Tiga sekolah besar dibangun pemerintah untuk menampung anak-anak yang memiliki talenta. Salah satu dari tiga sekolah itu, membuat sebuah kelas khusus untuk mereka yang mempunyai potensi terpendam dan dapat membantu negara, dan dengan berbagai cara mereka mencari dan memasukan anak-anak yang memiliki bakat khusus untuk masuk kesekolah mereka.
Seorang programer yang merahasiakan identitasnya, tiba-tiba didatangi tiga orang kepala sekolah ternama, agar bergabung dengan mereka. Setelah bergabung, dia juga dimasukan ke kelas zero dengan kode name 'RAVEN', sebagai seorang programer dengan rekannya Mius, agar bisa dilatih menjadi agen rahasia pemerintahan.
Satu per satu identitasnya mulai bermunculan, bersamaan dengan kebenaran akan dirinya yang ada di sekolah itu.
.
.
.
.
semua itu terjadi di-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Night 14: Izin
Aku menyandang tasku dan segera berdiri, tentu hal itu meninggalkan banyak tanda tanya dipikiran mereka.
"Kamu mau kemana Ai." tutur Lina sambil memegang tasku
"Pindah..." bisikku berbarengan dengan pertanyaan Miss Ann ke Jun
"Apakah urusan yang kamu maksud tadi itu..." Miss Ann menghentikan ucapannya
"Salah satu urusanku disini, yaitu menjemput Aila." jawab Jun
"Menjemput Aila." ujar Miss Ann dan siswa lainnya
"Aila, kamu..." lanjut Miss Ann dan lagi memotong ucapannya
"Iya Miss, mulai besok Aila akan bersekolah di Sky Heaven, kalau begitu saya permisi." ujar ku
"Dadah Lina, Sari, Tari."
"Bye-bye Ai... kabar-kabarin kami ya."
Aku tersenyum sambil mengacungkan jempolku.
(Jun POV)
"Aila..."
"Ya..."
"Itu untuk mu." Li Yan memberikan sebuah buku yang perlahan melai bercahaya
"Bisa kamu jaga dan jangan sampai kamu menghilangkannya."
"Jun, buku apa ini, kenapa bukunya bisa bercahaya." ujar Aila sambil membolak balikan buku itu mencari bagaimana bisa buku itu bercahaya
"Hm, kok isinya kosong." lanjutnya
"Nanti kamu akan tahu buku apa itu."
"Begitukah." tuturnya
"Valkyrie ya, oke deh, akan aku jaga." lanjutnya
Mobil terus melaju menuju rumah Aila. Mengambil barang-barangnya dan sekalian berpamitan dengan orang tuanya Aila.
Dua orang siswa dari Army masih menunggu dengan setia di depan rumah Aila, menunggu orang yang memerintahkan mereka disana.
Aku segera turun bersamaan dengan Aila dan disusul oleh tuan Li. Mereka berdua langsung berbaris dan berdiri menyambut kami.
"Nona Arghantia, Tuan Han Li Yan, anda sudah datang." tutur pria yang paling dekat denganku
"Maaf jika membuat kalian lama menunggu." ujarku
"Tidak." jawab mereka tegas dan lantang
"Itu sudah jadi dari tugas kami, Nona." jawab pria yang dekat dengan pagar
"Ayo masuk." ajak Aila
Dia memimpin jalan menuju depan pintu rumahnya. Aila mulai menekan bel dan mengetuk pintu rumahnya sambil memanggil orang yang ada didalam.
Tidak lama pintu itu terbuka. Satu hal yang membuatku terkejut mungkin Aila dan lainnya juga, saat mamanya Aila keluar dengan seketika menarik Aila masuk sambil menjauh dari kami.
"Permisi..." ujarku yang ikut masuk begitu juga Li Yan dan dua orang lainnya. Ku lihat Aila sedang ditatap dengan serius oleh Mamanya
"Sayang kamu nggak kenapa-napa kan?" ujar Mama Aila sambil meraba-raba tubuh dan wajah putrinya itu
"Aku tidak kenapa-napa Ma."
"Benaran, terus kenapa kamu pulang cepat dan juga kenapa ada tentara dirumah kita." ujar Mama Aila yang melirik kearah kami, lebih tepatnya kearah dua siswa Army
"Anu, maaf Tante jika kedatangan kami membuat Tante bingung." ujar ku yang mendekat kearah Mamanya Aila
"Hmm..." gumam mamanya Aila sambil menatap lekat wajahku
"Kamu... Kamu Jun kan, ya ampun, kamu benar-benar berbeda, kamu tambah cantik dengan apa yang kamu pakai. Tante dengar dari Aila kamu pindah sekolah, bagaimana dengan sekolah barumu, menyenangkan?"
"Iya tan, ini Jun. Haha, Tante bisa aja, terimakasih tan, pujiannya." ujarku sambil tersenyum
"Hm, disana menyenangkan."
"Ma... boleh kita duduk sebentar, ada sesuatu yang ingin Aila bicarakan ke Mama."
"Apa yang mau dibicarakan itu juga berhubungan dengan mereka." Aila mengangguk saat Mamanya menunjuk kearah Li Yan dan juga siswa Army
"Baiklah, Mama juga penasaran dengan situasi ini."
Aku, Li Yan dan juga Mamanya Aila segera duduk. Aila, dia ke dapur, mungkin mengambil minuman, sedangkan yang lainnya berdiri di belakangku dan juga Han Li Yan.
"Maaf Tan..." ujarku sambil membungkukkan badanku
"Kenapa kamu minta maaf Jun, sudahlah, tidak apa."
"Sebelumnya perkenalkan, dia Han Li Yan, kepala sekolah Sky Heaven."
"Panggil saja tuan Li." sambung Li Yan
"Lalu kenapa anda bisa bersama anak saya?"
"Itu karena Jun, Tante."
"Maksudnya?"
"Karena Jun merekomendasikan Aila untuk bersekolah di Sky Heaven." jawabku
"Tunggu... Tunggu sebentar" ucap Mama Aila masih mencerna perkataanku
"Silahkan diminum." ujar Aila yang meletakan gelas didepan kami
"Iya Ma, Aila mulai hari ini akan bersekolah disana." tanggap Aila atas kebingungan Mamanya
"Jun, bukannya kamu itu murid baru juga, kenapa kamu bisa merekomendasikan Aila bersekolah disana."
"Karena dia adalah Presiden dewan siswa, atau bisa dibilang Pemimpin OSIS. Dan juga sekolah kami membutuhkan anak-anak yang memiliki kemampuan seperti Aila, Bu." jawab Li Yan
"Aila..." panggil Mamanya
"Iya Ma, Aila juga sudah mengurus surat pindahnya juga."
"Ibu tak perlu cemas, disana ada asramanya, jadi Aila nggak perlu pulang pergi jika ingin sekolah."
"Bukan itu yang saya cemaskan, biaya untuk sekolah disana itu mahal, kan." tutur Mama Aila
"Haha... Ibu tidak perlu cemas soal biayanya, anggap saja Aila ini seperti siswa pertukaran beasiswa."
"Gimana Ma, bolehkan Aila sekolah disana." tutur Aila dan dijawab dengan anggukan dan juga senyuman dari Mamanya
Aila yang dari tadi berdiri langsung melompat kegirangan dan memelukku. Aku segera menarik Aila ke kamarnya, membantu dia untuk merapikan pakaiannya dan juga barang-barang yang ingin dibawanya.
Hampir satu jam aku membantu Aila berkemas, memilah dan memilih pakaiannya dan juga barang-barang pribadi yang dia butuhkan, tidak jarang kami saling berdebat dengan apa yang dia masukan ke tas ataupun koper yang dia punya.
Semuanya sudah kami bawa kedepan dan mulai diangkat oleh kedua siswa Army. Aila berpamitan dengan Mamanya, aku dan Li Yan menunggu dia di dalam mobil. Tidak lama kami mulai berangkat, sedangkan dua siswa Army tadi sudah lebih dahulu meninggalkan kami.
...***...
Perlahan-lahan kegelapan malam mulai memudar, secercah cahaya kebiruan mulai mendominasi lalu berganti dengan warna cahaya keemasan dari ufuk timur dunia.
Suara merdu kicauan burung mulai terdengar nyaring beriringan dengan cahaya yang menyelip masuk ke ruangan melalui cela-cela jendela.
(Aila PoV)
"Huamm." suara uapan terdengar jelas berbarengan dengan beberapa bunyi retakan tulang yang bergesekan
"Eghh... Agrhh..." suara erangan setelah beberapa bunyi retakan tulang yang bergesekan tadi
"Hah... Hah... Leganya... Eh tunggu, sekarang jam berapa?"
Jam yang ada diatas nakas segera diambil dan dipandangi dua jarum hitam kecil yang melekat didalamnya.
"Hah, masih setengah tujuh. Heh..." lama berpikir
"Tunggu... Setengah tujuh... Gawat bisa telat nih... Baru pindah masa langsung telat, ayolah Aila... Nggak keren banget sih, masa bisa bangun kesiangan!"
Aku langsung bangkit dari tempat tidurku, melepas dan melemparkan baju tidurku ke segala arah. Aku langsung menyambar handuk dan bergegas masuk ke kamar mandi.
......................