Plakk!!!
"Kamu itu emang beban ya" kata Papa
"Ma-Maaf Pa, aku cuma pengen Papa dateng besok ambil rapotku"
"Papa Sibuk, kamu suruh Bi ijah aja yang ambil sana"
"Tap..."
"Jangan banyak omong kamu"
Tak Di Pedulikan, Tak Di anggap dan tak Di Inginkan itulah hal yang selalu Laili rasakan, setiap ia pulang ke Rumah yang sudah lama Runtuh itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laililya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Bertemu Papa?
Laili dan Dimas pun masuk ke Restoran yang cukup megah.
"Papa sama Sinta, sama siapa perempuan itu!" Kata Laili pada dirinya sendiri
"Li, kenapa berhenti?" Tanya Dimas
Tanpa menjawab Laili pun menghampiri Papa nya yang sedang asik mengobrol dengan Sinta.
"PAPA" teriak Laili
Papa yang mendengar suara Laili pun menengok ke asal suara tersebut.
"Laili" kata Sinta
"Li, kamu ngapain di sini?" Tanya Sinta
"Laili kamu ga punya sopan santun ya?" Tanya Papa
"Ngapain Papa sama Sinta di sini?" Tanya Laili
"Papa ada acara kantor disini, dan kebetulan ketemu Mamanya Sinta yang satu kantor sama Papa, jadi Papa ngobrol sama mereka, apa Papa salah?" Tanya Papa
"Jangan bohong Papa" kata Laili
"Laili berani ya kamu sama Papa"
"Li, yang di omongin sama Bokap lo itu bener tadi kita ga sengaja ketemu Li" kata Sinta berbohong
"Papa ngelarang aku buat deket-deket sama Sinta tapi Papa sendiri kayak akrab banget sama Sinta" kata Laili
PLAKK!!
"PAPA" teriak Sinta
"Aduh mampus gue keceplosan lagi" kata Sinta dalam hati
Satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi Laili.
"BERANI-BERANINYA KAMU BICARA KAYAK GITU" bentak Papa
"PULANG SEKARANG" bentak Papa sambil menyeret Laili pulang
Dimas yang melihat perlakuan kasar Papa Laili, Dimas pun mengikuti Laili pulang.
***
Di rumah.
BRUKKK!!!
PLAK!!
PLAK!!
PLAK!!
BUGH!!
BUGH!!
Dimas yang melihat Laili di tendang dan di pukul oleh Papa nya, sendiri Dimas pun tak tinggal diam.
"OM STOP OM" teriak Dimas
"Siapa kamu?"
"Saya Dimas temennya Laili Om, maaf Om tolong Stop, kasian Laili Om"
"Diam kamu, kamu sudah lancang ya masuk kedalam rumah saya tanpa permisi"
"Maaf Om tapi.."
"PERGI KAMU" bentak Papa
"Tolong Om jangan siksa Laili lagi, kasian dia Om"
"PERGI" teriak Papa
Papa pun lansung menggandeng tangan Dimas sampai keluar dari rumah.
"Jangan pernah kembali lagi kesini, lagi" kata Papa sambil menutup pintu
BRAKK!!!
"Apa Papa Laili kayak gini tiap hari ya, kasian dia, tapi aku ga bisa bantu banyak" kata Dimas
Terdengar rintihan kesakitan Laili sampai luar.
"Pa, Sakit Pa Ampun" kata Laili
"Diam kamu, ini salah kamu karena berani-beraninya benta Papa, di tempat umum"
Dimas yang tak menyerah ia terus mengedor-gedor pintu rumah Laili, berharap Papa Laili berhenti mensiksa Laili.
"OM STOP OM, KASIAN LAILI OM, STOP OM"
"OM STOOOOOOOP" teriak Dimas
Papa Laili yang sudah tak tahan, ia pun keluar dari Rumah menghampiri Dimas.
"Ngapain kamu masih disini?" Tanya Papa
"Om maaf banget Om, tolong berhenti hajar Laili Om, kasian Laili Om" kata Dimas
"Siapa kamu ngatur saya, pergi kamu dari sini" kata Papa
"Saya ga akan pergi, sebelum Om berhenti siksa Laili" kata Dimas
"Keras kepala sekali kamu"
"Ini semua demi Laili Om, kalau Om masih ga bisa berhenti saya akan laporin Om ke perlindungan anak biar Om di tangkep" kata Dimas
"Berani sekali kamu"
Laili yang mendengar Dimas berdepat dengan Papa nya. Laili pun keluar.
"Dimas udah kamu pulang aja, aku ga papa" kata Laili
"Ga papa gimana? Suara kamu kedengeran sampai luar Li" kata Dimas
"Dim aku bilang, aku ga papa ya ga papa"
"Tap.."
"DIMAS AKU GA PAPA, KAMU PULANG AJA KALAU KAMU GA PULANG AKU GA MAU BERTEMAN LAGI SAMA KAMU" bentak Laili
"Oke aku pulang" kata Dimas
Dimas pun akhirnya pulang, Laili lansung masuk ke kamarnya, ia takut ia akan dihajar lagi oleh Papanya, jika masih di luar.
"Laili mau kemana kamu, papa belum selesai sama kamu" kata Papa
Tanpa memperdulikan teriakan Papa nya Laili terus berjalan menuju ke kamar.
"LAILI SINI KAMU" teriak Papa
Tiba-Tiba.
"Kamu bisa diem ga sih Mas, aku capek mau istirahat" kata Mama
"Bilang tuh sama anak haram kamu, jangan bikin malu kalau lagi diluar" kata Papa
"Kenapa kamu ketahuan selingkuh ya?" Tanya Mama
"Jaga bicara kamu ya?"
"Apa, benerkan?"
"Enggak, urus anakmu itu jangan bikin aku emosi terus, tiap hari"
"Aku ingetin sekali lagi ya, dia bukan anak aku ngerti kamu"
"Kamu kan yang ngelahirin dia"
"Meskipun aku yang ngelahirin aku ga sudi buat akuin dia sebagai anak aku"
Laili yang mendengar perdebatan Papa dan Mama nya, Laili pun menangis di dalam kamarnya, ia lelah ingin rasanya ia menghilang saja dari hadapan orang tuanya.
Tak terasa Laili menangis sampai ia tertidur.
***
Ke Esokkan Harinya.
"LAILI" teriak Diva
"Li" teriak Diva lagi
Diva pun menghampiri Laili yang sedang melamun, sepertinya memperhatikan sesuatu.
"Li" kata Diva
"Eh, iya ada apa?" Tanya Laili
"Lo liat apaan sih, gue panggil-panggil dari tadi ga denger?" Tanya Diva
"Eng-enggak gue ga liat apa-apa"
"Oh lo liat anak kecil sama bokapnya"
"Hehehe iya, akrab banget mereka lucu" kata Laili
"Kan sama kayak lo, enak hidupnya, lo kan juga akrab sama Papa lo" kata Diva
"Hehehe i-iya"
"Andai semua orang tau kalau aku sebenernya ga sebahagia itu, apa mereka percaya ya" kata Laili dalam hati
"Li, Laili" kata Diva
"Eh iya ada apa?" Tanya Laili
"Lo kenapa sih Li, aneh banget"
"Ga papa kok, lo sendiri ngapain manggil gue?" Tanya Laili
"Gue di suruh Pak Herman buat manggil lo, lo di suruh ke Ruang Osis sekarang"
"Oh gitu, ya udah gue kesana dulu" kata Laili
"Iya"
Laili pun pergi ke Ruang Osis.
"Laili tingkahnya aneh, kayaknya ada yang di sembunyiin sama Laili" kata Diva dalam hati
Di Ruang Osis.
"Permisi" kata Laili
"Masuk Laili" kata Pak Herman
"Maaf Pak, Bapak Panggil saya ada apa ya?" Tanya Laili
"Tolong nanti kasih ini ke semua anak-anak yang ikut Lomba Cerdas Cermat ya, suruh pelajari semuanya dan ini tolong kerjakan" kata Pak Herman
"Iya Pak"
"Ya udah kamu boleh ke kelas sekarang"
"Baik Pak"
Laili pun pergi ke kelas, tapi sebelum ke kelas Laili membagikan tugas-tugas ke beberapa murid yang mengikuti lomba Cerdas Cermat.
"Tegar ini di suruh kerjain tugas sama Pak Herman" kata Laili
"Oke, oh ya gue boleh tanya sesuatu ga?" Tanya Tegar
"Boleh tanya apa?"
"Lo udah jadian ya sama Dimas"
"Hah, kata siapa?"
"Beritanya udah kesebar satu sekolah kali Li, kalau lo pacaran sama Dimas"
"Enggak kok, gue ga pacaran sama Dimas, beritanya itu hoax" kata Laili
"Beneran lo?"
"Iya bener"
"Yeeeessss, gue masih ada kesempatan" kata Tegar
"Hah, kesempatan buat?"
"Jadian sama lo" kata Tegar
"Lucu lo, kalau bercanda"
"Gue serius gue ga bercanda"
"Apa sih Gar, udah gue mau ke kelas dulu ya"
"Eh tunggu dulu, lo ada acara ga nanti?" Tanya Tegar
"Enggak, kenapa emangnya?"
"Kita nonton bareng yuk ada film bagus lo"
"Boleh"
"Oke nanti aku jemput jam empat sore"
"Oke, kalau gitu gue ke kelas dulu ya"
"Iya"
Laili pun pergi ke kelas.
Di Kelas.
"Li, maafin gue, pliss Li, percaya sama gue kalau kemarin itu emang Bokap lo cuma ketemu sama Nyokap gue, karena emang mereka satu kantor." kata Sinta
"Terus maksud lo panggil Bokap gue Papa itu apa?" Tanya Laili
"Sorry banget Li, gue kemarin refleks aja ga maksud apa-apa"
"Hah, lo panggil Bokap Laili Papa?" Tanya Lussy
"Gue refleks aja Lus, beneran" kata Sinta
"Gue ga suka di bohongin ya, sekarang jujur sama gue, lo sama Nyokap lo, ada apa sama Bokap gue?"
"Li, serius gue sama Nyokap gue, ga ada apa-apa sama Bokap lo, tolong maafin gue, apa perlu gue sujud di kaki lo" kata Sinta
Sinta pun sujud di kaki Laili.
"Eh, ga usah" kata Laili
"Li, tolong maafin gue" kata Sinta
"Maafin aja Li, kasian Sinta" kata Luna
"Oke gue maafin lo" kata Laili
"Makasih Li, gue janji kalau gue ketemu sama Papa lo gue bakal menghindar" kata Sinta
"Oke"
***
Di Kantin.
"Li, lo cari siapa sih?" Tanya Diva
"Gue cari Dimas dimana ya?" Tanya Laili
"Cie-cie lo kangen ya sama Dimas?" Tanya Diva
"Apa sih gue cuma ada perlu sama Dimas, lo tau ga Dimas dimana?" Tanya Laili
"Tadi sih dia ke UKS, kayaknya dia sakit deh" kata Diva
"Iya tadi gue tau Dimas juga ada di UKS" kata Lussy
"Ya udah gue kesana dulu ya"
"Iya" kata Diva dan Lussy bersamaan
Laili pun lansung pergi ke UKS.
Di UKS.
"Dimas" kata Laili
"Hai Li, ada apa?" Tanya Dimas
"Ini tugas dari Pak Herman, di suruh ngerjain" kata Laili
"Oh oke, Li, lo marah ya sama gue?" Tanya Dimas
"Enggak kok"
"Bisa biraca bentar"
"Bisa"
Laili dan Dimas pun pergi ke belakang sekolah untuk mengobrol bersama.
"Li, jujur sekarang sama gue, Papa lo emang kayak gitu?" Tanya Dimas
"Bukan urusan lo"
"Li, itu jelas urusan gue, gue kasian sama lo, Papa lo kelewatan Li"
"Gue ga perlu di kasiani, gue bisa hadapin semuanya sendirian"
"Ga sekarang lo ga bakal sendirian ada gue, gue bakal selalu ada buat lo, gue juga siap jadi tempat cerita buat lo"
"Ga perlu"
"Li, lo butuh tempat cerita, temen-temen lo ga ada yang tau kan kalau dirumah lo ga sebahagia itu, iyakan?" Tanya Dimas
Laili pun terdiam, apa yang di katakan Dimas memang benar, tak terasa pipi Laili basah air mata nya turun, ia menangis.
"Li, maaf, lo bisa cerita sama gue" kata Dimas sambil memeluk Laili
Laili pun menangis di pelukkan Dimas, Laili juga menceritakan semuanya kepada Dimas.
"Gue capek Dim, rasanya gue pengen mati aja, gue anak yang ga di ininginkan, bahkan Mama gue juga ga anggep gue sebagai anaknya, gue iri sama hidup temen-temen gue yang punya keluarga cemara"
"Li, sekarang lo punya gue, gue mau dengerin semua cerita lo" kata Dimas
"Makasih ya Dim, gue emang Terlihat Cemara di luar, tapi orang-orang ga tau di dalamnya gimana" kata Laili
"Soal Sinta sama Papa gue di restoran kemarin, tolong jangan sampek ada yang tau ya Dim, cuma lo sama Temen-Temen gue yang tau soal itu" kata Laili
"Iya tenang aja, gue ga bakal ngomong ke siapapun kok" kata Dimas
"Makasih Dim"
"Sebenenya ada hubungan apa Papa lo sama Nyokap nya Sinta, kenapa Sinta panggil Papa lo dengan sebutan Papa?" Tanya Dimas
"Sinta cuma Refleks aja kok"
"Lo percaya?"
"Iya gue percaya, emangnya kenapa?"
"Ga apa-apa sih"
"Tapi kenapa gue Curiga sama Sinta ya" kata Dimas dalam hati
Tanpa mereka sadari Sinta menguping pembicaraan Laili dan Dimas.
"Jadi bener dugaan gue selama ini, kalau ternyata Papa jahat sama Laili" kata Sinta dalam hati.