Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makin tidak tahu diri
"Bagaimana suka kan kamarnya" tanya Rayan dengan penasaran karena Laura dari tadi hanya diam saja.
"Emm suka " jawab Laura dengan singkat.
"Beneran suka ? " lagi-lagi Rayan ingin memastikan, ingin memberikan yang terbaik untuk Laura jangan sampai nanti Laura menjauhinya.
"Iya, aku mau tidur dulu udah ngantuk " Laura mendorong Rayan dengan lembut untuk keluar dari kamarnya lalu menutup pintunya.
Laura menyandarkan tubuhnya di daun pintu dan menghembuskan nafas lelah. Kapan keluarganya akan akur seperti ini hangat dan penuh kasih sayang. Laura membaringkan tubuhnya dan langsung terlelap begitu saja.
Tubuh sudah sangat lelah apalagi mentalnya juga lelah dengan sikap Ayahnya yang terus saja kasar dan tak mau mengerti dirinya. Ternyata hidup di tubuh orang lain juga sulit. Ada sedikit harapan di diri Laura untuk Ayahnya bisa berubah dan memperbaiki semuanya tapi sepertinya tak bisa.
Apakah Laura harus terus balas dendam, ya sepertinya memang itu tujuan hidupnya. Laura akan buat orang-orang yang telah menyakitinya sengsara satu persatu atau lenyap sekalipun.
...----------------...
Anya bangun dengan senyum yang begitu lebar, bahagia sekali bisa tidur ditempat tidur yang empuk dan nyaman seperti ini. Anya merenggangkan tubuhnya dan keluar dari kamar, tak lupa masih dengan senyum lebarnya.
"Kenapa kamu keluar dari kamar Laura Anya" teriak Ayahnya.
Anya tentu saja kaget, ini pertama kalinya Ayahnya berteriak padanya. Anya yang takut mundur dan memainkan ujung pakaiannya.
"Ayah sedang bertanya padamu Anya"
"Aku ingin tidur ditempat yang nyaman, dan kamar Laura adalah yang paling nyaman dirumah ini " cicit Anya takut-takut.
"Kamu tidak sopan, tak seharusnya kamu tidur dikamar Laura. Kamu harus menerima keadaan kita harus terbiasa tinggal dan tidur dirumah ini, sekarang ini adalah tempat tinggal kita jangan sekali kali kamu tidur lagi dikamar Laura " nasihat Ayahnya.
"Tapi aku suka, kenapa Ayah tak membuatkan Anya tempat tidur yang nyaman seperti itu. Anya mau Ayah, Anya tak betah tidur dikamar yang jelek itu. Badanku selalu sakit-sakit saat bangun seharusnya Ayah mengerti, seharusnya Ayah memberikan yang terbaik untuk anak-anak Ayah ini bukannya Laura saja"
"Kamu ini dinasehati baik-baik malah seperti itu Anya, Laura membelinya sendiri lalu kamu kenapa tak membelinya sendiri juga, bukannya uang sakumu dulu besar kan apakah kamu tidak menabung seperti Laura? "
"Apaan sih bawa-bawa uang sakuku dulu, pokoknya aku ingin kamarku seperti Laura. Kalau sampai malam kamarku masih belum sama seperti Laura aku akan tetap tidur dikamar Laura" teriak Anya yang sudah kesal dengan sikap Ayahnya yang menyebalkan sekarang.
"Kamu jangan banyak mau Anya, kamu itu hanya anak tiri " Damian yang tersulut emosi langsung mengungkit-ungkit masa lalu Anya.
"Mas, kamu keterlaluan ya sama anakku" Mawar yang mendengarnya tentu saja marah langsung mendorong suaminya.
"Kamu mulai berani ya sama suami Mawar"
"Kenapa, aku harus tunduk terus padamu Mas sedangkan kamu tidak memberikan nafkah padaku dengan layak. Ini benar-benar tidak layak rumah ini tidak layak aku tempati bersama anak-anakku. Seharusnya kamu memberikan yang terbaik untuk aku dan juga anak-anakku. Ini sekarang malah mengatakan Anya hanya anak tiri, memang benar tapi kamu dulu sudah menerimanya kan dan akan menganggap Anya seperti anak kamu sendiri kenapa sekarang kamu malay mengungkit ungkit semua itu Mas"
"Karena anak itu tidak tahu diri sama sepertimu Mawar. Jika kalian tidak suka tinggal di tempat ini silakan pergi aku tidak akan menahan kalian untuk tetap tinggal di sini. Aku lebih baik bertahan dengan anak-anakku yang lain aku juga tidak peduli jika kamu ingin meninggalkanku" Damian yang memang sudah sangat kesal sekali akhirnya mengatakan kata-kata itu. Membiarkan Mawar pergi.
Awalnya Damian sangat takut untuk di tinggalkan Mawar, tapi melihat Mawar yang tidak bisa diajak untuk hidup susah Damian jadi berpikir kalau Mawar bukanlah perempuan yang seharusnya dijadikan istri olehnya.
Damian begitu menyesal karena telah menyia-nyiakan Ibunya Laura. Kalau saja dulu Damian tidak tergoda oleh Mawar mungkin semuanya akan baik-baik saja. Ibunya Laura begitu baik tidak pernah menuntut apapun darinya.
"Oh jadi kamu mau usir aku Mas "
"Bukannya kamu yang mau pergi dari sini, bukan kamu yang tadi akan pergi mengancam aku. Aku hanya bisa memberikan rumah ini, aku tidak bisa memberikan uang seperti dulu lagi dan jika kamu mau pergi silahkan pergi aku tidak peduli"
"Dasar kamu itu suami yang tidak bisa aku andalkan" Mawar memukul-mukul dada Damian dengan membabi buta tidak terima suaminya tiba-tiba menyuruhnya pergi.
Damian menghempaskan tangan Mawar sampai-sampai Mawar tersungkur, Anya segera membantu Mamanya untuk bangkit kembali.
"Sudah Ma sudah, kalau kita terus bertengkar dengan Ayah kita mau tinggal di mana. Kita tidak punya tempat untuk pergi selain tinggal di sini "bisik Anya yang tidak punya pilihan kalau sampai dirinya dan juga Mamanya pergi sekolahnya akan hancur.
Anya tidak mau sampai teman-temannya melihat dirinya ada di trotoar bersama Mamanya sungguh itu akan memalukan sekali. Harga dirinya bisa hancur.
Mawar mengatur nafasnya, benar juga kata-kata dari anaknya Mawar langsung masuk ke dalam kamarnya bersama Anya, Mawar harus punya rencana.
"Kita harus ambil uang yang ada di tangan Laura "celetuk Mawar
"Bagaimana caranya Ma, aku lihat kemarin di kamarnya tidak ada uang sepeserpun dan aku juga sudah mengecek semua lemarinya tidak ada kartu ATM 1 pun. Mungkin Laura selalu membawanya"
"Ya pokoknya mau bagaimana pun caranya kita harus memiliki semua uang dari Laura. Mama yakin dulu dia selalu diberi uang sama Ayah dibelakang Mama, kita cari lagi nanti sebelum Laura pulang, jangan sampai Ayah mu itu ada dia pasti akan cerewet dan langsung mengusir kita"
"Hemm, baiklah Ma. Aku juga sudah tak betah hidup dirumah seperti ini. Aku ingin rumahku seperti dulu lagi semuanya tercukupi, aku iri dengan teman-teman ku yang selalu membeli apa yang mereka mau tanpa memikirkan berapa harganya "
"Sebentar lagi itu akan terwujud, kita ambil semua uang Laura "
"Baik Ma, aku setuju sekali jangan sampai gagal ya Ma"
"Tentu, Mama yakin ini tak akan gagal Laura tak akan tahu, setelah itu kita pergi dari sini"
Anya benar-benar tak sabar ingin melancarkan aksinya ini, pasti uang Laura banyak sekali. Dia saja bisa membeli segalanya pasti uang yang diberi Ayah lebih banyak dulu. Anya harus merebus semua itu, tak pantas Laura memegang uang banyak hanya dirinya lah yang pantas.