Namaku Melody Bimantara, umurku baru dua puluh dua tahun, tapi sudah menjadi Manager sebuah hotel bintang lima milik keluarga.
Yang membuat aku sedih dan hampa adalah tuntutan orang tua yang memaksa aku mencari lelaki yang bisa dinikahi.
Kemana aku harus mencari laki-laki yang baik, setia dan mencintaiku? sedangkan para lelaki akan mundur jika aku bilang mereka harus "nyentana"..
Tolonglah aku apa yang harus aku perbuat??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AGUNG
Aku tidak melihat Arunakha di ranjang. Dia pasti mencari Belinda dan merayunya supaya wanita itu tidak marah. Tidak menyangka sifat Arunakha suka mendua. Pertama kali bertemu aku merasa kagum dan terpesona.
Keluar dari kamar aku tidak menemukan siapapun. Rumah terasa sepi. Aku gegas ke carport mengambil mobil.
Baru ingat Ibu mertua menyuruh cuci mobil. Akhirnya aku putuskan cuci mobil sekalian ganti oli. Sudah sore banyak yang tutup. Untung aku cepat datang ke Robotic Carwash sudah hampir tutup.
Cuci mobil disini agak mahal karena pakai mesin otomatis, dapat gratis kopi satu cup. Aku duduk di cafe sambil scrol-scrol berita di hape.
"Melody...."
Aku kaget ada yang menyapaku. Wajahku pucat pasi ketika mendongak. Agung di berdiri di depanku. Reflex aku berdiri. Dia tersenyum seraya duduk di sebelahku. Aku tetap berdiri.
"Kau berubah. Sekarang senang kopi?" tanyanya menatapku.
"Hidup selalu akan berubah sesuai situasi yang dihadapinya." jawabku sekenanya.
Dadaku masih bergemuruh karena takut dan ntahlah. Aku masih mengaguminya.
"Duduklah, tidak usah takut. Aku tidak akan memakanmu...."
"Aku tidak takut, tapi aku perlu jaga jarak terhadap orang yang pernah menghinaku."
"Hahaha....kau tambah cantik walaupun dandananmu aneh. Apa kau masih memburu lelaki yang bisa nyentana?"
Deeggg!
Aku kaget, kenapa dia tahu tujuanku? Apa dia menyelidiki diriku. Padahal aku tidak pernah membuka rahasia itu padanya.
"Kau bawa hapeku?"
"Selalu aku bawa, ada di mobil, sebentar aku ambil." dia berdiri menuju mobilnya.
Aku langsung duduk dengan perasaan tidak tenang. Agung datang dengan membawa hape dan koperku.
"Hape mu iphone, tidak bisa dipakai karena kau kunci. Aku ke hape centernya tidak bisa buka." ucapnya sambil menaruh hapeku di atas meja.
"Trimakasih..."
"Cindy tidak sengaja buka kopermu dari situ aku tahu siapa dirimu."
"Apa yang kau baca?" tanyaku berusaha mengingat ada apa di koperku.
"Tidak ada apa, cuma dompetmu saja. Dan aku menghubungi hotelmu dan orang tuamu...."
Aku terhenyak. Aku menarik nafas dalam dan membuangnya kasar.
"Aku menyesal membuang berlian dan memungut batu kerikil. Maafkan aku selalu menghinamu." ucapnya penuh dengan penyesalan.
"Lupakan, itu masa lalu yang tidak bisa di ulang kembali. Anggap itu cermin dimana kau harus berhati-hati dalam tindakanmu." ucapku datar, aku berdiri karena namaku sudah dipanggil. mobil sudah selesai di cuci.
"Aku ingin kita kembali seperti dulu." ucapnya berdiri.
"Maaf, aku sudah menikah. Jangan kamu mengkhianati Cyndi, itu pilihanmu."
"Mel..kamu jangan pergi, kita belum selesai bicara."
"Orang mau tutup, aku duluan." ucapku menuju mobil. Agung terpaksa ikut pergi menuju mobilnya.
Aku keluar duluan berharap tidak ketemu lagi. Ternyata Bali sempit, lagi ketemu Agung yang berusaha aku lupakan.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Aku berusaha fokus pada tujuan. Situasi pasar sudah sangan ramai dan sulit cari parkir. Aku terpaksa parkir jauh di jalan Kartini.
Setidaknya aku mencari orang untuk bantuin membawa sayuran ke mobil dua orang. Aku sudah punya langganan.
"Mbok tolong ambil barang-barang di tempat biasa. Mobil parkir di jalan kartini. Nanti aku tunggu di dagang ikan." ucapku kepada dua orang suruhan ku.
"Baik nona." setelah mereka pergi aku sempatin membeli daster untuk.bibi. Pada saat itulah aku kembali bertemu Agung.
"Kau ngapain disini?" tanyanya pura-pura blo0n.
"Aku belanja, jangan-jangan kau ngikutin aku. Tidak mungkin pas sekali."
"Aku belanja sembako disini, besok ulang tahunku. Kau tidak mau datang?"
"Tidak, aku sedang sibuk."
"Kau cuek sekali, gak kangen padaku?"
"Tidak, aku sudah nikah jadi kangennya sama suamiku."
"Aku rasa kau masih menyamar untuk mencari pria untuk dinikahi."
"Sudah dapat, aku trauma denganmu. Aku yakin kau berubah baik karena kau sudah tahu siapa aku. Berarti kau tunduk dengan apa yang aku punya. Lebih baik pria seperti kau sudah aku black list."
"Maaf Mel, dulu aku khilaf. Semenjak kau pergi aku merasa kehilangan, hampir tiap hari aku keliling membawa koper dan hapemu. Aku yakin suatu hari Tuhan akan mempertemukan kita kembali."
"Kita sudah bertemu dan trimakasih atas jerih payahmu membawakan barang ku kembali. Sayang sekali, perasaan suka ku padamu sudah lenyap saat kau seringkali menghinaku."
Air muka Agung terlihat berubah kecewa, aku tidak peduli. Aku harus tegas supaya Agung mengerti bahwa keputusanku sudah bulat untuk melupakannya.
"Aku mau beli ikan, jangan diikuti terus nanti dilihat oleh suamiku." kataku cepat melangkah.
"Aku ingin tahu apakah suamimu tulus mencintaimu sebelum dia tahu siapa kau."
"Tulus lah, tidak ada yang seperti kau. Biadab, tidak punya etika." ucapku kesal.
Wajahnya merah, mungkin dia marah. Aku tidak peduli sudah malas berhubungan dengan Agung. Kaki ku terus melangkah ke lapak ikan untuk mencari Dion. Agung diam-diam mengikuti dari belakang.
"Sore Dion...sendiri aja?." sapaku saat masuk ke tokonya. Dion terlihat kaget.
"Kenapa datangnya sore sekali, sudah keliling?" tanya Dion seolah kurang senang.
"Tadi cuci mobil dulu, mana barangku."
"Ohh...sudah keliling? aku anterin yuk." Dion mengulang ajakannya.
"Aku suruh orang untuk mengambil barang. Aku buru-buru sudah kesorean, sampai rumah pasti sudah malam."
"Aku bantuin kau bawa ke mobil." ucap Dion mengambil barangnya.
"Tidak usah bos, kenalkan aku Agung tunangan Melody." ucap Agung merangsek ke depan dan mengambil barang yang ditenteng Dion.
Aku kaget, aku rasa Dion juga kaget. Tapi Agung sudah berlalu tanpa menungguku.
"Dion, loh koq...aku pergi dulu." kataku cepat mengejar Agung.
Dion hanya bisa bengong tidak bisa berkata-kata. Dia menahan amarahnya dan tidak percaya yang barusan terjadi.
"Made, sudah kau foto orang yang tadi mengambil ikannya?" tanya Dion ke lapak sebelah.
Wajah Dion terlihat sangat tegang. Ia tidak menyangka pria yang berada di belakang gadis incarannya adalah tunangannya. Otaknya tiba-tiba tumpul, tadi harusnya ia menahan ikannya. Belum tentu omongan Agung itu benar.
"Sudah, namanya Agung. Aku tinggal kirim fotonya ke Arunakha."
"Bagus, bila perlu kau ikuti mereka supaya banyak foto bisa dikirim."
"Asal uangnya lebih aku mau ngerjain." ucap Made setengah berlari mengejar keberadaan Agung.
Dia mencari ditempat parkir pertama, tidak ada, terus ke basement juga tidak ada. Akhirnya dia lari ke jalan Gajah Mada juga tidak ada. Demi uang dua ratus ribu dia keliling mencari Agung. Tapi nihil.
Aku marah kepada Agung yang tidak sopan bertindak. Kami adu mulut dan dia minta maaf.
"Aku mencintaimu setelah kau pergi." kata Agung dengan raut wajah sedih.
"Mengertilah Agung kita tidak bisa bersatu lagi." kata ku lagi.
*****
sukses selalu ceritamu
tunggu karma mu kalian berdua !!😤