Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .
Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.
Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berantem
Gaby's POV
Jam udah menunjukkan pukul setengah 6 pagi, dan aku masih berada di dalam rengkuhan dada Chandra.
Aku coba pegang pipi manusia ini apakah demamnya udah turun. Alhamdulilah udah mendingan, dia juga keringetan banyak banget.
Aku pindahin tangan Chandra yang ada di pinggangku secara pelan-pelan. Aku coba beranjak dari ranjang tanpa menimbulkan suara.
Tapi...
"Mau kemana By?" tanya dia dengan suara beratnya. Dia ternyata ikut kebangun.
"Mau mandi, kan waktunya sekolah." jawabku.
Chandra kemudian mendudukkan tubuhnya. Lalu dia coba berdiri. Aku kaget dong mana masih lemes badannya.
"Eh eh mau kemana?" Aku langsung pegangin tubuh yang sedikit kliyengan itu.
"Mau kerja."
Ini orang udah gak waras deh kayaknya.
"Jangan, lo masih sakit Chan." cegahku sambil mendudukkan badannya di tepi ranjang.
"Udahlan istirahat dulu, jangan maksa deh." ucapku lagi.
Chandra kemudian menatapku. Dia kemudian mengerucutkan mulutnya kayak bocah yang lagi ngambek.
"Tapi gue gak mau dirumah sendirian."
"Bentar lagi Mama pulang kok. Ini mama udah wa nih."
"Enggak, Mama pulangnya pasti lusa. Dia pasti lagi di luar kota. Pokoknya gue gak mau ditinggal sendirian. Gak ada orang."
"YaAllah Chan."
Eh dia ngeyel.
Dia sekarang berdiri lalu melangkahkan kakinya ke kamar mandi lagi.
"Chan." panggilku.
Dia tetep melanjutkan aksinya. Sekarang aku mulai kesel sama Chandra yang keras kepala ini.
"Gue bilang gak boleh! Lo masih sakit nih! Susah banget dibilangin!!" tanpa sadar suaraku meninggi.
Chandra tiba-tiba balik badan. Dia mendekatkan wajahnya tepat didepan wajahku. Sekarang kita lagi tatap-tatapan.
"Kok lo marah-marah? Santai dong! Btw lo siapa ngelarang-ngelarang gue?"
Jlebbb
Sakit banget hatiku denger omongan Chandra barusan. Aku gak percaya Chandra bisa ngomong kayak gitu tanpa beban sama sekali.
Aku langsung pergi meninggalkan ruangan ini.
Aku marah, bener-bener sangat marah.
...***...
Sekarang aku lagi didepan gerbang buat nunggu kak Ken yang katanya mau nganterin ke sekolah. Sepuluh menit lalu aku udah chat dan dia bilang masih di jalan. Jadi kira-kira lima menit lagi dia bakalan nyampek.
Soal Chandra tadi aku udah bodoamatlah, mau dia kerja mau dia enggak terserah dia. Yang penting aku udah nyoba cegah dia tadi.
"Lo siapa ngelarang-ngelarang gue?"
Perkataan Chandra tadi masih terngiang-ngiang di kepalaku.
"Masuk." suruh seseorang dari dalem mobil yang kaca jendelanya di turunin.
Yup Chandra, dia udah naik ke dalam mobilnya yang sekarang sengaja diberhentikan tepat di sampingku pas.
Aku diam gak respon sama sekali, bahkan buat ngelihat dia aja males.
"By masuk." suruh dia lagi. Aku tetep diem, gak bergeming sama sekali.
"LO MASUK GAK??!!!" teriak dia.
"LO SIAPA NGATUR-NGATUR GUE HAA?!" Sumpah. Aku gak bisa nahan emosi lagi.
Chandra kelihatan sangat syok sama apa yang barusan kuucapkan.
Tiba-tiba mobil kak Ken dateng dari arah berlawanan. Aku langsung menghampiri mobil kak Ken, lalu masuk ke dalem.
"Ayok jalan." suruhku pada kak Ken.
"Loh itu Chandra kan, dia udah sembuh ya?" tanyanya.
"Ayok jalan aja!"
Kak Ken nurut lalu dia melajukan mobilnya.
Selama di mobil kak Ken cuma diem, dia kayaknya mulai tahu kalo aku sama Chandra abis berantem. Dia gak nanya apa, kenapa, kok bisa padaku. Dia tipe orang yang gak mau ikut campur sama urusan orang lain. Intinya dia gak kepo lah.
"Kak Ken nanti jemput ya?" ucapku, memecah keheningan.
"Iya, lo pulangnya jam berapa?"
"Emm jam 3 sih tapi gak papa kok nanti aku tungguin kakak sampek pulang kerja."
"Okee."
"Eh nanti nonton yuk, ada pilem horor baru loh" ajak kak Ken.
"Boleh deh."
Aku tau, alesan kak Ken ngajakin nonton itu sebenernya cuma mau ngehiburku. Dia cuma pengen kondisi hatiku baikan lagi.
Sekarang aku udah nyampek disekolah. Aku langsung aja jalan menuju ke ruang kelas.
Di luar kelas, aku lihat cewek berambut panjang yang kayaknya aku pernah ketemu sebelumnya. Bener ternyata itu Krista. Dia ngapain pagi-pagi gini di depan kelasku, kayaknya lagi nungguin seseorang deh.
Aku terus jalan gak peduliin dia. Hingga tiba-tiba dia memberhentikan langkahku.
"Eh stop."
"Ada apa?"
"Jeje nya udah dateng?" tanya dia.
Lah kenapa dia nanya nya ke aku sih, orang aku juga baru aja dateng.
"Gak tau, gue belum masuk kelas. Gue masuk dulu ya buat mastiin." ucapku lalu melangkahkan kaki masuk ke kelas.
"Bukannya lo bareng dia?" ucapan Krista sukses membuatku berhenti ditempat.
Apasih maksudnya?
"Maaf ya gue gak bareng sama dia pagi ini. Kalo gue bareng mestinya dia sekarang lagi ada disebelah gue. Lo lihat gak ada Jeje gak disini?!" jelasku dengan nada agak ngegas.
Habisnya aku kesel anjir!
Krista menyipitkan matanya. Dia terlihat berpikir sebentar. Aku gak tau apa yang ada di pikirannya. Ekspresinya aneh.
"Oke." singkat dia sambil menaikkan salah satu ujung bibirnya. Dia lalu pergi meninggalkanku begitu aja.
Aku cuma menghela napas panjang. Gak tau kenapa pagi ini moodku berantakan banget. Rasanya aku pengen pulang lalu meluk Teby di kamar aja.
Aku sekarang udah duduk di bangkuku. Jevin juga udah dateng barusan. Langsung aja deh aku kasih tau.
"Tadi lo dicariin Krista."
"Oh ya, kenapa dia nyariin gue?" tanya Jevin. Plis deh Je, aku gak tahu dan gak mau tahu.
"Enggak tau, dia gak bilang." jawabku.
"Oke ntar gue tanyain aja langsung sama anaknya."
"Terserah." batinku.
Selama jam pelajaran aku gak bisa fokus sama sekali. Apa yang guru jelasin sama sekali gak masuk ke dalam otakku.
"Lo siapa ngelarang-ngelarang gue?"
Pliss jangan lagi dong, aku udah coba lupain perkataan Chandra tadi pagi tapi tetep gak bisa. Rasanya udah nancep di hatiku.
"Chan terus selama ini lo anggep gue apa?"
Tes
Air mataku tiba-tiba netes tanpa aba-aba. Aku langsung buru-buru hapus biar gak ada yang tahu.
"By kenapa? Kok nangis???" Jevin ternyata memergokiku. Dia kini ngelihatin mukaku lekat-lekat.
"Gak papa." ucapku mencoba meyakinkan dia.
"Lo sakit?"
"Enggak."
"Ada masalah apa? Sini cerita sama gue." ucap dia sambil menyelipkan anak rambutku ke belakang telinga.
Aku cuma menggeleng. Aku tau Jevin mencoba menatap mataku, tapi aku gak mau natap mata dia.
Karena apa?
Aku sangat benci tatapan iba seseorang pada kepadaku
Aku benci dikasihani.
"Je, I'am fine." lirihku.
...***...
Sekarang udah waktunya jam istirahat. Karena aku gak bawa bekal jadi memutuskan buat beli makanan aja di kantin. Seperti biasa sama geng nya Hafi.
Saat aku lagi baca menu, tiba-tiba ada seorang cewek yang lagi lari dan nabrak badanku. Lumayan kenceng.
Brakkk.
Aku terjatuh bersamaan dengan cewek itu.
"Fuck. Aduhh sakit banget." pekik cewek itu yang masih tiduran di lantai. Lily, nama yang tertera di nametag nya.
Jevin langsung menghampiriku dan bantu buat berdiri. Dia nanya apakah aku baik-baik aja, lalu aku jawab iya.
Si Lily ini lalu dihampiri sama 3 orang cewek.
"Hahahaha rasain, makanya jangan pecicilan." kata salah satu cewek dari ketiga cewek itu.
"Bantuin dong." Lily ini mengulurkan kedua tangannya ke atas. Lalu salah satu cewek yang lain menarik tangan dia buat berdiri.
"Heh minta maap lo." suruh Jevin pada Lily ini.
Si Lily melihat ke arahku sebentar, lalu mengulurkan tangan kanannya buat minta maap. Langsung aja aku jabat tangan dia.
"Kok muka lo asing. Lo anak baru ya?" ucap Lily.
"Iya."
"Ga-by." Lily mengeja nametag yang berada di dada kiriku
"Jangan digangguin ya." ucap Jevin pada Lily ini.
"Kita gak bakal ganggu kok kalo gak dipancing." Cewek ini kemudian berlari meninggalkanku dan Jevin. Dia menyusul ketiga temannya yang udah jalan jauh ke arah toilet.
"Beneran lo gak papa?" tanya Jevin padaku lagi.
"Gak papa Je."
"Tadi itu keras banget loh nabrak nya."
Aku cuma senyum ke Jevin buat ngeyakinin dia bahwa aku sungguh sangat baik-baik aja.
Kita sekarang udah duduk di meja kantin.
"Kok tumben lo gak bawa bekel?" tanya Refran yang lagi keheranan melihatku makan soto.
"Mama gue lagi gak ada dirumah, jadi gak ada yang masakin." jawabku.
Si Refran cuma manggut-manggut lalu melanjutkan aktifitasnya makan soto juga.
"By lo tau gak cewek yang nabrak lo tadi?" kali ini yang bicara Hafi.
"Enggak, emang tadi itu siapa?" tanyaku. Aku sedikit penasaran.
"Itu Lily, kelas sebelah."
Aku cuma manggut-manggut.
"Tadi dia berempat kan, mereka kemana-mana selalu berempat. Kompak banget. Mereka juga pinter-pinter. Tapi sayangnya agak bad. Kalo kita-kita ini nyebutnya geng..."
"Stttt!"
Omongan Hafi sontak langsung berhenti karena Jevin tiba-tiba nutup mulut Hafi pakek telapak tangannya.
"Lagi makan gak boleh julidin anak orang, ntar keselek." ujar Jevin.
"Hehehe sorry."
Yahh padahal aku kepo sama apa yang mau diomongin Hafi.
Drrrttt drrttt drrrttt
Ponselku yang lagi dikantong tiba-tiba getar. Ada panggilan masuk. Aku lalu lihat layar ponselku.
Mama
Langsung aja aku pergi ke tempat yang sedikit sepi. Lalu aku angkat telfonnya.
"Halo iya Maa?"
"Kamu lagi sekolah ya? Mama ganggu enggak?"
"Iya adek sekolah tapi ini lagi jam istirahat."
"Ooh. Kakak mu gimana? Katanya kemarin sakit. Mama minta tolong jagain kakak dulu ya. Maaf mama belum bisa pulang. Papa masih ada kerjaan di Solo dek."
"Emm kakak udah sembuh kok, dia udah masuk kerja." jawabku. Emang bener kan dia udah masuk kerja.
"Alhamdulilah kalo gitu, Mama sama Papa kira-kira pulangnya masih lusa. Gak papa ya? Kalo ada apa-apa hubungi Mama."
"Iya oke Maa."
"Kasih tau kakakmu jangan keluar malem mulu biar kamu ada temennya."
"Hmmm iya Ma."
"Hati-hati ya dirumah. Mama tutup dulu telfonnya."
"Okee mama juga hati-hati."
"Iya. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam."
Tut
Seketika aku kepikiran.
'Hmmm mama nyuruh gue buat jagain Chandra?'
Tapikan Chandra-nya sendiri kayak gitu. Dia gak mau dijagain, dia itu ngeyel. Susah diaturnya, gimana mau dijagain cobak?
Ahh dahlah...
Sekarang udah waktunya jam pulang sekolah. Aku lagi siap-siap buat pulang. Tadi Jevin nawarin buat bareng lagi sama dia, tapi aku tolak. Ya kan aku ada janji sama kak Ken.
Aku jalan keluar kelas sama gengnya Hafi termasuk Jevin juga. Kita berpisah di lapangan basket, karena mereka mau ambil motor di parkiran belakang sedangkan aku mau nungguin kak Ken di gerbang depan.
"Byeee!!" seru mereka.
"Bye." balasku sambil melambaikan tangan.
Saat aku lagi jalan ke gerbang depan, aku langsung kaget. Kok kak Ken udah dateng padahal ini kan masih jam 3 lebih dikit. Aku langsung aja menghampiri dia yang lagi nyender di pintu mobilnya.
"Tumben jam segini udah pulang?"
"Udah By."
Hmmm kak Ken gak pulang cepet demi jemput aku kan? Aduh kok aku jadi gr gini sih...
Kak Ken langsung nyuruh buat masuk ke dalam mobil. Laki-laki itu lalu melajukan mobilnya.
Di perjalanan aku bertanya-tanya...
"Tapi ini kan bukan arah ke rumahku. Oh mungkin kak Ken langsung ngajak ke bioskop."
Di mobil kita ngobrol-ngobrol sambil dengerin musik. Aku merogoh ponselku yang ada di dalam tas. Dari tadi setelah jam istirahat aku belum sempet cek sama sekali. Takutnya ntar mama telfon lagi.
Lah kok?
1 panggilan tak terjawab
Chandra
Chandra kenapa telfon?Jam 11 tadi, tapi gak ke angkat karena aku gak tau. Sumpah.
"Tauk ah, aku kan masih marahan sama dia."
Langsung aja aku masukkin ponsel ke dalam tas lagi. Lalu lanjut ngobrol sama kak Ken.
Lohh mobil kak Ken kok jalan terus padahal tempat bioskopnya udah kelewat. Aku heran, langsung aja deh aku tanya sama kak Ken.
"Kak ini jadinya kita kemana? Bioskopnya kan itu tadi." Aku nunjuk tempat bioskop yang udah gak kelihatan.
"Ke bioskop lain By."
Aku gak ngerti maksud kak Ken, kita kan dari dulu kalo nonton ya cuma di bioskop itu. Ahh terserah dia aja deh, aku cuma nurut.
Setelah kurang lebih 10 menit, akhirnya kak Ken memberhentikan mobilnya.
Ta-tapi bukan di tempat bioskop seperti yang kita rencanakan, aku gak lihat ada bioskop disini. Hanya ada hamparan luas dengan banyak deretan mobil tertata rapi. Ini sepertinya sebuah parkiran.
Aku menolehkan kepala ke sisi lain. Seketika itu jantungku nyaris berhenti berdetak.
Hah? Ru-rumahsakit?!
"Kak Ken." panggilku dengan suara bergetar.
"Hmmm."
"Si-siapa yang sakit?" tanyaku dengan terbata-bata.
"Masuk dulu ya." Kak Ken membuka pintu mobil.
Kenapa sih bikin gue deg-degan gini. Kenapa gak to the point aja.
Kak Ken udah keluar dari mobil tapi aku masih tetep berada di dalem.
Laki-laki itu kemudian memasukkan kembali kepalanya buat melihatku. "Ayok By." ajaknya lagi.
Aku menggeleng dengan cepat, aku takut.
Kak Ken lantas menutup pintu yang sebelah kemudi. Lalu berjalan ke arah pintuku. Dia membukakan pintuku.
"Udah gak papa, ayok sini sama gue." kata dia.
Aku akhirnya turun. Kak Ken menuntunku ke suatu tempat secara perlahan-lahan.
"Kak bilang dulu siapa yang sakit?" lirihku.
Kak Ken tetep gak mau jawab, dia malah mengeratkan genggaman tangannya.
Dia kemudian memberhentikan langkahnya tepat di depan pintu salah satu kamar.
Dia lalu berbalik untuk menatapku. Detak jantungku rasanya semakin tidak karuan.
"Kakak lo tadi pingsan. Dia dibawa ke kesini." ucapnya.
Aku cuma bisa diem sambil ngelihat sepasang mata milik kak Ken. Perasaanku campur aduk. Gak tau mau sedih, mau syok, atau mau apa aku gak tau. Yang ada dihatiku cuma satu, kasihan. Kasihan Chandra
Tiba-tiba air mataku menetes.
"By jangan nangis." ucap kak Ken yang masih menatapku sejak dari tadi. Kak Ken kemudian memelukku, dia mencoba menenangkanku.
"Kakak lo gak papa, cuma ditusuk jarum suntik doang kok. Jangan nangis dong By."
Tapi nyatanya aku tetap tidak bisa menghentikan tangisanku.
"Kalo lo nangis gini ntar Chandra gak mau ketemu sama lo. Udah diem yaa." Kak Ken menepuk-nepuk pundakku.
"A-aku nyesel kenapa tadi pagi gak bikinin dia sarapan sama nyuruh dia minum obat dulu kalo mau kerja. Malah tadi pagi kita berantem. Aku nyesel banget kak..."
Sesek banget rasanya dadaku. Kalo tau begini akhirnya aku gak bakalan marah-marah sama Chandra tadi pagi.
Aku kasihan banget sama dia Ya Allah.
Kak Ken memelukku sangat erat. Aku masih menenggelamkan wajahku dan menangis di dadanya.
Butuh waktu beberapa saat buat aku menuntaskan tangis ku ini. Aku gak bisa kalo langsung diem, apalagi sekarang aku merasa sangat menyesal seperti ini.
Aku sama kak Ken masih duduk ditempat duduk yang ada di luar kamar Chandra dirawat. Selama setengah jam aku belum berani masuk buat ngelihat kondisi Chandra. Aku takut kalo aku didalem bakalan nangis, aku gak mau bikin dia ikut sedih juga.
Kata kak Ken gak usah buru-buru, kalo udah siap aja baru masuk. Kak Ken bener-bener menemaniku dengan sangat sabar.
"Lo tau gak, tadi Chandra waktu dibawa ke sini diperjalanan manggil-manggil nama lo terus. Dia ngigau manggilin nama lo."
Aku cuma diem gak tau mau ngomong apa lagi.
"Mmm apa gue anter lo pulang aja ya By?"
Aku menggeleng.
"Lo pasti laper, ayo cari makan dulu."
Aku menggeleng lagi dan lagi.
"Ayo kita masuk." ajakku. Kak Ken langsung menatapku dengan ekspresi terkejut.
Aku raih tangan dia. "Ayo kak, temenin aku masuk."
Kak Ken mengangguk. Kita akhirnya masuk kedalam sana.
Di dalem ada Chandra yang lagi tidur diatas ranjang rumah sakit. Dia ditemenin Sean yang duduk di kursi didekatnya.
Kak Ken kemudian ngajak Sean buat keluar dulu biar hanya aku sama Chandra yang tinggal.
Aku duduk di kursi tempat Sean duduk tadi. Dari sini aku bisa melihat jelas wajah Chandra. Aku mengamati wajah Chandra yang tengah tertidur.
Wajahnya pucet dan bibir dia agak pecah-pecah. Dia benar-benar terlihat sedang sakit.
Aku mengelus wajahnya pelan agar dia gak bangun.
"Plis jangan sakit dong kak." lirihku dalam hati.
Aku kemudian melihat selang infus yang menempel di punggung tangan kiri Chandra. Aku sangat sedih kalo melihat orang diginiin, rasanya tubuhku ikut ngilu semua.
Aku genggam tangan kanan Chandra yang ada di dekatku. Aku menyelipkan celah-celah jariku ke dalam celah-celah jarinya. Sesekali aku ciumi tangan dia. Gak terasa ternyata dari tadi aku udah nangis. Air mataku jatuh membasahi seprei rumah sakit.
"By jangan nangis." Sebuah suara akhirnya mengagetkanku.
Itu Chandra, dia tiba-tiba terbangun.
"Maap kak, jadi kebangun ya." ucapku sambil buru-buru menghapus air mata.
Tangan kiri Chandra tiba-tiba nyentuh pipiku Mengusap air mataku yang masih tetep ngalir deras.
"By lihat mata gue." suruh Chandra.
Aku pun menurut, aku tatap mata dia lekat-lekat.
"Gue minta maaf ya. Gak seharusnya gue tadi ngomong kayak gitu. Gue bener-bener nyesel. Gue emang kakak yang buruk..."
Aku menggeleng dan langsung memeluk tubuh Chandra. Aku gak bisa nahan tangisanku lagi. Aku nangis kejer dipelukan dia. Chandra membalas pelukanku dengan erat sambil menciumi pucuk kepalaku tanpa henti.
"Jangan nangis." lirihnya yang malah membuatku semakin histeris.
"Huaaaaa.... Hiks hiks hiksss..."
Chandra itu bukan kakak yang buruk. Apa yang dia bilang tadi itu cuma omong kosong. Please lah, jangan bilang kayak gitu lagi. Aku gak suka.
~tbc...