Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelahiran Ammar
Setelah hampir dua tahun jauh tinggal dari mertua kami pun pulang kembali karena permintaan mertuaku. Beliau kelimpungan mengurus rumah dan kurangnya dana untuk makan beliau karena tanah yang digarap gagal panen bahkan mereka juga rugi. Beliau juga sakit-sakitan makanya aku diminta untuk kembali agar ada yang menjaga beliau dirumah saat mertua lelakiku pergi ke sawah atau pergi Jaulah.
Mereka sangat egois menurut ku. Suamiku yang memang notabennya sangat menyayangi kedua orang tua pun mengiyakan katanya biarlah sekalian berbakti kepada kedua orangtuanya.
Walaupun terpaksa aku mengiyakan suamiku karena biar bagaimanapun surganya suamiku berada di ibunya, aku ingin dia meraihnya dengan ridho ku sebagai istri sebagai kunci syurganya. Aku ingin meraih syurga ku dengan mengikuti serta taat kepada suamiku.
Walau kadang harus mengorbankan perasaanku tapi tidak apa to memang tidak ada yang bisa mereka andalkan. Aku heran saja kenapa mereka seperti itu padahal ayahku saja yang sangat sayang padaku tidak pernah memintaku untuk tinggal bersamanya. Mungkin ayahku berpikir agar kami mandiri dan bisa mengatur keluarga kecil kami sendiri.
"Kak, haruskah kita tetap naik tinggal sama Mama dan bapak?? Tanyaku kepada suamiku.
" Maaf ya dek, kita terpaksa naik tinggal sama mereka karena tak ada yang bisa diandalkan selain kita berdua!! ".
" Tapi kan anak dan menantunya bukan cuma kita berdua!! ".
" Ade kan tahu, istri saudaraku tidak mau tinggal sama Mama karena dulu banyak insiden yang tidak mengenakan untuknya sedangkan si anak emas kan sudah punya rumah mana suaminya pelitnya luar biasa!! ".
Mendengar jawaban suamiku, aku hanya bisa menghela nafas jika seperti itu. Benar yang dikatakan suamiku itu tak ada yang lain diandalkan apalagi memang ekonomi suamiku juga paling baik diantara keluarganya.
Ya inilah buah hasil dari kesabaran suamiku yang dulunya terhina karena tak memiliki pekerjaan, sekarang dia menjadi tumpuan untuk orangtuanya.
Jadi mau tak mau aku harus ikut bersamanya, karena aku juga kasian kepada mertuaku sangat berbeda dengan kehidupan orang tuaku sendiri yang memang memiliki penghasilan tetap dan berlebih.
Padahal aku sedang mengandung anak kedua kami dan sebentar lagi akan melahirkan anak kedua kami tapi tidak masalah yang penting aku tak mengerjakan semua pekerjaan rumah dalam keadaan hamil besar.
dan tepat Hari ini tepat tanggal 30 September lahirlah kembali seorang mujahid kecil bernama Ammar Ma'ruf Ahmad. Mujahid kecil dengan berat badan hampir mendekati 4 kg dengan tubuh putih bersih seperti susu.
Padahal saat dia diUSG dokter mengatakan jenis kelaminnya adalah perempuan dan ya ternyata lahirnya seorang mujahid berwajah tampan dengan mata sipit. Lahir ditengah malam menjelang subuh membuat kedua neneknya itu kelimpungan tentu saja nenek suami dan mertuaku menemaniku sejak jam 11 malam.
Aku yang sudah merasakan sakit perut sejak sholat magrib itu dibawah kerumah nenek agar mempermudah saat aku merasakan kontraksi hebat. Ya saat masuk tengah malam tepatnya jam 12 Malam aku mulai kontraksi, aku yang memang belum makan malam tidak memiliki tenaga untuk bergerak itulah sebabnya aku diam duduk saat perutku sakit sedangkan mertua dan nenekku pusing membangunkan bidan yang kelelahan karena baru pulang tadi jam 10 Malam.
Aku yang tadinya ingin langsung dibawah kesini sejak isha terpaksa menunggu dirumah nenek karena bidan beserta keluarganya belum pulang dan orang yang biasa membantu bidan pun tidak ada. Untunglah belum pembukaan baru kontraksi biasa.
Perjuangan berat dimulai sejak jam 12 malam lewat, saat semua orang sudah terlelap aku berjuang melahirkan anak kedua ku walau tidak menjerit-jerit seperti ibu melahirkan pada umumnya tapi aku memegang kuat sandaran ranjang tempat tidur untuk menghalau rasa sakitku, mertua dan nenekku berada disampingku memberi semangat walau setengah mengantuk. Aku menyuruh mereka tidur dulu nanti saat perutku betul-betul sakit baru aku akan membangunkan mereka..
Mereka mendengarku dan pergi istirahat walau tidurnya dibelakang tempat tidur pasien.. Sedangkan mama berada disampingku untuk berjaga.
Suamiku berada dirumah menjaga sikecil umar karena anakku memang tidak dekat dengan neneknya itulah sebabnya bukan suamiku yang menemani melainkan mertuaku. Pukul 03.00 Pagi puncak sakit yang kurasakan ya itu tandanya sudah pembukaan akhir..
Aku membangunkan mama mertuaku dengan sedikit keras untuk segera memanggil bidan karena aku merasa akan segera melahirkan. Bidan datang dengan tergesa-gesa dan masih mengantuk mengecek pembukaan. Dan ia tersenyum.
"Bersiaplah melahirkan aku akan menyiapkan peralatannya!!".
"Tolong siapkan baju dan sarung untuk bayi serta sarung untuk melahirkan ibunya dan baju gantinya!!". Perintah bidan kepada nenek dan Mama sambil mempersiapkan yang lainnya.
Mama dan nenek pun menyiapkan yang diminta bidan dan membiarkan aku berjuang sambil dibantu bidan.
Hampir 20 menit berusaha dan berjuang mengeluarkannya tapi si kecil tidak mau keluar. Aku yang sudah kehabisan tenaga ditambah dengan belum makan pun lemas.. Aku sempat menyerah dan beristirahat selama 07 menit tapi kontraksi hebat pun datang ditengah tenaga ku terkuras habis.
"Mau mubiarkan mati anakmu jika kamu menyerah??.. Sekali lagi kerahkan seluruh tenagamu yang tersisa dengan mendorong sekuat tenaga agar bayi keluar karena sudah kelihatan kepalanya!!". Mendengar ucapan bidan aku pun mengerahkan seluruh tenaga tersisa yang kupunya untuk mendorong keluar si kecil.
Benar saja dia langsung tergelincir keluar dengan cepat saat aku mendorong nya dengan tenaga yang kumiliki. Tepat pukul o3. 30 pagi. Mama bergerak cepat memberikan sarung kepada bidan untuk melindungi anakku yang keluar
Sedangkan aku terkulai lemas tak bertenaga membiarkan bidan menjahit ku dan melakukan tugasnya. Setelah mengurus ku bidan menimbang dan membersihkan si kecil. Dan melakukan perawatan pertama ketika bayi lahir. Dan memberikanku inpusan karena aku tak memiliki tenaga lagi.
"Ist cantikna anakmu shofi.. Putih bersih dan mata sipit kelihatannya!!".. Ucap bidan.. Saat menimang anakku.
"liatki lubang kemaluan dan buang airnya dg Aga' sempatka tenai??"..
"Adede anak burung-burung paeng bukan perempuan seperti di USG!!".
"Mana kuliat beng". ucap mama mertuaku
" Dende anak burungmi seng inie". Ucap Mertuaku begitu melihat kelamin anakku.
Aku yang memang tak punya tenaga hanya tersenyum dan akhirnya tertidur tanpa menjawab pernyataan mamaku.