Kabar Jerri kembali terdengar sampai ketelinga Zahira,mereka pernah berteman namun harus terpisah oleh jarak dan keyakinan,kabarnya Jerri sudah mualaf saat ini.
Apa ada kemungkinan mereka bertemu lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Setiba dirumah Jerri langsung menemui Mamanya yang seharian ini mengurung diri tanpa makan,hanya ada sebotol minuman yang menemaninya.
"Kemana saja kamu?"tanya Papa
"Abis ngapel Pa."jawab Jerri
"Sudah sana hibur Mama kamu."kata Papa
Jerri masuk kedalam kamar Mama,melihatnya hanya bersandar membuat dia ingin menghiburnya,namun yang pertama dia ingin mengajaknya makan terlebih dahulu.
"Ma,sudah makan?"tanya Jerri
"Mama gak lapar."jawab Lintang
"Kita makan diluar yuk."ajak Jerri
"Mama gak mau."jawab Lintang
"Masalah Aira itu belum seberapa dari yang Mama tahu,masih banyak hal buruk yang mereka sembunyikan dari Mama."kata Jerri
Lintang bangkit dari sandaran duduknya,dia menatap kearah Jerri dengan pandangan tajam,seakan ingin menembus kedalam melihat seberapa banyak Jerri memiliki bukti menjatuhkan teman baiknya.
"Ayo kita makan."ajak Jerri
Lintang turun dari tempat tidur mengikuti langkah Jerri,namun Jerri berhenti saat membuka pintu dan mempersilahkan Lintang keluar terlebih dahulu.
Meski tidak ada nafsu makan kali ini Lintang memaksa untuk membuka mulut dan mengunyah makanan yang masuk.
"Jerri,apapun itu kamu tetap harus menikah dengan Aira."kata Mama
Papa menghentikan suapannya dan meninggalkan meja makan begitu pula dengan Martin yang memilih keluar rumah mencari makan diluar.
Hanya Jerri yang masih bertahan,meski tangannya sangat erat menggenggam kaleng minuman.Mama tidak peduli dengan yang lain,dia lebih mementingkan egonya sendiri hanya karena ingin memiliki anak perempuan.
Setelah Lintang selesai makan Jerri masuk kedalam kamarnya,merebahkan tubuh yang seharian ini merasa lelah.
****
Zahira yang sehari ini tidak masuk kerja membuat Safi khawatir dan terus menghubunginya.Zahira tersenyum saat menerima panggilannya dan harus segera menyiapkan telinganya karena suara cemprengnya.
"Ra,kamu sakit ya?"tanya Safi
"Enggak,aku baik."jawab Zahira
"Ah kirain sakit,Ra kamu tahu gak ternyata CEO baru kita masih muda,dan dia sangat tampan."kata Safi
"Masa sih?"tanya Zahira
"Iya,tadi baru dipasang fotonya gede banget diruangannya."jawab Safi
"Kamu keruangannya?"tanya Zahira
"Gak sih,cuma lewat tapi pas pintu terbuka."jawab Safi
Setelah sekian obrolan mereka mengakhirinya dengan penuh tawa dan canda,Zahira terus memandangi cincin yang disematkan oleh Jerri,meski perasaannya bahagia namun masih ada rasa mengganjal karena sebelumnya Jerri sudah bertunangan dan wanitanya sangat cantik.
****
Pertama kali menginjakkan kaki dikantor Zahira langsung diberondong pertanyaan dari Safi,kembali lagi Safi yang memiliki chanel kuat jika CEO barunya akan segera menikah.
Zahira mengeluarkan botol minum dan meneguknya,perut kosongnya minta diisi karena tadi tidak sempat sarapan,Safi yang biasa membawa kotak kue dan meletakkan diatas meja langsung dibuka dan dipilih oleh Zahira.
"Gak biasanya makan gorengan?"tanya Safi
"Lapar."jawab Zahira
Mereka sarapan meski jam kantor sudah dimulai,saat ingin kembali ketempat duduknya Zahira melihat pintu lift terbuka dia melihat Jerri dan Martin namun yang membuat darahnya mendidih masih ada gadis yang menempel pada Jerri.
Jerri berusaha melepaskan tangan Aira namun kali ini dia tidak mau melepaskan.
"Bisa gak lepaskan tanganmu?"tanya Jerri
"Jerri semalam kamu sudah cuek sama aku,hari ini aku mau menemanimu."jawab Aira
"Tidak perlu,aku sibuk hari ini bisa-bisa kamu bosan nanti."kata Jerri
"Kalau aku bosan kamu bisa mengantarku belanja."kata Aira
"Apa yang ingin kamu beli?"tanya Jerri
"Banyak,kosmetik,tas,sepatu dan."jawab Aira
"Apa kamu punya uang?"tanya Jerri
Pertanyaan Jerri membuat Aira diam seribu bahasa,pasalnya penampilan wah dengan polesan make up dan baju branded itu semua memakai uang Jerri yang dia peroleh sebelumnya,namun kini sepeserpun dia tidak punya,setelah Aira dan Ibunya menghabiskan warisan Papanya.
"Aira,aku tidak suka gadis yang suka berfoya-foya dengan memanfaatkan orang lain,meski Mama menyukaimu sepenuhnya."kata Jerri tegas
Aira masih duduk bertahan disofa meski Jerri dan Martin sibuk,dia termenung karena tidak bisa keluar,mobil baru miliknya mogok karena kehabisan energi,mau naik taxi juga tidak punya uang karena tadi pagi dia masuk mobil Jerri begitu saja.
"Martin,aku mau segelas kopi."kata Jerri
Martin memanggil Zahira untuk segera membuatkan kopi,Zahira sempat menolak karena tidak mau mengganggu Big Bos dengan teman wanitanya.
Dua cangkir kopi untuk Bos besar dan asisten sudah siap,Zahira mengantar masuk kedalam tanpa mengetuk pintu.Karena merasa kesal dia membawa kotak kue milik dan memberikan kepada Jerri hanya saja dia pindah kedalam piring kecil.
"Silahkan."kata Zahira
"Aku minta satu kenapa ada dua?"tanya Jerri
"Buat Pak Martin satu."jawab Zahira
Jerri melihat kearah Martin yang duduk disofa bersama dengan Aira,Martin sengaja tinggal diruangannya karena Aira masih disana.Jerri mempersilahkan Zahira memberikan secangkir untuk Martin dengan mengangguk kepala.
"Kamu tidak membuatkan untukku?"tanya Aira
"Maaf,anda bukan karyawan disini."jawab Zahira
"Apa?kamu berani melawanku?"tanya Zahira
"Tentu saja,kenapa harus takut."jawab Zahira
"Denger ya aku calon istrinya sementara kamu hanya karyawan."kata Aira menunjuk kearah Jerri
"Benarkah?huuu aku takut."kata Zahira
"Zahira,kembali kemeja kerjamu."kata Jerri
Zahira keluar begitu saja tanpa memandang Jerri meski Jerri terus memandangnya tadi,wajah kesalnya menambah ayu diwajahnya,setelah beberapa kali menyeruput kopinya Jerri makan puding yang dalam piring kecil.
Jerri menyandarkan tubuh dikursinya,dia berfikir bagaimana caranya mengusir Aira yang masih berada diruangannya.
"Aira,kamu punya pekerjaan?"tanya Jerri
"Tidak."jawab Aira
"Lalu kamu belanja sana sini uang darimana?"tanya Jerri
"Uang warisan Papa."jawab Aira
"Apa masih ada?"tanya Jerri
"Habis sih."jawab Aira
Jerri hanya menahan nafas dan memejamkan matanya,gadis pilihan Mama rela menghabiskan harta warisan Papanya hanya untuk belanja.
"Kenapa kamu tidak bekerja?"tanya Jerri
"Ah,nanti aku capek."jawab Aira
"Lalu kenapa kamu yakin mau menikah denganku?"tanya Jerri
"Karena aku suka sama kamu."jawab Aira
Mendengar jawaban Aira membuatnya sangat mual,dia keluar ruangan meraih ponsel dan kunci mobilnya berjalan meninggalkan ruang kerjanya namun tetap memberikan kuasa kepada Martin.
"Urus dia."kata Jerri
Jerri keluar dari ruangan,Aira yang berniat mengejarnya ditahan langsung oleh Martin,meski sempat meronta.Martin menarik tangan Aira dan membawanya keluar.
"Kamu,awas ya aku pecat nanti kamu!"kata Aira
"Huuu,aku takut!silahkan pecat aku namun sebelum itu terjadi aku akan mundur lebih dahulu."kata Martin
Aira marah besar karena dia ditarik keluar begitu saja ditempat parkir,Martin yang tahu saat ini dia tidak punya uang sepeserpun,bahkan untuk sekedar menghubungi Lintang juga tidak bisa.
"Martin!"awas kamu!"kata Aira geram
Aira berjalan keluar dari gedung perusahaan Jerri dia memanggil taxi,namun tidak ada yang berhenti.
"Lihat ada orang kaya tapi jalan kaki dia."kata anak-anak disekitaran
"Mungkin dia orang gila baru."kata yang lain