Arvian Ken Sagara, seorang CEO tampan yang mengidap Gynophobia. Dimana, orang pengidapnya memiliki ketakutan tak rasional terhadap wanita. Setiap kali wanita yang mendekat padanya, Arvian menunjukkan sikap yang sangat berlebihan hingga membuat wanita yang mendekat padanya merasa sakit hati. Jika ada yang menyentuhnya, tubuh Arvian akan mengalami gatal-gatal. Bahkan, mual.
Namun, bagaimana jika dirinya terpaksa harus menikahi seorang janda yang di cerai oleh suaminya? demi mendapatkan hak asuh keponakannya dari keluarga adik iparnya. Apakah Gynophobia Arvian akan bereaksi saat di dekat wanita bernama Aluna Sagita janda tanpa anak itu?
"Sudah baik aku mau membantumu, dasar Mr. Gynophobia!" -Aluna Sagita.
"Onty tantik! Calangeee!!" ~Arega Geofrey Sagara.
"Jangan mendekati ku! Aku Alergi berada di dekat kalian para wanita!" ~Arvian ken Sagara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belanja diskon ala Nyonya Sagara
BRAK!
"KAMU MEMBOHONGIKU HAH?!" Seru Ryan pada seorang wanita di hadapannya yang sedang menatap takut padanya.
"Tidak Tuan, aku benar-benar melihatnya. Sehabis aku menyentuh nya, Tuan Arvian merasa gatal pada tangannya. Wajahnya juga memerah, aku tidak mungkin salah lihat." Seru wanita itu. Dia adalah wanita yang sama yang telah membuat Gynophobia Arvian kambuh.
"Aku sudah membayarmu mahal dan kamu tidak memberiku informasi yang benar! Buktinya, Arvian bahkan sudah menikah! Ketika wanita itu menyentuhnya, dia tak merasakan apapun! Memang kamu aja yang gak bisa kerja dengan baik!" Sentak Ryan dengan emosi yang melambung tinggi.
"Diam Ryan!"
Ryan mengalihkan pandangannya, dia menatap seorang pria paruh baya sedang duduk di sofa tua sembari menghirup sebuah alat dan menghembuskan asap dari mulutnya. Pria itu menatap tajam ke arah Ryan yang juga tengah menatapnya. Suasana di ruangan itu semakin mencekam, wanita suruhan tersebut semakin merasa takut di buatnya.
"Kita kalah pintar dari Arvian. Pasti, dia Terpaksa menikah karena khawatir kita yang akan menang di pengadilan." Ujar Pria paruh baya itu.
"Tapi Pa, wanita ini ...,"
"Terlambat, kita sudah kalah. Mau bagaimana pun kita melawan Arvian, dia lebih lic1k dari kita." Ujar pria itu. Dia adalah Dharma, ayah kandung dari Divya. Sejak dulu, Arvian tak menyukai Dharma. Namun, karena adiknya begitu mencintai Divya. Arvian, tak bisa melarang adiknya untuk menikahi wanita yang di cintainya.
.
.
Aluna menatap Arvian yang duduk di sebelahnya, terlihat pria itu sedang fokus dengan ponselnya tanpa menghiraukan yang lain. Namun, merasa ada yang menatapnya. Arvian pun akhirnya menoleh menatap Aluna. Dia mengangkat sebelah alisnya seakan bertanya, mengapa wanita itu melihatnya.
"Kenapa kamu mengizinkan ku duduk di sebelahmu? Bukankah kamu akan merasa tak nyaman jika berada di dekat wanita?" Tanya Aluna dengan tatapan penasaran.
"Kamu lebih senang duduk di sebelah pria lain, begitu maksudmu huh?" Kecurigaan Arvian membuat Aluna melongo di buatnya.
"Aku hanya bertanya, kenapa kamu sinis begitu jawabnya?!" Desis Aluna dengan kesal.
Aluna membuang pandangannya ke jendela, dia tak ingin menatap wajah Arvian yang begitu membuatnya kesal. Lebih baik, dirinya menatap jalanan dari pada harus menatap pria yang selalu melotot tajam padanya. Melihat Aluna yang justru merajuk, Arvian pun akhirnya bingung sendiri.
"Apa kamu lapar?" Tanya Arvian mencairkan suasana.
"Enggak! Aku sudah kenyang makan hati!" Desis Aluna dengan sinis.
"Hati apa? Ayam? Kapan kamu makan hati ayam?" Tanya Arvian dengan tatapan polosnya.
Aluna memejamkan matanya, dia menahan kekesalan yang melanda hatinya. Wanita itu berbalik menatap Arvian dengan mata melotot kesal. "Makan hatiiii oraaangg! Puas?! Dasar singa!" Greget Aluna.
Arvian mengerjapkan matanya pelan, dia bingung dengan apa yang Aluna maksudnya. Sementara Reza, sudah sejak tadi dia menahan tawa. Tak lama, akhirnya mobil terhenti di sebuah mall terbesar di kota itu. Menyadari mobil terhenti di sana, membuat raut wajah Aluna berubah drastis.
"Kamu mau belanja?" Tanya Aluna dengan cepat.
Dengan kaku, Arvian mengangguk. Perubahan raut wajah Aluna yang begitu cepat membuatnya sedikit terkejut. "Aku harus membeli beberapa kemeja baru dan juga jam tangan." Terang Arvian.
"Kebetulan! Aku bawa kamu sebagai b4nk berjalan, jadi aku tidak pusing melihat harga. Yasudah, ayo keluar!" Seru Aluna dengan semangat yang mana membuat Arvian melongo tak percaya. Sebenarnya, wanita macam apa yang dia nikahi? Kenapa cepat sekali merespon jika berhubungan dengan belanja dan uang?
"Hei! Mikir apa lagi?! Enggak mungkin kamu mikirin biaya tagihannya kan? Ayo cepat masuk, keburu diskonnya habis!" Ajak Aluna dan bergegas keluar mobil.
Reza tertawa kuat, dia bahkan sampai memegangi perutnya. Pria itu menolehkan kepalanya, menatap bosnya yang sedang menatap tajam padanya. "Tuan, dia mengajakmu berburu diskon. Hahaha!" Ledek Reza.
"Diamlah! Jika tidak mau aku pecat!" Desis Arvian sebelum akhirnya dia keluar dari mobil dan menyusul Aluna.
Reza tak henti-hentinya tertawa, bahkan dia sampai mengeluarkan air matanya. Arvian dan Aluna, sungguh pasangan yang lucu. Reza sampai gemas sendiri di buatnya. Sifat mereka yang jauh berbeda, akan membuat hubungan pernikahan keduanya lebih berwarna.
"Astaga, aku sampai sakit perut. Suami istri itu sangat lucu." Gumam Reza.
Sementara itu, Aluna memasuki toko pakaian dengan banyak sekali label diskon yang tertera. Dia mengambil banyak sekali baju, hal itu tentu membuat Arvian terkejut. Dia hanya berdiri di belakang Aluna, sambil melihat apa yang sedang wanita itu lakukan.
"Hiii cantik sekali! Diskon enam puluh persen! Arvian, tenang saja! Paling aku hanya menghabiskan lima juta. Lagi banyak banget yang diskon!" Seru Aluna dengan semangat.
Arvian menepuk keningnya pelan, dia tak menyangka jika wanita yang ia sukai adalah wanita penyuka diskon. Jabatan CEO yang tersemat pada dirinya, tak berguna untuk wanita itu.
"Aluna." Panggil Arvian.
"Hm? Eh, kamu coba kemeja yang ada di sana. Aku lihat diskonnya sampai delapan puluh persen. Lumayan bukan?!" Seru Aluna dengan semangat.
Arvian mengalihkan tatapannya, dia melihat berbagai banyak pakaian pria kemeja yang memang terpasang papan diskon. Melihat kemeja yang di gantung tanpa penghalang, membuat Arvian melongo tak percaya.
"Kamu, menyuruhku membeli kemeja tidak laku terjual itu?" Tanya Arvian pada istrinya itu.
Aluna menghentikan kegiatannya sejenak, "Bukan tidak laku, tapi belum ada yang beli. Mumpung belum ada yang beli, jadi kamu beli lah. Atau, mau aku pilihkan?" Tanya Aluna yang masih belum paham dengan maksud Arvian.
"Belanjaanku segini saja, mana kartu mu?" Arvian menghela nafas pelan, dia mengeluarkan dompetnya dan mengambil salah satu kartu miliknya. Dengan santai, pria itu menyodorkan kartu tersebut pada Aluna.
"Kartu apa ini? Kenapa gambarnya berbeda seperti ini? Arvian, jangan bercanda. Kita tidak sedang main kasir-kasiran!" Seru Aluna dengan mata melotot tajam.
Arvian melongo tak percaya, bagaimana bisa kartu hitam miliknya di bilang kartu mainan oleh wanita cantik yang menjadi istrinya itu. Di tengah perdebatan mereka, tampak pramuniaga toko pun datang menghampiri mereka. "Permisi, mohon maaf. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya pramuniaga itu.
"Eh Mbak, kartu ini bisa di pakai kah?" Tanya Aluna sembari memperlihatkan kartu yang ada di tangannya.
Arvian menghela nafas pelan, dia menarik kartu hitam miliknya dari tangan Aluna dan menukarnya dengan kartu berwarna gold. Melihat kartu itu, Aluna tersenyum lebar. "Nah! Ini kartu yang benar!" Seru Aluna dengan semangat.
Pramuniaga itu tak habis pikir, mengapa bisa wanita di hadapannya lebih memilih gold di banding kartu hitam tadi. "Dia tahu Balck card gak sih." Batin pramuniaga itu sembari meringis pelan.
.
.
.
Setelah lama berbelanja, akhirnya Aluna dan Arvian memutuskan untuk kembali. Barang belanjaan Aluna pun sudah membuat bagasi mobil penuh. Padahal, yang tadinya ingin berbelanja adalah Arvian. Tapi, kenapa justru belanjaan Aluna yang lebih banyak?
"Oh ya, Arvian. Kemejamu tadi harganya dua puluh juta, untuk satu kemeja. Apa tidak rugi? Memangnya benang kemejanya terbuat dari kulit apa? Buaya? Kenapa mahal sekali?" Tanya Aluna dengan berbisik pelan.
"Kenapa? Mantan suamimu pasti membeli yang harganya cuman satu jutaan bukan?" Sindir Arvian dengan kesal.
Aluna mengangguk dengan lolosnya, "Gak sampai satu juta. Tapi sombongnya sudah selangit." Ujar Aluna yang mana membuat Arvian menahan tawanya.
Mobil pun akhirnya telah sampai di kediaman Sagara. Bergegas, Aluna dan Arvian keluar dari mobil. Mereka membiarkan para bodyguard mengambil barang-barang mereka yang ada di bagasi. Sedangkan keduanya, hanya membawa diri mereka saja.
"WAAAAHH! CAYANGKUUU CUDAH PULAAANGGG!"
___
Jangan lupa dukungannya🥰🥰