Elise, Luca dan Rein. Mereka tumbuh besar disebuah panti asuhan. Kehidupan serba terbatas dan tidak dapat melakukan apa-apa selain hanya bertahan hidup. Tapi mereka memiliki cita-cita dan juga mimpi yang besar tidak mau hanya pasrah dan hidup saja. Apalah arti hidup tanpa sebuah kebebasan dan kenyamanan? Dengan segala keterbatasannya apakah mereka mampu mewujudkannya? Masa depan yang mereka impikan? Bagaimana mereka bisa melepaskan belenggu itu? Uang adalah jawabannya.
Inilah kisah mereka. Semoga kalian mau mendengarkannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeffa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Petualangan Bab 4
Terdengar suara daun kering yang terinjak oleb sesuatu. Tak lama seekor serigala putih dengan ekor yang menjuntai panjang dan elegan. Lihat ekornya bahkan sangat elegan sekali. Layaknya bangsawan yang berjalan dengan wibawanya. Menatap mereka satu persatu lantas menunjukkan taring runcingnya siap melahap mereka dalam satu gigitan. Lupakan keanggunan dan kecantikannya. Situasi gawat ini menyeramkan. Apa yang bisa kulakukan. Tidak ada. Mana Elise hanya 5 dengan skill yang tidak ada gunanya jika dibandingkan dengan serigala putih itu. Elise yakin cakarnya seperti pisau belati terbaik yang dimiliki pandai besi di desa. Giginya mampu mengkoyak daging dalam satu kali gigitan.
"Bagaimana ini?." Elise gemetar ketakutan.
"Tenang kami akan melindungi mu Elise." Ucap Luca menenangkan.
"Auuuu." Raungnya. Terdengar aneh.
"Eh, jadi begitu." Elise dan Luca menoleh Rein yang tiba-tiba mengatakan itu.
"Baiklah. Sebentar." Ucapnya seraya membuka kantung yang disampirkan di pinggangnya dan mengeluarkan beberapa tanduk rusa dan tulang belulang dari rusa tersebut. Kemudian melemparkannya kepada serigala itu.
"Sudahkan. Minggir." Ucap Rein tanpa ampun.
"Kaing..kaing.." Elise mengerutkan kening mendengarnya sejak kapan serigala berubah menjadi anjing. Luca pun demikian. Wajah bingungnya tidak bisa disembunyikan dari wajah lugunya.
"Ya.." jawab Rein singkat. "Ayo pergi." Sambung Rein kemudian melangkah pergi. Luca masih waspada melihat serigala itu memakan tulang belulang itu dan tanduk rusanya begitupun dengan Elise hanya Rein yang melangkah dengan santai meninggalkan hewan itu. Hingga mereka tiba di pohon apel itu lagi.
"Hei Rein sebenernya apa yang terjadi?" Tanya Luca penasaran.
"Ah itu, bagaimana ya?." Ucap Rein bingung.
"Ayo jelaskan lein." Elise membujuk. Dia juga sama penasarannya seperti Luca.
"Baik. Baik. Jadi ternyata rusa itu adalah buruannya. Dan hewan itu membutuhkan nya untuk memulihkan tubuhnya atau dia akan mati. Aku juga tidak begitu paham." Jelasnya singkat.
"Lalu kenapa kamu bisa tau maksud ucapan hewan itu?" Kali ini Elise yang bertanya.
"Entah. Tiba-tiba saja. Seperti ada suara yang berbicara diotakku." Rein pun bingung menjawabnya.
"Lalu siapa hewan itu?" Luca memberondong Rein dengan banyak pertanyaan.
"Entah. Aku hanya tau spesiesnya serigala perak. Mungkin besok kita bisa bertanya. Tapi semoga saja kita tidak bertemu karena jika kita bertemu dan harus bertarung akupun tidak tahu apakah kita bisa menaklukannya." Ucap Rein santai. Elise langsung menggangukan kepala dengan cepat mendengarkan penjelasan Rein seraya menatap pohon apel yang tadi berbuah lebat kini hanya tersisa batang pohonnya saja tanpa menyisakan buahnya satupun.
"Eh Lein. Bagaimana jika kita menanam pohon apel dengan cara stek." Rein mengernyitkan keningnya bingung dengan pertanyaan absurd Elise.
"Hah!" Luca pun bingung mendengarnya.
"Iya kita pangkas dahannya dan kita tanam. Jadi kita tidak perlu kehutan ini jika halus memakan apel. Tidak pellu juga membelinya dipasar."
"Baiklah." Rein terdengar malas membahasnya lebih lanjut. Jadi lebih baik melakukannya. Dimulailah rein memangkas beberapa dahan yang lumayan besar dari pohon apel itu untuk di stek.
"Asik.." Elise berteriak kegirangan saat dahan-dahan itu dimasukan ke dalam kantong yang dibawa Rein.
...****...
Elise, Luca dan Rein. Mereka tiba di panti menjelang sore hari. Panti terlihat ramai oleh teriakan Bu Violet dan beberapa staff panti yang rusuh mencari keberadaan mereka seharian. Carla terdengar menangis saat mereka tiba di balik pohon. Sapu yang ditinggalkan Elise dibelakang panti menghilang menandakan sudah ada yang menemukannya dan mengira-ngira kemana mereka pergi seharian. Dengan tampang tidak berdosa Rein masuk dari pintu depan disusul oleh Luca dan Elise dengan wajah menunduk merasa bersalah.
"KALIAN-" ucap Carla dengan suara paraunya seraya berlarian memeluk Elise erat. Kemudian merangkul Rein dan juga Luca dalam pelukannya.
"Maafkan kami Calla. Kami hanya-" ucap Elise tersendat. Tidak pernah terbayangkan jika kehilangan kami begitu mempengaruhi Carla. Karena Elise fikir jika salah satu anak panti menghilang ya tidak akan ada yang mencari. Paling hanya melapor ke prajurit keamanan saja. Selesai.
"Kalian kemana saja seharian ini. Kami khawatir. Apakah kalian diculik? Atau terluka? Kalian tidak ada dikota. Kalian kemana saja?" Pertanyaan panjang Carla membuat Elise merasa semakin bersalah.
"Ehem, Carla. Biarkan mereka mandi dan makan dulu. Kemudian bawa mereka ke ruangan ku." Ucap tegas Bu Violet tegas. Raut wajahnya terlihat lega melihat keberadaan mereka saat ini.
"Baik. Kalau begitu ayo bergegas anak-anak." Ucap Carla seraya menghapus air matanya dan bergegas menyuruh mereka mandi dan makan.
Elise tiba di ruang makan saat jam makan malam hampir selesai. Menyisakan beberapa anak panti dan Elise yang baru masuk untuk makan malam. Carla mengawasi dari balik panci seraya memberikan mangkuk-mangkuk yang berisikan sup. Membawa Elise ke sudut ruangan yang biasa digunakannya makan bersama-sama. Diikuti oleh Carla yang memang sudah selesai dengan tugasnya yang memberikan makanan.
Elise, Rein dan Luca menjadi anak panti paling akhir yang diberinya mangkuk itu. Suasana canggung ini menyesakkan dada. Elise menyendok sup encer itu dengan enggan. Berbeda dengan Rein yang terlihat santai memakannya. Luca terlihat sama murungnya dengan Elise, merasa bersalah.
Setelah selesai makan Carla membawa mereka ke ruangan kepala panti dengan tatapan penuh kasih. Carla mengetuk pintu kepala panti dengan sopan.
"Ini Carla, Bu Violet." Terdengar jawaban dari dalam dan Carla membuka pintu itu perlahan. Mereka masuk bersamaan kedalam ruangan Bu Violet. Tidak ada yang spesial disini. Hanya ada meja kerja dan sofa usang serta beberapa rak buku kayu yang sudah tua. Cahaya remang-remang dari lilin menghiasi ruangan.
"Jadi, bisa ceritakan petualangan kalian hari ini?." Ucap Bu Violet seraya tersenyum menunggu jawaban.
"Kami mencari ini Bu." Rein yang lebih dulu menjawab seraya mengeluarkan tumpukan apel yang memenuhi setengah dari ruangan dari kantong lusuhnya. Dan juga tumpukan daging rusa serta kulit yang memenuhi seperempat ruangan lainnya dan juga tumpukan daun Turte serta beri liar. Hanya menyisakan tempat mereka berdiri. Membuat Bu Violet dan Carla terkejut.
"Dapat darimana ini semua? Apakah kalian mencuri? Kita memang miskin tapi kami tidak pernah mengajarkan kalian perbuatan tidak baik itu anak-anak." Ucapnya lembut. Tampaknya mereka lebih terkejut dengan hasil bawaan mereka hari ini daripada kantong lusuh Rein.
"Tidak Bu. Kami pergi ke hutan Murbo dan mendapatkan itu semua." Kali ini jawab Luca menjelaskan.
"Hei!! itu malah lebih berbahaya. Kalian dihukum. Tidak boleh lagi pergi kesana. Salah-salah nyawa kalian yang dalam bahaya." Ucapnya tegas.
"Tidak Bu. Kami baik-baik saja. Lihat tidak ada luka goresan sedikitpun." Kali ini Elise ikut menjelaskan. Diikuti oleh tatapan Bu Violet yang menanyakan kepada Carla kebenarannya.
"Sejauh ini tidak ada Bu. saya memperhatikan mereka sejak datang hingga disini. Bahkan saat mereka ganti baju saya sudah memeriksa seluruh tubuh mereka. Bajunya pun masih tetap bersih." Ucap Carla menjelaskan.
"Bagaimana bisa kalian melakukannya." suara Bu Violet terdengar sedikit gemetar menandakan dirinya sangat khawatir terhadap mereka.
"Itu agak panjang bu." Ucap Elise ragu.
"Tidak masalah. Mari kita dengarkan. Pertama-tama bisa singkirkan semua ini terlebih dahulu." tunjuk Bu Violet kepada semua barang yang dikeluarkan Rein tadi.
"tentu Bu." dengan sigap Rein kembali memasukan semuanya ke dalam kantong tanpa bersisa. Carla dan Bu Violet sedikit takjub dengan hal itu.
"Carla tolong siapkan teh hangat untuk mereka." Ucap Bu Violet seraya duduk dihadapan mereka. Merapikan pakaian lusuhnya diikuti oleh anggukan Carla yang kemudian melangkah pergi.
Elise menatap Luca dan Rein meminta penjelasan. Mungkin salah satu dari mereka mau menjelaskannya. Tapi Rein hanya mengangkat bahunya tidak perduli sedangkan Luca menggeleng menyuruhku menjelaskan. Elise kembali menghela nafas perlahan. Baiklah ini memang pekerjaan yang biasa dirinya kerjakan. Membuat alasan logic. Elise tersenyum memikirkan ide yang selintas tergambar difikiran kecilnya.