati-hati dijalan."
Hyuna tersenyum lebar dengan apa yang Wildan lakukan, apalagi bocah itu masih berusia 5 tahun yang tentu saja biasa mencium pipi orang lain.
Vicky dan yang lainnya lalu masuk ke dalam mobil dan segera melaju meninggalkan tempat itu, sementara Hyuna dan juga Yudha kembali masuk ke dalam rumah.
"Jangan melakukannya lagi, Will."
Wildan yang sudah memejamkan kedua matanya akibat mengantuk langsung terbuka lebar saat mendengar ucapan sang papa, dengan cepat dia menoleh ke arah papanya itu dengan bingung.
"Jangan mencium pipi tante Hyuna lagi!" sambung Vicky dengan penuh penekanan membuat Damian langsung melirik dengan heran.
"Kenapa?" tanya Wildan dengan bingung. Pasalnya baru kali ini sang papa melarangnya mencium pipi orang lain, apakah karena Hyuna bukan keluarganya?
"Ikuti saja apa kata papa."
Wildan hanya bisa mencebikkan bibir saja sambil kembali memejamkan kedua matanya, entah kenapa akhir-akhir ini dia mudah sekali lelah dan mengantuk. Apalagi melihat sifat papanya yang sangat luar biasa.
Setelah kepergian Vicky dan yang lainnya, Hyuna langsung diinterogasi oleh sang adik. Yudha bertanya kenapa laki-laki seperti mereka bisa bersama dengannya, bahkan terlihat sangat dekat.
"Apa tuan yang tadi itu kekasih Mbak?"
Hyuna langsung menatap Yudha dengan tajam saat mendengar pertanyaan adiknya itu.
"Sudahlah, ceritanya besok saja. Sekarang cepat mandi dan setelah itu makan, tadi mbak udah siapin nasi goreng untukmu."
Hyuna langsung berbalik dan keluar dari kamar yang ditempati oleh Yudha, dia malas sekali jika harus kembali membahas tentang Vicky. Apalagi saat pikiran adiknya itu yang tidak-tidak.
***
Keesokan harinya, Hyuna izin pada Dayu agar bisa masuk siang karena ingin mengantar Yudha ke universitas tempatnya sekolah nanti. Hari ini akan ada daftar ulang bagi setiap mahasiswa baru, dan mereka semua diharuskan datang untuk mengurus berkas-berkas.
"Apa semua sudah selesai, Dek?" tanya Hyuna sambil mendudukkan tubuhnya di atas bangku taman. Sudah berjam-jam dia ke sana kemari menemani sang adik, dan sekarang kakinya benar-benar terasa sangat lelah.
"Sudah, Mbak. Mbak tunggu di sini aja, aku mau menyerahkan berkas ini dulu."
Hyuna menganggukkan kepalanya membuat Yudha langsung beranjak pergi. Dia lalu mengambil sebotol minuman yang tadi sempat dibeli karena tenggorokannya terasa sangat kering.
"Mbak Hyuna!"
Hyuna yang masih minum hampir saja tersedak saat mendengar teriakan seseorang, sontak dia melihat ke arah samping kanan di mana Ruby sedang berlari ke arahnya.
"Ruby, kau di sini?"
Ruby menganggukkan kepalanya. "Aku mau nemuin teman, Mbak. Mbak sendiri ngapain di sini?" Dia mendudukkan tubuhnya di samping Hyuna.
"Mbak lagi nganterin Yudha daftar ulang, dia 'kan masuk di universitas ini."
"Wah, benarkah?"
Hyuna langsung menganggukkan kepalanya, bersamaan dengan kembalinya Yudha ke tempat itu. Dia lalu mengajak mereka untuk ke restoran tempatnya kerja sekalian menikmati makan siang.
Sementara itu, di tempat lain terlihat sedang terjadi ketegangan pada saat sedang melakukan pemotretan. Model wanita yang sedang difoto menolak untuk mengenakan jubah transparan, padahal jubah itu dipakai agar menutupi pakaian yang terlalu terbuka.
"Apa susahnya sih, tinggal foto saja," ketus Laura yang merupakan model untuk pemotretan pakaian bikini keluaran terbaru.
"Maaf, Nona. Sesuai dengan keinginan perusahaan, Anda harus-"
"Yang model itu aku, jadi seharusnya kalian mengikuti apa yang aku katakan, bukan perusahaan yang tidak tau bagaimana selera pasar."
Laura menghela napas kasar. Percuma selama ini dia menjaga tubuh indahnya jika harus ditutupi oleh jubah, apalagi sebentar lagi dia akan mengandung anak Aksa. Jadi dia harus menunjukkan tubuh sempurnanya itu sebelum berubah menjadi gemuk.
Tim pemotretan yang bertugas hari ini terpaksa mengikuti apa yang Laura inginkan. Terserah jika perusahaan akan marah atau apa, yang jelas semua itu bukan kemauan mereka.
Setelah menghabiskan waktu sampai 2 jam lamanya, akhirnya pemotretan Laura hari ini selesai juga. Dengan menggunakan bikini yang super seksi, dia duduk di sebuah kursi yang ada di pinggir kolam membuat beberapa model pria yang ada di tempat itu langsung meliriknya.
Mendapat tatapan memuja dari para lelaki, tentu saja membuat Laura semakin membusungkan dada. Dia bukannya ingin mengkhianati cinta Aksa, hanya saja tidak ada salahnya jika dia ingin bermain-main sebentar.
"Saya membawakan segelas jus untuk Anda, senior. Silahkan dinikmati."
Seorang lelaki berwajah bule yang merupakan model baru menawarkan minuman untuk Laura, membuat wanita itu tersenyum ramah.
"Terima kasih, Johan. Kau baik sekali."
Laki-laki bernama Johan itu menganggukkan kepalanya lalu beranjak pergi karena harus segera bersiap, sementara Laura terus melihat ke arah laki-laki itu dengan tatapan lapar.
Setelah semua pekerjaan selesai, Laura segera pergi ke ruang ganti untuk memakai pakaiannya. Dia lalu beranjak pergi dari tempat itu menuju pusat perbelanjaan karena ingin membeli sesuatu.
Aksa yang baru selesai bekerja mendapat telepon dari sang ibu. Dia segera mengambil benda pipih itu dan menjawab panggilan ibunya.
"Halo, Bu."
"Halo, Aksa. Apa kau sudah pulang kerja?" tanya Mona dari sebrang telepon.
"Belum Bu, baru beres-beres mau pulang, memangnya ada apa?" tanya Aksa balik sambil mengambil tas kerjanya dan berlalu keluar dari ruangan.
"Kenapa kau tidak mengirim uang bulanan pada Ibu, Aksa? Ibu mau membayar uang kuliah adik-adikmu."
Aksa langsung mengernyitkan keningnya. "Uang bulanan? Bukankah waktu itu Laura bilang ingin memberikannya pada Ibu?"
•
•
•
Tbc.