NovelToon NovelToon
Terjerat DUDA Mafia

Terjerat DUDA Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

Prang!!!

Seeeeettt!!

Hujan deras menyelimuti malam ketika Hawa Harper mendapati sebuah mobil mewah terguling di jalan sepi. Di balik kaca pecah, ia melihat seorang pria terluka parah dan seorang anak kecil menangis ketakutan. Dengan jantung berdebar, Hawa mendekat.

“Jangan sentuh aku!” suara pria itu serak namun tajam, meski darah mengalir di wajahnya.

“Tuan, Anda butuh bantuan! Anak Anda—dia tidak akan selamat kalau kita menunggu!” Hawa bersikeras, melawan ketakutannya.

Pria itu tertawa kecil, penuh getir. “Kau pikir aku percaya pada orang asing? Kalau kau tahu siapa aku, kau pasti lari, bukan menolong.”

Tatapan Hawa ragu, namun ia tetap berdiri di sana. “Kalau aku lari, apa itu akan menyelamatkan nyawa anak Anda? Apa Anda tega melihat dia mati di sini?”

Ancaman kematian anaknya di depan mata membuat seorang mafia berdarah dingin, tak punya pilihan. Tapi keputusan menerima bantuan Hawa membuka pintu ke bahaya yang lebih besar.

Apakah Hawa akan marah saat tahu kebenarannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 – Kejutan Liburan

Malam hari, Hawa kembali ke mansion Harrison setelah dua malam menghabiskan waktu bersama keluarganya. Saat pintu terbuka, suara langkah kaki kecil terdengar mendekat dengan cepat.

“Kak Hawa!” seru Emma sambil melompat memeluk Hawa erat-erat.

Hawa terkekeh, balas memeluk Emma dengan lembut. “Emma, Kak Hawa cuma dua hari nggak di sini. Kenapa rasanya seperti aku pergi setahun?”

Emma melepaskan pelukannya, menatap Hawa dengan pipi menggembung. “Dua hari itu lama banget! Aku nggak suka Kak Hawa pergi.”

Hawa tersenyum lembut. “Emma, Kak Hawa nggak ke mana-mana. Tapi kamu juga harus ngerti kalau Kak Hawa kadang butuh waktu buat keluarga Kak Hawa.”

Emma mengangguk cepat. “Tapi janji, kalau pergi lagi, kasih tahu aku dulu! Aku mau ikut!”

Harrison yang berdiri tidak jauh dari situ hanya tersenyum kecil mendengar percakapan mereka. Ada kehangatan yang memenuhi ruangan setiap kali Hawa dan Emma bersama.

Beberapa hari berlalu seperti biasa sampai dimana, Emma memasuki ruang kerja Harrison dengan langkah mantap. Ia memandang ayahnya yang sedang fokus pada dokumen di tangannya.

“Papa,” panggilnya manja.

Harrison mendongak. “Ada apa, sayang?”

Emma duduk di sofa dengan senyum misterius. “Papa, dua hari lagi kan Kak Hawa libur. Aku mau liburan.”

Harrison meletakkan dokumennya, menatap putrinya dengan alis terangkat. “Liburan? Memangnya Emma mau ke mana?”

Emma tersenyum lebar. “Ke Dubai! Liburan seperti keluarga bahagia.”

Harrison mengernyitkan dahi, tampak berpikir sejenak. “Emma, itu perjalanan besar. Kamu yakin Kak Hawa mau?”

Emma mengangguk tegas. “Papa nggak perlu khawatir. Kak Hawa pasti mau! Lagian ini kejutan, jangan kasih tahu dia dulu. Emma jamin Kak Hawa nggak bakal marah.”

Harrison menghela napas, tahu dirinya tidak bisa menolak permintaan putrinya. “Baiklah. Tapi Emma harus janji tidak menyusahkan Kak Hawa selama perjalanan.”

“Emma janji! Terima kasih, Papa!” seru Emma sambil melompat memeluk Harrison.

***

Hari keberangkatan tiba. Pagi itu, Emma dengan semangat mengajak Hawa keluar.

“Kak Hawa, temani aku hari ini, ya,” pintanya dengan mata berbinar-binar.

Hawa tersenyum. “Mau ke mana kita, Emma?”

“Rahasia! Kak Hawa ikut aja,” jawab Emma penuh misteri.

Begitu keluar, Hawa terkejut melihat Harrison sudah menunggu di mobil. “Tuan Harrison? Anda ikut juga?”

Harrison menatapnya sambil tersenyum tipis. “Ikut saja, Hawa. Emma yang mengatur semuanya.”

Hawa merasa ada yang aneh, tapi ia menurut. Perjalanan ke bandara terasa penuh tanda tanya, dan saat melihat pesawat pribadi Harrison, Hawa semakin bingung.

“Emma, ini kejutan macam apa?” tanyanya sambil melirik Emma.

Emma hanya tertawa kecil. “Kak Hawa sabar dong, nanti juga tahu.”

Setibanya di Dubai, Emma sangat antusias berbelanja. Ia menggandeng tangan Hawa ke berbagai butik mewah. Harrison mengikuti dari belakang, sesekali memberikan pendapat jika diminta.

“Kak Hawa, coba lihat gaun ini!” Emma menunjuk sebuah gaun berwarna merah lembut.

Hawa menggeleng. “Emma, itu terlalu mahal. Kak Hawa nggak perlu.”

Emma menarik tangan Hawa. “Tapi ini cantik banget! Papa, bilang dong Kak Hawa harus coba.”

Harrison mendekat, menatap gaun itu dengan serius. “Sepertinya memang cocok untukmu, Hawa. Cobalah.”

Hawa merasa canggung, tapi akhirnya menyerah. “Baiklah, tapi saya nggak janji akan membelinya.”

Setelah mencoba gaun itu, Emma bersorak senang. “Kak Hawa terlihat seperti putri!”

Hawa hanya tersenyum kecil, merasa pipinya memanas saat menyadari Harrison juga menatapnya tanpa berkata apa-apa.

Malam harinya, Emma mengetuk pintu kamar Hawa sambil membawa kotak besar.

“Kak Hawa, ini untuk Kak Hawa,” katanya sambil menyerahkan kotak itu.

Hawa membuka kotak itu dan terkejut melihat gaun cantik di dalamnya. “Emma, untuk apa ini?”

“Pakai aja, Kak. Aku punya kejutan lagi,” jawab Emma penuh rahasia.

Hawa akhirnya mengenakan gaun itu, merasa sedikit tidak nyaman karena terlihat begitu mewah. Emma membawanya ke restoran mewah dengan pemandangan kota Dubai yang gemerlap.

Ketika tiba di restoran, Harrison sudah menunggu di meja dengan senyuman kecil.

“Emma, apa ini?” bisik Hawa.

Emma hanya tersenyum jahil. “Dinner romantis! Aku tunggu di kamar, ya. Papa yang jagain Kak Hawa malam ini.”

Sebelum Hawa sempat protes, Emma sudah melarikan diri.

Harrison berdiri, menarik kursi untuk Hawa. “Silakan duduk.”

Hawa duduk dengan ragu. “Tuan Harrison, semua ini ide Emma?”

Harrison mengangguk. “Dia hanya ingin membuatmu merasa nyaman.”

Percakapan mereka dimulai dengan hal-hal ringan, tapi perlahan Harrison mulai bertanya tentang kehidupan pribadi Hawa.

“Bagaimana keluargamu, Hawa? Aku sering dengar kamu bicara tentang mereka, tapi jarang tahu lebih dalam.”

Hawa tersenyum kecil. “Keluargaku sederhana. Papaku sangat protektif, tapi dia juga orang yang paling mendukungku.”

Harrison menatap Hawa dengan serius. “Aku bisa melihat itu. Kamu terlihat sangat dekat dengan mereka.”

Hawa mengangguk. “Aku selalu merasa keluarga adalah rumah terbaik.”

Keheningan sesaat menyelimuti mereka. Harrison menyesap anggur di gelasnya, lalu dengan nada pelan berkata, “Kamu pernah berpikir untuk memiliki keluarga sendiri?”

Pertanyaan itu membuat jantung Hawa berdebar. “Maksud Tuan Harrison?”

“Pernikahan, anak-anak… apakah itu bagian dari rencanamu?” Harrison menatapnya dengan serius, membuat Hawa merasa sulit bernapas.

Hawa menunduk, mencoba menyembunyikan wajahnya yang memerah. “Aku… aku belum memikirkannya sejauh itu.”

Harrison tersenyum tipis, merasakan detak jantungnya sendiri yang tidak karuan. “Maaf kalau pertanyaanku terlalu pribadi. Aku hanya penasaran.”

Hawa mengangkat pandangannya, tersenyum kecil. “Tidak apa-apa. Aku juga… penasaran.”

“Penasaran?” Harrison mengangkat alis.

Hawa tersenyum, kali ini dengan sedikit keberanian. “Bagaimana anda kedepannya? Apa ada seseorang yang…”

Harrison terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan itu. “Aku tidak tahu.”

Malam semakin larut, tapi suasana di restoran terasa semakin hangat. Lampu-lampu temaram dan gemerlap kota Dubai di luar jendela menjadi saksi percakapan mendalam antara Hawa dan Harrison.

Harrison memperhatikan Hawa yang menunduk, jemarinya bermain dengan gelas yang sudah kosong. Ada sesuatu dalam dirinya yang terus mendesaknya untuk berbicara lebih jujur, namun ia menahan diri. Hawa, di sisi lain, merasa debaran jantungnya semakin tidak terkendali.

Ketika Hawa akhirnya mengangkat pandangan, mata mereka bertemu. Ada sesuatu dalam tatapan Harrison yang membuat Hawa ingin segera mengalihkan pandangan, tapi ia tidak bisa.

“Hawa,” Harrison memecah keheningan dengan suara rendah. “Ada sesuatu yang ingin kukatakan.”

Hawa mengerjap pelan, menunggu kata-kata selanjutnya. “Apa itu, Pak Harrison?”

Harrison terdiam, seolah-olah memilih kata yang tepat. “Aku tidak tahu apa yang sebenarnya kurasakan… tapi aku merasa… nyaman setiap kali aku berada di dekatmu.”

Hawa tertegun, wajahnya memanas. “Aku juga merasa nyaman, Tuan Harrison. Tapi…”

“Ya?” Harrison mendekatkan tubuhnya sedikit, tanpa sadar membiarkan jarak di antara mereka semakin kecil.

“Tapi aku tidak tahu apakah ini… benar,” jawab Hawa pelan, nyaris berbisik.

Harrison tersenyum kecil, tapi matanya menunjukkan rasa gugup. “Tidak ada yang tahu apa yang benar, Hawa. Kadang-kadang kita hanya perlu mengikuti apa yang hati kita katakan.”

Hawa merasa jantungnya berdegup begitu kencang hingga ia yakin Harrison bisa mendengarnya. Ia mencoba menenangkan diri, namun rasanya semakin sulit ketika Harrison menatapnya begitu dalam.

Malam itu, setelah mereka meninggalkan restoran, Harrison berjalan di samping Hawa menuju mobil yang sudah menunggu. Jalanan di sekitar restoran cukup sepi, hanya ada angin malam yang berhembus lembut.

Ketika mereka melewati trotoar kecil, Hawa kehilangan keseimbangan akibat salah melangkah di ujung jalan. Dengan refleks, Harrison menangkap tubuh Hawa sebelum ia jatuh.

“Ah!” seru Hawa kecil, tangannya otomatis berpegangan pada dada Harrison.

Harrison mendekap Hawa dengan kuat, memastikan ia tidak terjatuh. “Hati-hati, Hawa.”

Namun, ketika mereka sadar posisi mereka, waktu terasa berhenti. Hawa berada begitu dekat di pelukan Harrison, dengan kedua tangan pria itu memegang pinggangnya. Wajah mereka hanya terpisah beberapa sentimeter, hingga Hawa bisa merasakan napas Harrison yang hangat.

“Tuan Harrison… aku…” Hawa mencoba berbicara, tapi suaranya tercekat.

Harrison pun tampak canggung. Ia tidak bergerak, hanya menatap Hawa dengan tatapan yang sulit diartikan. Wajahnya perlahan memerah, begitu pula dengan wajah Hawa yang merona.

Beberapa detik berlalu tanpa ada yang bergerak. Hawa akhirnya mencoba melepaskan diri, tapi Harrison tidak langsung melonggarkan pegangannya.

“Aku tidak apa-apa,” kata Hawa dengan suara pelan, mencoba menenangkan diri.

“Oh… ya, tentu.” Harrison buru-buru melepas Hawa, wajahnya jelas menunjukkan rasa malu. Ia mengalihkan pandangannya, mengusap tengkuknya dengan gugup. “Maaf, aku terlalu refleks.”

Hawa tersenyum kecil, meski masih merasa dadanya berdebar hebat. “Tidak apa-apa. Terima kasih sudah membantuku.”

Mereka berdua berdiri dalam keheningan sesaat, masing-masing mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Harrison akhirnya melangkah ke depan, membuka pintu mobil untuk Hawa.

“Mari kita pulang,” katanya singkat, suaranya sedikit serak.

Bersambung.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hi semuanya, jangan lupa like dan komentarnya ya.

Terima kasih.

1
Astuti Setiorini
semoga horizon bisa mengatasi
ziear: amin kak
total 1 replies
Astuti Setiorini
konflik mulai muncul..semoga smua berjaln lancar
ziear: amin.
total 1 replies
Astuti Setiorini
kluarga horison udah merestui
beybi T.Halim
baru mampir.,sepertinya menarik.,perempuan yg kuat💪💪
ziear: terims kasih kak.
happy reading
total 1 replies
Astuti Setiorini
wah malu2 kucing emma dan papanya emma
ziear: ho oh kak, gimana kalau...
ah tunggu ya kelanjutannya.😁😍
total 1 replies
HARTINMARLIN
semoga impian mu terwujud Emma
ziear: amin ya allah.🤲
total 1 replies
Astuti Setiorini
luar biasa
ziear: Terima kasih kak dukungannya.🤗😁🙏
total 1 replies
Astuti Setiorini
semgat emma smoga rencanamu terwujud
ziear: amin ya allah.
total 1 replies
HARTINMARLIN
lanjut lagi
ziear: siap kak, tunggu ya.
🙏
total 1 replies
Astuti Setiorini
sama sama canggung
ziear: setuju, malu malu tapi...
total 1 replies
HARTINMARLIN
luar biasa
ziear: Terima kasih kak🙏
total 1 replies
HARTINMARLIN
akankah Horison akan jatuh cinta sama Hawa
ziear: Hem, kita lihat perjuangan keduanya ya kak. Bagaimana keduanya akan bersama atau tidak?

Terus baca kelanjutan kisah mereka ya kak🙏🤗
total 1 replies
ziear
terima kasih sarannya kak
Astuti Setiorini
coba hawa bisa bela diri pasti bisa melindungi diri sendr dan emma dr musuh papanya emma
HARTINMARLIN
lanjut lagi
ziear: besok ya kak kelanjutannya.
🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!