"Aku akan melakukan apa pun agar bisa kembali menjadi manusia normal."
Niat ingin mencari hiburan justru berakhir bencana bagi Vartan. Seekor serigala menggigit pergelangan tangannya hingga menembus nadi dan menjadikannya manusia serigala. Setiap bulan purnama dia harus berusaha keras mengendalikan dirinya agar tidak lepas kendali dan memangsa manusia. Belum lagi persaingan kubu serigalanya dengan serigala merah, membuat Vartan semakin terombang-ambing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Setelah cukup lama berada di rumah Vartan, Asif, Harya dan Tamaz pun pamit pulang. Kini hanya tinggal Mahesa sendiri yang masih berada di sana. Pria itu sengaja tetap berada di sana karena ada sesuatu yang ingin dia bicarakan dengan Vartan. Mahesa tidak mungkin mengatakannya di depan orang lain.
"Apa terjadi sesuatu? Kenapa kamu tiba-tiba datang ke sini?" tanya Vartan.
"Sebentar lagi bulan purnama, aku hanya ingin peringatkan kamu."
Tubuh Vartan membeku sejenak. Dia tidak menyangka harus melewati malam pertama kembali. Teringat bagaimana rasa sakit yang dirinya derita satu bulan yang lalu dan kini harus kembali melewatinya lagi.
"Kamu ingin memperingatkanku apa?"
"Tentu saja untuk lebih berhati-hati dan ingat saat bulan purnama tiba jangan berada di sekitar manusia. Menjauhlah! Kalau perlu pergi ke hutan, tempat orang-orang seperti kita berada di sana."
"Memangnya kenapa kalau aku ada di sekitar manusia? Aku juga berasal dari mereka."
"Kamu tentu masih ingat dengan manusia yang menjadi korban satu bulan yang lalu. Itu juga akan dialami keluargamu jika kamu ada di sekitar mereka. Meskipun kamu mengenal manusia itu, tapi saat bulan purnama tiba, kamu tidak akan bisa mengendalikan diri. Aku yang sudah bertahun-tahun menjadi manusia serigala saja masih belum bisa mengendalikan diri, apalagi kamu yang baru satu bulan."
Vartan merinding, dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada orang-orang di sekitarnya nanti jika dia tidak lebih berhati-hati.
"Kapan aku bisa menjadi manusia biasa dan bisa menentukan jalan hidupku sendiri, tanpa harus memikirkan kesejahteraan bangsa serigala," gumam Vartan.
Mahesa sendiri tidak bisa berkomentar apa-apa. Jujur dirinya pun juga lelah dengan keadaan dirinya yang saat ini. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Ini adalah takdir yang harus dijalaninya.
***
Seharian ini Vartan menghabiskan banyak waktu dengan teman-temannya, sampai-sampai dia lupa jika malam ini adalah malam bulan purnama. Hingga terdengar suara longlongan serigala, membuat Vartan tersadar dan teringat dengan pesan Mahesa kemarin untuk menjauhi manusia.
"Sial! Gue benar-benar lupa kalau malam ini malam bulan purnama. Bagaimanapun caranya gue harus pergi sekarang. Gue nggak boleh terlambat," gumam Vartan dalam hati.
"Kok tiba-tiba gue merinding ya! Gue juga dengar suara serigala lagi," ujar Asif yang tidak mendapat tanggapan dari teman-temannya.
Harya dan Tamaz pun juga merasakan hal yang sama, hanya saja keduanya memilih diam dan tidak mengatakan apa pun. Entah kenapa mereka merasakan ada aura yang berbeda malam ini. Padahal sebelumnya mereka juga sering mendengar suara serigala seperti ini, tetapi entah kenapa sekarang rasanya begitu dekat berada di sekitar mereka.
"Gue pulang dulu ya! Gue lupa kalau ada urusan di rumah," ucap Vartan yang kemudian berdiri lebih dulu. Sesekali dia menggertakkan giginya untuk menahan gejolak yang ada dalam tubuhnya.
"Kenapa buru-buru? Ini juga belum terlalu larut," ujar Thomas namun Vartan sama sekali tidak peduli. Dia membereskan barang-barang miliknya dan segera beranjak dari sana tanpa mengatakan apa pun lagi.
Ketiga temannya pun saling pandang. Mereka merasa aneh dengan tingkah Vartan. Tidak biasanya temannya itu pulang lebih dulu. Biasanya dialah yang paling akhir dan paling rajin membersihkan tempat yang mereka gunakan untuk berkumpul.
"Apa jangan-jangan dia ada janji dengan Alexa? Vartan banyak berubah semenjak kenal dengan wanita itu," ujar Asif membuat Tamaz dan Harya memandang ke arahnya.
Dalam hati keduanya mengiyakan, tapi tidak berani mengatakan apa pun, takut menimbulkan kesalahpahaman nantinya. mereka tidak mau aku melakukan kesalahan yang sama, siapa tahu Vartan memang punya urusan yang mendesak.
***
Sementara itu, Vartan mengemudikan motornya dengan kecepatan tinggi menuju hutan. Saat di pertengahan jalan tubuh pemuda itu terasa kaku. Dia ingat di saat seperti ini bulu-bulu di tubuhnya akan mulai tumbuh dan dirinya tidak mungkin berhenti di sini.
Meskipun Vartan harus menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya, dia harus tetap sampai di hutan sebelum seluruh tubuhnya benar-benar menjadi serigala. Suara serigala mengaung semakin terdengar di sana-sini, semakin membuat suasana terasa mencekam.
Sampai akhirnya Vartan pun sampai di tengah-tengah hutan. Di sana sudah ada beberapa serigala. Tampak juga Mahesa yang sudah mulai berubah sedikit demi sedikit.
Vartan yang memang belum terbiasa dengan keadaan seperti ini hanya bisa meringkuk di atas rumput. Seluruh tubuhnya terasa kaku, jantungnya juga berdebar begitu cepat. Dia berusaha untuk mengendalikan dirinya. Beberapa hari yang lalu dia pernah ikut pelatihan pengendalian diri yang pernah disebutkan oleh Mahesa. Namun, penguasaannya yang masih belum sempurna.
Vartan pun berteriak sekeras mungkin, hingga burung-burung yang ada di atas pohon pun beterbangan karena terkejut dengan suara yang dikeluarkan olehnya. Bulan purnama sudah bulat sempurna, Vartan pun sudah berubah menjadi serigala. Dia pergi mencari mangsa di hutan karena tidak mau kejadian satu bulan yang lalu terjadi lagi, di mana dirinya harus memangsa manusia.
Para manusia serigala berlomba-lomba untuk mendapatkan mangsa malam ini. Apa pun yang terlihat di depan mereka langsung memangsanya begitu saja tanpa banyak berpikir.
Keesokan paginya Vartan terbangun dari tidurnya, dia terkejut karena saat ini dirinya berada di tengah-tengah hutan. Pemuda itu mencoba untuk mengingat apa yang terjadi semalam. Setelah beberapa saat barulah Vartan sadar jika semalam adalah malam bulan purnama.
Dia melihat sekeliling dan idak ada siapa pun di sampingnya, pasti semuanya sudah pulang ke tempat masing-masing. Vartan menghela napas lega karena bisa melewati malam bulan purnama dengan baik, tanpa harus menyakiti manusia.
Tiba-tiba telinga Vartan terasa sakit yang begitu menusuk. Dia ingat jika itu adalah pertanda dirinya dipanggil oleh raja serigala. Rasanya begitu malas untuk pergi ke sana, pasti ujung-ujungnya akan membahas soal pernikahan dirinya dengan Alexa. Akan tetapi, jika dia tidak datang maka telinganya akan terasa sakit terus menerus. Belum lagi teror dari beberapa manusia serigala yang akan mencarinya untuk segera menghadapi raja serigala.
"Apa kamu tidak mendengar raja serigala memanggilmu. Cepat pergilah! Telingaku sudah sangat sakit," ucap seorang pria. Saat Vartan menoleh ternyata Mahesa ada di sana.
"Kenapa kamu selalu ikut campur urusanku?"
"Aku tidak akan ikut campur urusanmu jika kamu tidak membuat aku juga merasakan apa yang kamu rasakan."
"Kenapa bisa begitu? Raja 'kan memanggilku, kenapa kamu juga sakit?"
"Tanyakan saja sendiri kepada raja. Cepat pergi! Aku masih ada urusan." Mahesa pun pergi dari sana, sementara Vartan mendengus kesal karena Mahesa selalu saja seperti itu.