NovelToon NovelToon
Berbisnis Di Isekai

Berbisnis Di Isekai

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Epik Petualangan / Dunia Lain / Anime / Fantasi Isekai / Toko Interdimensi
Popularitas:907
Nilai: 5
Nama Author: Yeffa

Elise, Luca dan Rein. Mereka tumbuh besar disebuah panti asuhan. Kehidupan serba terbatas dan tidak dapat melakukan apa-apa selain hanya bertahan hidup. Tapi mereka memiliki cita-cita dan juga mimpi yang besar tidak mau hanya pasrah dan hidup saja. Apalah arti hidup tanpa sebuah kebebasan dan kenyamanan? Dengan segala keterbatasannya apakah mereka mampu mewujudkannya? Masa depan yang mereka impikan? Bagaimana mereka bisa melepaskan belenggu itu? Uang adalah jawabannya.

Inilah kisah mereka. Semoga kalian mau mendengarkannya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeffa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22. Berhasil

Setelah mendengarkan seluruh rencana yang dijabarkan oleh ketiga anak panti yang cerdas dan nakal itu. Seakan tidak ingin membuang waktu lebih lama Carla pun segera bergegas ke ruangan Bu Violet selaku kepala panti. Idenya cukup brilian untuk anak seumuran mereka yang masih terbilang muda. Bahkan pekerjaan ladang pun seharusnya sudah cukup melelahkan bagi mereka tapi mereka masih sempat memikirkan untuk mencari uang. Carla mengetuk pintu ruang kerja Bu Violet perlahan tanpa sadar jika Elise memantaunya dari sudut tangga.

"Bu Violet, ini saya." Ucap Carla dari balik pintu

"Masuklah." Carla membuka pintu begitu mendengar jawaban Bu Violet. Setelah Carla masuk Elise berjalan perlahan mendekati ruangan Bu Violet dengan telinga yang ditempelkan ke pintu. Sementara yang lainnya memutuskan untuk pergi mandi.

"Ada apa?" Suara Bu Violet dibalik pintu terdengar. Cahaya matahari menyinari ruangan dengan angin sepoi-sepoi masuk melalui jendela yang terbuka. Suasana sejuk membuat hati Carla sedikit tenang untuk menjelaskan alasan dirinya menghadap Bu Violet dengan terburu-buru.

"Begini Bu. Anak-anak ingin meminta izin agar bisa pergi keluar panti." Carla memberikan penjelasan serinci mungkin. Tapi detak jantungnya berdetak cepat, gugup.

"Siapa yang akan keluar panti?" Kedua alis Bu Violet tertaut, bingung. Carla takut dirinya mengecewakan ketiga anak itu yang saat ini sedang berjuang sendirian. Setidaknya dirinya ingin memberikan bantuan kecil yang bisa diberikannya.

"Rein, Luca dan Elise yang ingin keluar panti. Mereka berjanji mematuhi aturan." Carla menjelaskan lebih detail.

"Untuk keperluan apa?" Tanya Bu Violet masih berkutat dengan pembukuan didepannya. Tangannya bergerak dengan  cepat sesekali diam menatap tulisan yang dicatatnya. Carla tersenyum. Merasakan jika Bu Violet akan memberikan ijin jika bertanya lebih rinci daripada langsung menolaknya tanpa mendengarkan lebih dulu.

"Mereka ingin menjual hasil panen kebun. Karena panen kali ini banyak dan kemungkinan akan terus bertambah banyak. Menurut ku bagus juga untuk mereka belajar bisnis. Setelah keluar dari panti pengalaman itu pasti akan berguna sekali untuk mereka. Apalagi mereka anak yang cerdas dan pemberani. Dan tindakan mereka juga tidak berbahaya." Jelas Carla memberikan sedikit penekanan di kalimat terakhirnya. Bu Violet terlihat tersenyum.

"Baik, Carla. Tolong urus mereka. Pastikan keselamatan mereka dengan baik. Aku yakin kamu pasti bisa membimbing mereka dengan baik." Bu Violet menatap Carla dengan penuh harap.

Dirinya tahu Carla sangat menyayangi semua anak-anak dipanti layaknya adiknya. karenanya ketika ketiga anak itu terus berusaha berbuat sesuatu yang berbahaya dirinya yang turun pertama kali sebagai tameng agar mereka tidak terluka. Dan juga sebagai pembimbing yang dipercaya oleh anak-anak itu. Diluar ruangan Elise sudah bersorak dalam hati dan bergegas pergi ke kamar bersiap. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Setidaknya semuanya sudah mendapatkan ijin.

"Baik bu terima kasih atas kepercayaannya. Aku yakin mereka tidak akan mengecewakan. Kalau begitu saya permisi." Ucap Carla dan kembali ke dapur setelah pamit.

Carla senang, dirinya merasa bisa membantu ketiga anak itu. Dirinya dengan cepat menuruni anak tangga dan berlarian mencari ketiganya. Carla menuju sumur tempat mereka seharusnya berada. Dan benar saja, terlihat Luca dan Rein sudah mengenakan pakaian yang lebih bersih dari yang dilihatnya tadi. Luca sedang menimba air yang mungkin akan digunakan Elise mandi. Carla melambaikan tangannya kepada mereka dengan senang.

"Dimana Elise?" tanya Carla menatap mereka berdua.

"Aku disini." teriak Elise dari balik punggung Carla Membuat Carla menatapnya curiga.

"Ada apa?" tanya Elise dengan wajah polosnya. Berpura-pura tidak tahu. Carla mengabaikannya.

"Baiklah. Aku punya kabar baik!" Mereka pun menatap Carla dengan penasaran. Elise pura-pura tidak tahu menahu soal kabar baik itu.

"Bu Violet setuju. Kita akan membuat rencana dan jadwal keluar panti. Lalu aku akan bertanya kepada kenalanku mengenai sayuran kalian. Semoga saja ada yang berniat membelinya dari kalian dan menjadikan kalian supplier tetap." Ucap Carla membawa kabar baik. Mereka saling menatap gembira—tentu saja Elise masih pura-pura tidak tahu.

"Terima kasih, Carla! Kami tidak akan mengecewakanmu," kata Luca bahagia. Rencana mereka akan sukses besar. Membuat mereka benar-benar bahagia.

"Aku percaya kalian bisa berhasil. Jangan ragu untuk meminta bantuan lainnya jika membutuhkan." Carla menambahkan.

"Tentu saja." Ucap Mereka bersamaan.

"Baiklah. Kalau begitu setelah makan siang. Ayo kita bicarakan lagi tentang hal-hal yang diperlukan. Seperti bagaimana kalian membawa barangnya. Dan sebagainya. Aku akan kembali ke dapur terlebih dahulu." ucap Carla kemudian pergi meninggalkan mereka yang masih berbincang.

"Kita akhirnya bisa sedikit demi sedikit mewujudkan impian kita!" teriak elise, tidak lagi menutupi rasa kebahagiaannya.

"Dan kita tidak akan melupakan bantuan Carla! Juga panti ini, kita harus memperbagus panti. Terutama fasilitasnya." Rein menambahkan.

"Aku setuju. Pertama kamar mandi." Ucap Elise senang.

"Hei, belum apa-apa kau sudah mau membuat list saja. Kita fikirkan itu nanti jika sudah sukses." Cibir Rein membuat Elise tersenyum kecut.

"Yang terpenting, Kita harus membuat ladang ini sukses!" Luca melerai sebelum terjadi pertengkaran kecil lainnya antara Rein dan Elise.

"Baiklah. Aku akan bergegas mandi. Setelahnya ayo kita bertemu lagi dikamar sebelum waktu makan siang dimulai." Elise mengingatkan.

"Tentu. Aku akan membuat list terlebih dahulu sebelum membicarakannya kepada Carla nanti. Bagaimana?" ucap Luca seraya memikirkan apa saja yang harus ditulisnya nanti.

"Baguslah. kamu memang paling bisa diharapkan." Puji Rein terhadap Luca.

"Butuh bantuan untuk mengangkut air?" tawar Rein kepada Elise.

"Tentu saja. Jika kamu tidak keberatan. Aku akan sangat berterimakasih Rein." Elise tertawa senang. Tidak perlu repot-repot mengangkut wadah air ke semak-semak didekat sumur.

"Baiklah." Rein mengangkut wadah air ke semak-semak dibantu oleh Luca yang masih memikirkan banyak hal diotaknya.

"Baiklah. Kami pergi ke kamar duluan ya. Jangan lama-lama." kata Luca kemudian pergi bersama Rein menuju kamar.

"Terima kasih." teriak Elise dari balik semak-semak. Elise segera mandi secepat kilat. Terakhir membasuh wajah dengan air dan langsung memakai pakaiannya tanpa ragu setelah mengeringkan tubuhnya. Suara gemericik air terdengar dari balik semak-semak. Ritual mandinya selesai.

"Elise, apa yang kamu lakukan disana?" tanya seseorang saat melihat Elise selesai memakai pakaiannya dari balik semak-semak. Elise menatap gadis itu dengan gugup. Disatu sisi dirinya merasa bersyukur karena sudah memakai pakaiannya dengan lengkap dan dipergoki oleh gadis kecil didepannya tapi disatu sisi Elise bingung harus memberikan jawaban apa kepada anak didepannya.

"Eh, anu. Itu aku baru selesai mandi." ucapnya kikuk.

"Kenapa mandi harus bersembunyi dibalik semak-semak?" tanyanya bingung. Menatap tingkah Elise yang terlihat aneh.

"Ya karena—" Elise bingung menjawab. Juga ragu menjelaskan. Mungkinkah dia akan menatap Elise dengan tatapan aneh atau entahlah.

"Kamu sedang apa disini Clarissa?" Elise membelokan pembicaraan.

"Eh iya, aku disuruh Carla membawakan air. Untung saja kamu mengingatkan. Sudah dulu ya." gadis itu segera mengangkut wadah air yang biasa digunakan untuk memasak air minum pergi ke dapur.

"Fyuh.. Untung saja." Elise menghela nafas lega bisa melepaskan diri dari situasi aneh. Elise memilih jalan memutar melewati pintu depan agar tidak berpapasan lagi dengan Clarisa hari itu. Dirinya masih belum tahu harus memberikan alasan apa.

1
Miawchan
authooor semoga sehat selaluuuuu biar bisa update tepat waktuuuu ..
Miawchan
Aku sukaaaaa ... plis jadiin komik ini seru bangettt
aku tiga
Semangat Thor..
aku tiga
Semangat authooor... ditunggu update selanjutnya..
Bianca Garcia Torres
Mantap banget ceritanya!
One More: 😍😍😍 terima kasih komentar dan dukungannya...
total 1 replies
PR0_GGRAM3D
Menegangkan tapi juga romantis, pertahankan kualitasnya!
One More: terima kasih komentar dan dukungannya.. 😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!