Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Bertemu • Revisi
"Oke Neng."
Begitu mendengar perkataan Juwita, sang supir segera mengendarai mobil menuju mall yang berada tak jauh dari perusahaan Lara Crop.
Sesampainya di sana, tepatnya pelataran mall, Chester melompat-lompat kegirangan, melihat bangunan tinggi menjulang di depan matanya saat ini. Bocah menggemaskan itu tampak terkesima karena untuk pertama kalinya pergi ke pusat perbelanjaan di Jakarta.
"Ma, besal sekali!" seru Chester sambil mengedarkan pandangan di sekitar.
Juwita tersenyum getir. Dia merasa gagal menjadi ibu yang bertanggung jawab karena baru sekarang bisa membawa Chester ke mall. Selama ini Juwita menghemat uang untuk bertahan hidup. Dan sekarang dia sudah bekerja di perusahaan yang penghasilannya besar. Jadi, dia ingin merayakan kebahagiannya itu bersama Chester. Terlebih uang pekerjaan sampingannya baru saja sudah ditransfer oleh sang pembeli tadi.
"Ayo kita masuk ya, Chester boleh pilih-pilih apa saja yang Chester mau." Juwita menggandeng tangan Chester kemudian menuntunnya masuk ke area mall.
Chester mendongak, mata mungil itu tampak berkedip-kedip. "Benalan Ma?"
Juwita mengangguk cepat. "Iya hari ini Chester boleh pilih sepuasnya, kita beli baju, celana, sepatu sama buku."
Mendengar kata buku, wajah Chester langsung berseri-seri. Bocah itu melompat-lompat kegirangan.
"Asik! Chestel boleh beli mainan mobil-mobilan juga nggak Ma?" tanya Chester kemudian dengan tatapan memelas, berharap Juwita mau membelikan mainan impiannya nanti.
"Boleh Sayang, belilah tapi jangan yang mahal-mahal ya."
Chester mengangguk cepat sambil tersenyum lebar.
"Oke deh!"
Setelah itu Juwita pun mengajak Chester pergi ke toko pakaian terlebih dahulu.
Sementara itu, di tempat yang sama.
Lantai dua.
Calvin dan Putri berada di toko berlian. Sejak tadi Putri memilih-milih berlian sambil melirik-lirik ke arah Calvin yang terdiam membisu, duduk di sampingnya.
Kedatangan keduanya menjadi pusat perhatian di toko tersebut karena paras wajah pasangan itu tampak menawan dan mempesona. Putri kerap kali melirik sinis para kaum hawa yang curi-curi pandang ke arah Calvin dari tadi.
"Calvin, belikan aku berlian dong," kata Putri seketika.
"Terserah, belilah sesuka hatimu, aku akan membayarnya nanti." Calvin tiba-tiba beranjak dari kursi.
Mendengar hal itu, wajah Putri langsung berseri-seri.
"Terima kasih Sayang. Habis ini kita belanja pakaian ya."
Calvin hanya membalas dengan mengangguk pelan. Setelah melihat tanggapan Calvin, Putri segera memilih salah satu berlian termahal di toko perhiasan tersebut.
Tak butuh waktu yang lama, Putri dan Calvin keluar dari toko perhiasaan lalu masuk lagi ke toko pakaian khusus para wanita.
"Jangan lama-lama Putri. Aku akan menunggu di sini," kata Calvin saat sampai di toko.
"Hehe, kamu tenang. Aku nggak lama kok, duduk aja dulu di situ sebentar." Putri menunjuk sofa yang berada di sudut toko.
Tanpa mengucapkan satu patah kata pun Calvin melangkah menuju sofa kemudian memperhatikan Putri mulai memilih-milih pakaian.
Tiga puluh menit kemudian, Putri belum juga menyelesaikan kegiatannya, membuat Calvin mau tak mau beranjak dari sofa.
"Belum selesai?" tanya Calvin tanpa menunjukkan ekspresi sama sekali.
Putri tersenyum kaku. "Belum, sebentar lagi selesai kok."
Calvin mendengus lalu melirik arloji di pergelangan tangannya sejenak.
"Kalau begitu aku buang air kecil dulu, setelah aku kembali, kegiatanmu harus selesai," kata Calvin lalu memutar badan dengan cepat, tanpa mempedulikan tanggapan Putri yang saat ini langsung cemberut karena kegiatan belanjanya terbatas.
Kurang lebih di lantai yang sama, Chester dan Juwita telah selesai memilih pakaian. Dan saat ini sedang mengantre di kasir.
"Ma, Chestel mau pipis,"celetuk Chester tiba-tiba membuat Juwita menoleh ke bawah.
Chester tengah menahan pipis dengan menekuk bagian kakinya sedikit.
"Tunggu sebentar ya Nak, Mama bayar dulu belanjaannya ya, nanti kita pergi sama-sama ke toiletnya," ujar Juwita.
Chester menggeleng cepat. "Nggak mau, Chestel udah nggak tahan lagi Ma. Mama tenang, Chestel nggak lama, toiletnya dekat sini tadi kok!"
Tanpa mendengarkan Juwita. Detik itu pula Chester berlari kencang menuju pintu toko.
Netra hitam Juwita langsung terbelalak, ingin mengejar. Namun, dia tak dapat bergerak sama sekali sekarang, karena diapit oleh pengunjung yang ikut mengantre juga.
"Hati-hati Nak!" Dari kejauhan Juwita hanya dapat berteriak. Juwita diserang kepanikan mendadak. Dia takut akan terjadi sesuatu menimpa Chester. Meskipun begitu Juwita berharap Chester akan baik-baik saja.
Di luar toko, Chester berlari sangat kencang, menerobos kerumuman manusia. Selang beberapa menit, dia telah masuk ke dalam toilet. Namun, baru saja masuk Chester menabrak seseorang.
Bugh!
Chester langsung tersungkur ke lantai.
"Awh!" pekiknya seraya menengadahkan kepala hendak melihat siapa sosok yang menghalangi jalannya. Dan ternyata Calvin, pria yang dilihat dia di perusahaan mamanya tadi.
"Eh, minggil dulu Paman! Chestel kebelet pipis!" Chester bangkit berdiri dengan cepat.
o ya ko' Chester bisa ke perusahaan sendiri,dia kan masih bocah... sementara kan jarak rumah ke perusahaan jauh?