Aruni sudah sangat pasrah dengan hidupnya, berpikir dia tak akan memiliki masa depan lagi jadi terus bertahan di kehidupan yang menyakitkan.
"Dasar wanita bodoh, tidak berguna! mati saja kamu!" makian kejam itu bahkan keluar langsung dari mulut suami Aruni, diiringi oleh pukulan yang tak mampu Aruni hindari.
Padahal selama 20 tahun pernikahan mereka Arunilah sang tulang punggung keluarga. Tapi untuk apa bercerai? Aruni merasa dia sudah terlalu tua, usianya 45 tahun. Jadi daripada pergi lebih baik dia jalani saja hidup ini.
Sampai suatu ketika pertemuannya dengan seseorang dari masa lalu seperti menawarkan angin surga.
"Aku akan membantu mu untuk terlepas dari suamimu. Tapi setelah itu menikahlah denganku." Gionino.
"Maaf Gio, aku tidak bisa. Daripada menikah lagi, bukankah kematian lebih baik?" jawab Runi yang sudah begitu trauma.
"Kamu juga butuh seseorang untuk menguburkan mu Runi, ku pastikan kamu akan meninggal dalam keadaan yang baik."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LFTL Bab 8 - Ikan Bakar
Dengan penuh semangat Aruni mulai membuka kantong plastik tersebut, di dalamnya ada 4 kotak makanan. Ada ayam goreng, ikan gurame bakar, sambal, nasi, lalapan dan juga sebungkus sayur asem.
"Duduklah, ibu akan pindahkan ke piring. Kenapa kamu tidak makan duluan?"
"Aku menunggu ibu."
"Papamu dimana?"
"Tidak tahu."
"Kalau begitu sebagian kita simpan untuk papa, ya?"
"Tidak usah, kita makan saja berdua," balas Adrian yang kini telah duduk di kursi meja makan tersebut. Kata tuan Gio dia hanya boleh makan ini bersama sang ibu, tidak dengan ayahnya.
Jadi untuk apa menyisahkan sebagian untuk pria itu. Adrian juga ingin ibunya sedikit saja egois, tidak perlu memikirkan sang ayah lagi.
Tidak, rasanya Adrian bahkan begitu enggan untuk menyebut Hendra sebagai papa.
"Adrian, mana boleh seperti itu. Kita simpan sedikit untuk papa, ya?" tawar Aruni lagi, namun dia tak benar-benar butuh izin sang anak. Dia hanya ingin mengatakan niatnya pada Adrian. Setuju atau tidak sang anak nyatanya Aruni tetap menyisihkan sebagian makanan untuk suaminya.
"Ayam dan ikannya ada banyak, bisa untuk sarapan kamu besok," ucap Aruni lagi, yang sibuk sendiri untuk menyimpan. Dia bahkan mengambil wadah makanan lagi.
Bagi Aruni, semua makanan ini bisa digunakan untuk tiga hari.
Padahal Adrian inginnya mereka habiskan saja semuanya sekarang.
"Bu, ayo makan dulu," ajak Adrian, lelah sendiri melihat ibunya yang selalu sibuk seperti itu.
"Makanlah lebih dulu, ibu akan menyimpan sebagiannya."
"Bu," panggil Adrian, satu kata yang akhirnya berhasil membuat Aruni terdiam dari semua pergerakannya, lalu menatap ke arah sang anak.
"Ayo makan dulu," ajak Adrian dengan nada memohon. Jika sudah seperti ini Aruni akhirnya menurut.
Aruni menarik salah satu kursi dan ikut duduk.
Adrian meletakkan satu porsi nasi di piring sang ibu.
"Ini terlalu banyak untuk ibu Adrian, ibu akan makan setengahnya."
"Bu, makanan ini adalah milikku. Aku yang mendapatkannya, jadi tidak perlu menyisahkan untuk papa atau disimpan. Kita habiskan saja semuanya sekarang. Aku tidak ingin menahan-nahan," jelas Adrian.
Dadda Aruni mendadak sesak saat mendengar hal tersebut, bukannya tersinggung atau marah, namun justru kasihan pada nasib sang anak. Selama ini Adrian jelas menahan-nahan keinginannya, makan belum kenyang tapi harus berhenti karena nasi tinggal sedikit.
Setelah bicara panjang lebar pada sang ibu, Adrian juga langsung menyantap makanan yang tersaji di atas meja. Dia makan dengan lahap sekali karena ini adalah makanan mewah bagi mereka.
Aruni ingin menangis rasanya melihat betapa lahapnya Adrian makan sekarang.
Akhirnya Aruni mengeluarkan ayam goreng dan ikan bakar yang sudah dia masukkan ke dalam wadah, Aruni tidak jadi menyimpannya untuk besok namun di hidangkan di hadapan sang anak.
Setelahnya Aruni juga ikut makan, biasanya dia akan mandi dulu dan makan di paling akhir. Tapi sekarang akhirnya dia makan bersama sang anak.
"Jangan hanya ambil sayur, ibu suka ikan bakar kan. Habiskan semua ini untuk ibu," ucap Adrian.
Aruni tersenyum dengan dadda yang terasa sesak, dia tak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya. Sebab jika dia buka suara mungkin suaranya akan terdengar gemetar.
Makan malam mereka kali ini sangat enak, Aruni juga makan banyak sekali. Adrian sengaja memakan semua ayan goreng dan ikan, dia hanya menyisahkan sang ayah sayur asemnya saja.
Gio masih ingat jelas jika Aruni sangat suka ikan bakar, jadi salah satu menu itulah yang diberinya pada Adrian untuk di bawa pulang.
cerita ortunya d novel mana
do'akan saja pak mereka bisa bersatu dan bahagia.. entah lah org tua Gio masih ada atau ga ya??? sebab sekarang kan sdh 45 tahu.. waktu temen2nya masih baru2 nikah kek nya masih ada sih ya kak???
menjadi pembeda dari sekian banyaknya cerita yang ada
suka sekali dengan lika liku alur ceritanya
very nice to read 👍
wes pokoke Iki Jan kisah nyata jaman aku cilik, bedanya bapak sayang anak, gak bejat kek Bapake Adrian.
Lunoxs 💋💋💋💋💋
aku nek pas lagi jalan trus beli makanan selalu tak bungkus, sebab nek wes nyampe di rumah iso tak tambahin nasi lagi biar bisa wareg di makan bersama anak² 🤣🤣
Semangat ya Gio untuk mendapatkan hati Aruni lagi😊