Pertemuan tanpa sengaja, membawa keduanya dalam sebuah misi rahasia.
Penyelidikan panjang, menyingkap tabir rahasia komplotan pengedar obat terlarang, bukan itu saja, karena mereka pun dijebak menggunakan barang haram tersebut.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Akankah, Kapten Danesh benar-benar menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#32. Laksanakan!•
#32
100%
“Yess,” seru pria itu, ia segera mencabut perangkat USB kemudian berjalan senormal mungkin menuju pintu keluar, beberapa tahun bekerja ia bekerja di tempat tersebut. Jadi ia sudah sangat hafal dengan seluk beluk ruangan didalam gedung tersebut.
Ia menyelinap ke toilet, ketika lampu emergency menyala dimana-mana, seorang petugas cleaning service yang tengah bekerja ia pukul tengkuknya hingga pingsan. Sebelum menyembunyikan tubuh pria tersebut di lemari perkakas, ia melepas seragam pria tersebut, untuk menyelamatkan diri.
Gerakannya begitu lincah dan cepat, hingga ketika beberapa pengawal Baldi mendatangi Toilet untuk memeriksa setiap bilik, ia sudah pura-pura bekerja membersihkan wastafel agar tak di curigai.
Pria itu bernafas lega, ketika pengawal tak mencurigainya, ia mengusap USB yang masih berada di saku celananya.
Setelah para pengawal pergi ia mengeluarkan ponselnya guna mengirimkan pesan.
Situasi memang belum sepenuhnya aman, tapi pria itu memberanikan diri keluar, tak lupa ia membawa peralatan bersih-bersih, agar pelariannya tak menemui hambatan.
Walau terkesan seperti main kucing-kucingan, tapi pria itu patut bersyukur karena aksinya berhasil, ia segera bergerak ke lokasi selanjutnya.
Berhasil lolos dari kejaran pengawal, pria itu pun memacu kencang mobilnya, ke tujuan berikutnya, waktu tak banyak tersisa karena sebentar lagi, anak buah Baldi pasti menemukannya.
Sementara itu di gedung pusat, alarm masih terus berbunyi, kode keamanan tingkat tinggi berhasil di jebol, maka penanggung jawabnya berada dalam masalah besar.
“Dia berhasil lolos, Tuan.”
Dan
Plak!
Plak!
Baldi melampiaskan amarahnya dengan memukuli kedua pengawal utama, “Kejar sampai dapat, sia^lan!!!” perintahnya berapi-api, “jika sampai sore ini tak ditemukan, kalian berdua dalam masalah besar,” ancam Baldi, dengan gurat emosi di wajahnya.
Karena ia sudah pernah diperingatkan akan hal ini, maka kemungkinan besar ia juga dalam masalah, apalagi jika sampai data-data organisasi itu jatuh ke tangan polisi.
Pintu ruangan Baldi terbuka, asistennya datang membawa sebuah tablet yang berisi video pelarian orang yang sedang mereka kejar.
“Dia orangnya, Tuan.”
“Siapa Dia?”
“Namanya Fadly Anggara, resign beberapa bulan yang lalu, karena menolak menjebol data kepolisian negara. Menurut data yang terekam di control pengaman pintu, dia masuk menggunakan ID card curian, dan lolos dengan menyamar sebagai Office Boy.”
“Temukan Dia sampai dapat,” perintah Baldi dengan suara datar, namun sarat akan kemarahan.
Pria itu pun berbalik pergi, bergabung dengan para pengawal lain mengejar kepergian Fadly. “Apakah masih bisa dilacak?” tanya pria itu.
“Masih, Tuan, chip nya bergerak ke arah Utara.” Salah seorang Hacker memantau pergerakan Fadly melalui ID card yang ada padanya.
Fadly tak tahu bahwa selepas ia resign, ID card telah di perbarui dengan teknologi terkini, termasuk diantaranya diberi chip untuk melacak keberadaan pegawai yang bekerja untuk organisasi Mr. X.
Dan tanpa ia ketahui, Fadly justru membawa para pengawal Baldi kearahnya, karena ia lupa membuang ID card curian tersebut.
Mobil terus ia pacu dengan kencang, nyaris tak ada kesempatan untuk sekedar menoleh kebelakang.
Fadly menghentikan mobil di pelataran fakultas tempat ia menimba ilmu, sekaligus awal mula benih-benih cintanya bersemi. Kenangan itu terlalu manis untuk dihapus, namun kembali seperti semula pun jauh dari harapan.
Fadly berlari kecil mendatangi tempat yang dulu sering ia dan Rara gunakan untuk berdiskusi, di belakang fakultas ada taman beberapa Mahasiswa menggunakan taman tersebut untuk belajar selain bersenda gurau ketika ada jeda waktu perkuliahan.
Fadly meletakkan USB di sebuah batang pohon, pohon besar itu cukup unik, ia mempunyai rongga cukup dalam di batangnya, dulu, Rara selalu meletakkan snack di tempat itu, jika kebetulan jadwal mata kuliah mereka berbeda. Jadi sambil menunggu jadwal kelas Rara Usai, Fadly bisa memakan snack yang Rara tinggalkan tersebut.
Misi selesai, Fadly berbalik arah, sengaja ia mengambil jalan berbeda dari jalan yang ia ambil ketika datang, dan benar saja, dari kejauhan ia melihat 3 buah mobil berhenti tepat di sekitar mobilnya.
“Berpencar!! Pastikan kalian bawa dia hidup-hidup!!”
Para pengawal tersebut berpencar ke setiap sudut fakultas, demi menemukan keberadaan Fadly.
Keadaan yang tak menguntungkan membuat Fadly berlalu pergi melalui gerbang belakang. Kedua tangannya dengan lincah mengutak atik ponsel, sebelum akhirnya ia melempar jauh-jauh benda pipih berlogo buah apel tersebut.
“Selamat tinggal, Ra. Anggap ini sebagai penebusan dosa-dosaku.” Kedua matanya meneteskan air mata kala Fadly berucap dengan suara lirih, tak lama kembali ia berlari kencang, untuk menyelamatkan diri.
•••
Rara sedang berada di Kantor polisi ketika sore itu sebuah pesan masuk ke ponselnya.
Pesan itu hanya berisi 2 buah gambar, Gambar USB dan Gambar lokasi keberadaan benda tersebut.
Karena tak paham dan tak mengenal siapa pengirimnya, Rara pun mengabaikan pesan tersebut. Ia kembali fokus pada pekerjaannya. Beberapa hari beristirahat, kini ia telah kembali siap untuk mencari cara menjebol server jaringan organisasi Mr. X.
“Ra … sudah berapa lama kamu tidak tidur?” cetus Bastian.
“Dua hari,” jawab Rara acuh.
“Rajin sekali,”
“Aku rela tidak tidur seminggu bila perlu, asal data-data sia^lan itu kembali ke tanganku,” gumam Rara yang membuat Bastian nyengir.
“Apa Kamu lihat Marco?” tanya Bastian.
“Sepertinya tadi ikut Kapten menginterogasi tersangka.”
Bastian mengangguk kemudian berlalu pergi dari ruangan tersebut, ia melewati beberapa meja yang kosong, karena petugas di meja tersebut, sedang berpencar menyelidiki kasus orang hilang.
Dan sore ini memang ruangan cukup lengang, seiring dengan terus bertambahnya kasus kejahatan.
Telepon berdering di meja operator, Bastian menoleh ke segala penjuru arah, karena disana tak ada petugas yang berjaga maka ia berinisiatif mengangkat panggilan tersebut.
“Kepolisian, selamat sore.”
“ … “
“Hmm, dimana alamatnya?” tanya Bastian, ia mencari-cari kertas dan pulpen, guna mencatat laporan tersebut.
“ … “
“Hmm, baiklah, kami ke sana sekarang.”
Setelah meletakkan gagang telepon, Bastian kembali keruangan guna mengambil kunci mobil. “Ra, ikut aku.”
“Kemana?” tanya Rara, tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputernya.
“Ada penemuan jas^ad.”
“Hmm, sebentar,” jawab Rara, ia kembali menunda pekerjaannya, karena ada kasus yang mengharuskan mereka datang ke lokasi.
Sementara menunggu Rara bersiap, Bastian menghubungi petugas medis dan forensik agar datang ke lokasi penemuan jasad.
Kedua polisi muda itu pun bergerak menuju lokasi, kerumunan orang sudah berkumpul, sementara jasad korban yang masih berada di lokasi, mereka tutup dengan kain seadanya.
Petugas medis, serta tim dari forensik tiba bersama dengan kedatangan Bastian dan Rara, mereka membawa tandu untuk mengangkat jas^ad korban.
Lokasi penemuan jas^ad, sudah di pagar betis oleh beberapa warga, agar tak ada orang asing selain petugas yang datang mendekat.
“Selamat sore, Kami dari kepolisian,” sapa Bastian seraya menunjukkan lencana identitasnya.
“Silahkan, Pak, kami menemukan korban sudah tergeletak, bersimbah dar^ah.”
“Anda?”
“Kami petugas keamanan di kampus ini, dan kami berdua hendak bertukar shift jaga dengan petugas yang berjaga sejak pagi tadi.”
Bastian dan Rara melangkah semakin dekat, kemudian ia membuka kain penutup, yang menutupi area wajah korban.
Brug!
Tiba-tiba Rara terduduk lemas di tempatnya dengan tubuh gemetar, air matanya luruh begitu saja tanpa ia sadari.
•••
Ditempat berbeda.
Seorang pria membuka pesan yang masuk ke ponselnya, tak ada tulisan, hanya kode berupa warna merah.
“Laksanakan!”
Pria itu membalas pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.
Dan …
DOR!
DOR!