Elora percaya bahwa cinta adalah segalanya, dan ia telah memberikan hatinya sepenuhnya kepada Nolan, pria penuh pesona yang telah memenangkan hatinya dengan kehangatan dan perhatian. Hidup mereka terasa sempurna, hingga suatu hari, Nolan memperkenalkan seorang teman lamanya, kepada Elora. Dari pertemuan itu, segalanya mulai berubah.
Ada sesuatu yang berbeda dalam cara mereka bersikap. Perhatian yang terlalu berlebihan, dan senyuman yang terasa ganjil. Perlahan, Elora mulai mempertanyakan kebenaran hubungan mereka.
Apakah cinta Nolan kepadanya tulus, atau ada rahasia yang ia sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Skyler, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 2 Luluh oleh Ciuman
Matahari sudah semakin meninggi, namun Elora masih memeluk erat guling nya, terlelap dalan mimpi indahnya.
"El, bangun!" Ujar Dewi, mama El. Sembari menepuk-nepuk pundak putri kesayangannya.
Dia mendengus sebal, pasalnya ini sudah yang ketiga kalinya dia berusaha membangunkan putrinya, namun tidak berhasil.
Tiba-tiba suaminya masuk, menghampiri. "Belum bangun juga ma?"
"Belum pa, kenapa anak ini betah banget tidurnya, nggak kerasa apa matahari sudah setinggi ini," keluhnya
" Ya sudah biar papa saja yang bangunkan!"
Mama langsung berdiri, digantikan oleh suaminya, "oh ya, papa ke kantor jam berapa?"
"Nanti siangan ma,"
"Kalo gitu, aku berangkat ke butik dulu ya pa. Jangan lupa, nanti El suruh sarapan," titah sang istri, yang dibalas anggukan oleh suaminya
Papa duduk di sebelah putrinya, lalu mengguncangkan pundaknya sedikit keras. "El, bangun udah siang,"
"Ehmm... Iya pa..," ujar El sembari menggeliat dengan lemas, dan perlahan bangun dari tidurnya. Ia lantas duduk bersandar di ranjang. "Sepertinya tadi aku denger suara mama, di mana dia pa?,"
"Ya memang, tapi kamu nggak bangun-bangun, dia bahkan udah bolak-balik naik tangga ke kamarmu sampe tiga kali. Tapi kamu nggak mau bangun juga, mamamu sampe kesel banget lho,"
El langsung terkekeh pelan, "ya habisnya kepalaku masih agak pusing pa, makanya belum bisa bangun,"
"Nggak bisa apa nggak mau? Kamu udah dewasa El, jadi papa harap kamu bisa belajar lebih mandiri dan disiplin. Kalau kamu bangun siang terus, gimana nanti kalau udah kerja?"
"Iya pa.." El lantas melirik jam diatas nakas yang menunjukkan angka 9
"Ya sudah, cepat mandi dan ganti baju. Setelah itu turun sarapan," titah Papa yang dibalas anggukan oleh El
Setelah rapi, El langsung turun ke ruang makan. Di sana juga ada papanya yang sedang minum kopi sambil fokus pada ponselnya.
"Papa nggak ke kantor?"
"Iya bentar lagi, kerjaan papa nggak begitu banyak. Udah dibantu sama Abangmu,"
El mengangguk paham, abangnya, Erik wicaksono juga adalah seorang pengacara. Dia sangat bisa diandalkan, dia enam tahun lebih tua dan sudah menikah setahun yang lalu. Dan kini, dia tinggal bersama istrinya.
Lalu adiknya, Evan wicaksono, anak bontot kebanggan keluarga. Saat ini dia masih kelas 3 SMA. Kenapa dibilang kebanggan, karena dia juga sangat tertarik dengan hukum. Yang pastinya akan mengikuti jejak papanya. Itulah mengapa papa sangat membanggakannya.
"Eh iya pa, semalam siapa yang nganter El pulang,?"
"Kamu nggak ingat?" El hanya menggeleng
Papa langsung terkekeh mengingat kejadian semalam.
**
Begitu Nolan membaringkan El diatas ranjang, ia bergegas keluar. Dan ternyata Hendra telah menunggunya di depan kamar.
"Makasih ya Nolan, maaf merepotkan mu. Anak ini benar-benar belum bisa bersikap dewasa," keluh papa
"Nggak apa-apa om, nggak merepotkan sama sekali. Dan, dia juga baru kali ini minum sampai seperti ini, jadi om maklumi saja, jangan marahi dia," tutur Nolan dengan lembut
Papa mengangguk-angguk, "iya tenang saja, aku tidak akan memarahinya,"
Saat mereka tengah mengobrol, tiba-tiba pintu kamar terbuka, El keluar dari kamarnya sambil terisak. Dia lalu berlari dan memeluk Nolan.
"Hiks,hiks, kenapa kakak pergi ninggalin aku? Apa salahku?"
Papa sangat terkejut, begitupun Nolan.
"El kamu kenapa?" Tanya papa kebingungan
"Papa jangan usir kak Nolan, dia ini pacarku, aku sangat menyukainya..." Elora terisak sambil memeluk erat kekasihnya.
Nolan dan papa langsung tertawa.
"Rupanya dia sedang mengigau," kata papa. "Ya sudah tolong kamu urus dia ya, om mau turun,"
"Iya om,"
Nolan balik memeluk kekasihnya, lalu membelai rambutnya dengan lembut. "Aku nggak kemana-mana El. Aku nggak akan ninggalin kamu,"
El langsung menghentikan tangisnya dan menatap Nolan. "Beneran?" Nolan lalu mengangguk
"Janji ya nggak ninggalin El,"
"Iya janji,"
Setelah berhasil membujuk El, Nolan masih menemaninya hingga ia benar-benar lelap.
**
Elora ternganga tidak percaya dengan penuturan papanya. "Papa ngarang ya, mana mungkin aku kayak gitu?"
"Kalau kamu nggak percaya, mau papa tunjukkan cctv nya,"
El terbelalak, memelototi papanya, ya di dalam rumahnya memang ada beberapa cctv. "Ck, kelakuanku buruk banget sih kalo mabuk," batinnya
Siang itu, El memutuskan untuk mengunjungi Nolan di rumah sakit, sambil membawakan makan siang. Walaupun dia tidak menyukai tempat itu, tapi demi kekasih hatinya, dia rela.
Karena sedang jam istirahat, ia langsung menuju ke ruangan kekasihnya. Saat akan membuka pintu, dia mendengar percakapan samar-samar dari dalam. Dia pun memilih untuk menunggu hingga pasien itu keluar.
Tidak lama, seorang pria keluar dari ruangan Nolan. Namun El tidak bisa melihat wajahnya, karena dia berjalan ke arah berlawanan. Setelah memastikan ruangannya kosong, ia langsung masuk.
"Hai kak," ujarnya sembari tersenyum lebar
Nolan tampak terkejut, "sejak kapan kamu disini El, sudah lama?"
"Nggak terlalu lama kok, tadi aku denger kakak masih ada pasien. Jadi aku nunggu di luar,"
"Oh begitu. Tumben kesini, ada apa?" Tanya Nolan dengan lembut
"Aku bawa makan siang buat kak Nolan," dia lantas mengangkat kantong bawaannya tinggi-tinggi
Mereka duduk di sofa yang ada di ruangan, lalu menyantap bekal bawaan El.
"Makanannya enak," puji Nolan
El tertawa kecil, "tentu saja, ini kan dari resto favoritku kak," Nolan ikut tersenyum, yah memang tidak mungkin kalau kekasihnya yang memasak sendiri.
"Kak, makasih ya semalem udah jemput, aku nggak inget sama sekali. Apalagi, yang pas di rumah. Maaf banget kak," ucapnya polos
Nolan tersenyum tipis, "nggak apa-apa, itu kan diluar kesadaran mu."
"Oh ya, nanti kakak pulang jam berapa? Gimana kalau kita makan malam bareng?" Ajaknya penuh semangat
Nolan menggenggam tangan kekasihnya, "maaf ya El, nanti malam nggak bisa. Aku ada urusan,"
El langsung cemberut, kenapa rasanya susah sekali ingin kencan dengan pacar sendiri. "Padahal cuma mau dinner berdua, tapi selalu aja nggak bisa,"
Walaupun kekasihnya sudah dewasa, akan tetapi sifatnya memang kekanakan dan sedikit manja. Namun, hal ini yang justru membuatnya tertarik pada El. Sifatnya yang apa adanya, manis dan lucu. Tanpa sadar, Nolan tersenyum sambil memperhatikan wajahnya yang cemberut.
"Kenapa senyum-senyum?" Tanya El yang masih cemberut
"Kalau cemberut seperti ini jadi makin cantik," ucap Nolan. Lalu, perlahan dia mendekatkan wajahnya, tangannya menyentuh pipi El dengan lembut. Dan detik berikutnya, ia mencium kening kekasihnya.
El sontak terkejut, senyuman langsung merekah dibibir nya, dia luluh seketika. Dia begitu bahagia, hingga ia merasa, kupu-kupu menggelitiki perutnya.
El langsung memegang kedua pipinya ketika Nolan menatapnya dari dekat. Mungkin pipinya sudah semerah tomat, campur aduk antara malu, gugup dan senang. Dia melirik kekasihnya, yang masih betah menatapnya sambil tersenyum hangat.
"Kenapa dia diem aja, nggak mau lanjut cium yang lain gitu, misalnya bibir gue," batinnya penuh harap
El lalu berinisiatif untuk mencium kekasihnya terlebih dulu. Namun niatnya gagal, saat ponsel di meja berdering. Nolan langsung berdiri dan meraihnya.
"Yah.. padahal momennya udah bagus," batin El, ia hanya bisa gigit jari sambil memperhatikan kekasihnya yang berjalan menjauh.
*
*