NovelToon NovelToon
Waiting For You 2

Waiting For You 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Keluarga
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Uppa24

novel ini adlaah adaptasi dari kelanjutan novel waiting for you 1

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uppa24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

elena el bara!!

30 Menit Kemudian

Tirai perjamuan yang ramai mulai terasa membosankan bagi Alvio, anak berusia tiga tahun itu merasa sesak dengan segala kegemerlapan di sekitarnya. Dalam kejenuhannya, ia berbisik pada asisten setia keluarganya, Pak Jen, yang tampaknya tengah memperhatikan sambutan para tamu.

"Tuan muda, apa Anda ingin ikut dengan saya dan meninggalkan Tuan Besar sendirian?" bisik Pak Jen dengan hati-hati.

Alvio memutar bola mata, mencari alasan untuk lari dari kerumunan yang terasa semakin padat. Dengan anggukan kecil dan senyum nakal, ia berbisik kembali kepada kakeknya yang tengah berbincang dengan beberapa anggota keluarga lainnya.

"Kakek, aku ingin ikut dengan Pak Tua," ujar Alvio pelan.

"Baiklah," jawab Tuan Besar, sambil menurunkan cucunya dengan lembut dari pelukannya. Mata tuanya penuh dengan cinta dan kedalaman, meski tidak bisa disembunyikan rasa bahagianya melihat sang cucu yang begitu aktif dan penuh rasa ingin tahu.

...~||~...

Tak lama setelah itu, mobil-mobil beriringan datang melewati gerbang besar menuju perjamuan yang penuh dengan kehormatan. Ketika kedatangan mobil terakhir terlihat dari kejauhan, Alvio berbicara dengan nada ceria, matanya bersinar di bawah langit malam yang dipenuhi bintang.

"Paman, sepertinya ibuku sudah datang. Apakah kau tidak berniat menyambutnya?" ujar Alvio yang merasa senang karena akhirnya ibunya akan tiba.

Pak Jen yang senang dengan tingkah lucu Alvio hanya tersenyum dan menjawab, "Jika kita menunggu di sini saja, tuan muda. Lagi pula, Nyonya Elena adalah tokoh utama hari ini, jadi biarkan ia memukau."

"Mengerti juga ya, paman," sahut Alvio seraya tersenyum penuh kebahagiaan, menyadari peran besar ibunya pada malam itu.

Di depan gerbang, iring-iringan mobil berhenti dengan anggun. Begitu pintu mobil dibuka, semua mata yang hadir beralih tertuju pada seorang wanita yang tampak penuh pesona—Elena El Bara. Langkahnya begitu elegan, mencuri perhatian semua yang ada di sana. Namun, perbincangan singkat dari salah seorang tamu di perjamuan menyadarkan bahwa Elena lebih dari sekadar kecantikan.

"Selamat datang, Kepala Keluarga Elena El Bara," ucap salah seorang kepala keluarga dengan senyum lebar, mengulurkan tangan untuk menyambutnya.

Elena hanya mengangguk ringan dengan kepala tertunduk sedikit, senyum bijaknya muncul seiring dengan langkahnya yang tenang sambil menggandeng tangan kepala keluarga peringkat kedua.

Di sisi lain, di dalam ruangan VIP, berbagai bisikan memuji kecantikan dan aura dari sang kepala keluarga El Bara yang memang tampak tak pernah pudar. Beberapa istri kepala keluarga lainnya berbisik.

"Betapa cantiknya dia, tak mengherankan kalau ia memiliki putra yang begitu imut," ucap salah seorang istri, tanpa bisa menahan rasa kekagumannya.

"Satu-satunya anak, apakah dia benar-benar ibu satu anak?" ujar istri peringkat ketiga sambil tersenyum ringan, mengagumi setiap detail tentang Elena.

Sementara itu, seorang pria tampak tergantung pada pikirannya. Aisya, putri dari Kepala Keluarga Hermawan, mengerti bahwa perannya untuk memperkenalkan diri telah datang. Papanya memberinya isyarat.

"Aisya, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan," ujar Papa Aisya dengan tatapan penuh makna.

Aisya, dengan sigap, mengangguk dan melanjutkan peranannya. Waktu terus berjalan, dan suasana semakin meriah seiring dengan kedatangan perwakilan lainnya.

Saat di dalam ruang VIP, Elena baru saja diperkenalkan pada semua kepala keluarga yang hadir. Sang ayah mempelawa semua untuk menyambut kedatangannya, sambil memperkenalkan Elena kepada mereka, "Ini Elena El Bara, penerus kami, ibu dari Alvio El Bara."

Satu per satu, tangan mereka dijabat Elena, sampai ia sampai pada perkenalan yang paling mengejutkan.

"Oh, kenalkan, dia yang di pojokan itu adalah penerusku, Aidan Bastoro..." kata Tuan Alend Bastoro dengan sedikit ragu, lalu melanjutkan, "Maafkan sikap putraku, Nona Elena."

Tentu saja, perhatian Alvio yang ikut bersama ibunya tertuju pada sosok yang berada di pojok. Ada sesaat rasa bingung dalam dirinya, merasa ada sesuatu yang sangat familiar dari sosok Aidan, meskipun ia hanya memandangnya sepintas. Aidan sendiri, bagai memberi isyarat bahwa ia tidak berniat terlibat dalam hal ini, hanya duduk diam, seolah menandakan ketidakpedulian.

Pahitnya perasaan tak bisa ditampik. Sementara seluruh ruangan terjebak dalam sambutan dan percakapan bisnis, Elena mulai memeriksa keadaan. "Pa... dimana putraku? Aku tidak melihatnya," ucapnya pelan pada ayahnya, khawatir.

"Oh, Vio, dia sedang di luar bersama Pak Jen. Anak yang sangat aktif, jadi biarkan saja dia bermain," jawab sang ayah dengan tenang, meski Elena merasa terkejut dengan penanganan anaknya yang terkesan terlalu ringan di usia sekecil itu.

Namun, sebelum ia dapat berlanjut, tiba-tiba sang ayah mengalihkan topik pembicaraan dengan kegembiraan.

"Baiklah, kalian semua berkumpul di sini, jadi izinkan saya mengumumkan calon menantu dari keluarga El Bara," ucap sang ayah penuh percaya diri.

Dengan sedikit gerakan lembut, ia mengangkat gelas dan berkata, "Bagas Hermawan, calon penerus keluarga Hermawan, dan juga tunangan putriku, Elena El Bara," katanya, mempersilakan Bagas berdiri. Keheningan sejenak menyelimuti.

Setelah pengumuman, suasana tampaknya sedikit mereda, meskipun banyak kepala keluarga mengangguk tanda setuju. Tak lama setelah itu, sang ayah melanjutkan pembicaraannya dengan penuh wibawa.

Di luar perjamuan, Alvio sudah mulai merasa bosan. Ia meraih tangan Pak Jen dan berjalan ke arah taman yang lebih tenang. Namun, kesulitan Pak Jen yang terbiasa dengan kekacauan di dalam membuatnya sedikit lengah. Tanpa sadar, Alvio berjalan lebih jauh ke taman bunga yang terpencil, melupakan perasaan kesal sebelumnya.

Di taman itu, sejenak ia berhadapan dengan seorang wanita paruh baya yang duduk sendiri, tampak termenung dan jauh dari keramaian. Tanpa ragu, Alvio menghampirinya.

"Nenek, apa yang kau lakukan sendirian?" tanya Alvio, mata anak itu penuh keingintahuan.

Wanita itu yang menatapnya dengan lembut menggelengkan kepalanya. “Aidan, kenapa kau menjadi kecil lagi?” katanya, matanya seketika basah. Ia memanggil Alvio dengan sebutan yang tentu saja membuat Alvio sedikit kebingungan.

“Bukan, nenek, aku bukan Aidan yang kau cari.” Alvio pun dengan lembut mengusap air mata wanita itu dan tersenyum, "Namaku Alvio El Bara Sebastoro."

Wanita itu menatapnya dengan lebih cermat. Rasa penasaran membuatnya bertanya lebih lanjut. “Aidan, apakah itu putramu, nenek?” tanyanya penuh rasa ingin tahu.

“Mungkin saja,” jawab wanita itu dengan senyum, namun matanya tidak bisa disembunyikan dari kegetiran. “Ia putraku, namun sudah lama ia tak datang untuk menjengukku,” lanjutnya.

“Nama putramu, nenek? Aku ingin tahu siapa dia...,” Alvio berkata dengan serius.

Namun, sebelum percakapan lebih lanjut terjadi, Pak Jen datang mengkhawatirkan.

“Tuan muda, syukurlah Anda di sini,” Pak Jen mengucapkan kata-kata penuh rasa cemas.

Alvio menyadari itu, lalu menatap wanita itu sekali lagi. “Pamit dulu, nenek, dan terima kasih atas ceritanya. Tapi rahasia kita tetap aman, yah?”

Wanita itu mengangguk sambil tersenyum, seolah tahu bahwa ini adalah janji yang sangat berarti.

Setelah berpisah dari wanita itu, Alvio meraih tangan Pak Jen dan kembali menuju perjamuan. Matanya kembali bersinar, penuh rasa ingin tahu. “Aku sudah tidak sabar lagi melihat ibuku yang sangat cantik," ucapnya ceria.

Dengan langkah mantap, mereka meninggalkan taman bunga, sementara malam terus bergulir, penuh dengan janji dan rahasia yang masih terpendam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!