"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sembilan belas
Di sisi lain, Damian sudah selesai mengobrol dengan rekan bisnisnya dan Dellia beserta keluarganya, dia hendak pergi menyusul mencari Helena yang katanya ingin mencoba hidangan makanan di acara ini.
Namun, di tempat stan makanan. Damian tidak menemukan keberadaan Helena di sana, Damian pergi mencari keberadaan Helena dalam keramaian acara di hotel tersebut.
Akhirnya dia menangkap sosok Helena yang tengah duduk di salah satu meja yang letaknya di sudut ruangan. Tatapannya menajam melihat Helena duduk bersama seorang laki-laki di sebelahnya, keduanya terlihat seperti berbincang serius, walau di perhatikan nya hanya laki-laki itu saja yang terus mengoceh. Sementara Helena, hanya diam dan wajahnya terlihat seperti tidak nyaman.
Damian mengenali siapa laki-laki yang bersama dengan Helena, dia Arthur. Rekan bisnis kerjanya juga, keduanya baru melakukan kerja sama baru-baru ini. Yang di bingungkan Damian, kenapa keduanya bisa duduk di meja yang sama?
Damian segera menghampiri meja Helena dan Arthur duduk, wajahnya memperlihatkan ketidaksukaannya dengan kehadiran Arthur di situ.
Helena yang melihat kedatangan Damian tiba-tiba menghampiri mereka, kaget. Bukannya tadi Damian sedang mengobrol bersama Dellia dan keluarganya? Kenapa tiba-tiba saja dia ada di sini?
"Selamat malam, tuan Damian. " sapa Arthur, dia berdiri dari duduknya.
Damian tidak menyahut sapaan Arthur, dia menatap intens Helena yang masih duduk di kursinya.
"Saya tidak tau kalau tuan Arthur ternyata akrab dengan istri saya. " seru Damian dengan tatapan sinis dia layangkan pada Arthur yang sudah berdiri di hadapannya.
"Kami tidak akrab. Hanya saja, setiap kali saya melihat istri tuan Damian, dia selalu saja duduk seorang diri, orang yang tidak tau pasti berpikiran kalau Helena adalah seorang wanita yang lajang. " balas Arthur dengan senyum manis pada Helena yang duduk kaku di tempatnya, merasakan atmosfer disekitarnya berubah hangat, padahal hotel ini terdapat banyak AC di setiap sudut.
Damian berdecak kesal mendengar jawaban Arthur, seperti memiliki arti tersendiri dari perkataannya tersebut.
"Jika kalian tidak saling akrab, lalu apa yang kalian bicarakan sedari tadi? "
"Sayang sekali kami belum sempat mengobrol banyak tadi, karena kedatangan tuan Damian yang tiba-tiba ke sini. " Arthur menampilkan wajah lesu nya, seperti menyayangkan kedatangan Damian yang membuatnya tidak bisa berbicara banyak pada Helena.
"Jadi anda berencana ingin mengobrol lebih banyak lagi, bila saya tidak datang ke sini?! " geram Damian.
"Kenapa, tidak? Saya tidak suka melihat seorang wanita cantik duduk sendirian. " jawab Arthur, semakin membakar api kekesalan dalam diri Damian.
"Jangan melewati batas anda, tuan Arthur! "
"Batas apa yang anda maksud? Saya tidak lihat ada yang salah di sini, bukannya tadi juga anda tengah mengobrol dengan, nona Dellia? Ya, kan Helena? "
Helena tersenyum canggung, tidak nyaman akan situasi sekarang ini, belum lagi wajah datar Damian yang mengeras karena menahan amarah. Arthur ini memang pandai sekali memancing emosi seseorang.
Melihat wajah merah mengeras Damian, Arthur tersenyum simpul kemudian pamit pergi dari tempat yang hawanya sudah tidak mengenakkan lagi.
"Kita pulang sekarang. " ucap Damian tak ter
bantah kan.
Mereka segera pergi dari tempat itu setelah berpamitan terlihat dahulu dengan tuan Charles, laki-laki tua itu menunjukkan wajah murungnya saat Damian pamit ingin pulang, dia melirik sebentar pada wajah Helena dengan sinis, berpikir bahwa ini semua karena wanita itu hingga Damian dengan terburu-buru ingin pergi dari acaranya.
Saat ini keduanya sudah berada di dalam mobil, sepanjang perjalanan. Wajah Damian terlihat sangat masam sekali, sementara Helena hanya diam terduduk kaku di samping Damian yang sibuk mengemudi, dia tidak berani melirik atau bahkan berbicara sedikit pun pada Damian.
Setibanya mereka sampai di rumah, Damian buru-buru menarik tangan Helena untuk masuk ke dalam rumah, pak Tarno yang hendak memarkirkan mobil dikendarai Damian tadi, menatap penuh kebingungan pada kedua majikannya itu.
Sesampainya di ruang tamu. Damian melepaskan cekalan tangannya di pergelangan tangan Helena, melipat kedua tangannya di atas dada, menatap Helena penuh intimidasi.
"Apa saja yang kalian bicarakan tadi? "
"Kenapa kalian bisa duduk di satu meja yang sama? "
"Ada urusan apa Arthur dengan kamu tadi? Bukannya kalian tidak saling kenal? "
Helena menghembuskan nafas panjang, mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari Damian dengan sekali tarikan nafas saja. Helena diam sejenak, memikirkan sesuatu sebelum menjawab pertanyaan Damian.
"Apa itu mengganggu, kamu? " tanyanya dengan wajah santai seperti tidak terjadi sesuatu.
Damian mengerutkan wajahnya, tidak suka dengan wajah kelewatan santai Helena tunjukkan. "Maksud kamu apa? Kenapa itu mengganggu aku? " nada suara Damian sedikit di tinggikan.
Helena melipat kedua tangannya di atas dada, menatap Damian dengan menantang. "Ya, kenapa itu mengganggu kamu? "
"Tentu saja itu mengganggu aku, kamu adalah istri ku, Helena. Tapi kamu malah duduk berduaan dengan laki-laki lain, kalian terlihat mengobrol dengan serius. "
"Kamu juga tadi mengobrol dengan Dellia, bahkan bersama kedua orangtuanya.Tapi aku tidak marah, dan mengacau seperti kamu tadi. "
"Oohhh, jadi kamu sengaja dekat dengan Arthur karena melihat aku mengobrol dengan, Dellia? Kamu cemburu? "
"Cemburu? Kamu membual? Apa untungnya aku cemburu melihat kamu dan Dellia? Mau kamu mengobrol dengan Dellia atau wanita siapapun itu, bukan urusan aku sama sekali. "
"Bukan urusan kamu? Kamu istri aku, Helena! Pokoknya aku tidak senang kamu dekat-dekat dengan laki-laki lain, apalagi dengan Arthur tadi! "
"Kamu cemburu? " tanya Helena, merasa aneh dengan sikap Damian.
"Aku cemburu? Siapa bilang! Aku hanya tidak mau ada gosip mengenai kamu yang duduk berduaan bersama laki-laki lain yang bukan suami kamu, itu bisa menjadi gosip di rekan bisnis ku nanti. " kilah Damian, seraya mengubah wajahnya yang tadinya begitu menggebu-gebu menjadi santai.
"Yasudah, apa salahnya juga aku berdekatan dengan laki-laki lain? Pernikahan kita juga hanya pernikahan perjodohan tidak berarti, kamu juga tidak menyukai aku, kan? Aku juga bisa merasakan dari tatapan kamu saat memandang Dellia penuh memuja dan kekaguman, jadi apa salahnya aku juga mencari laki-laki lain yang bisa mencintai aku dengan tulus. " kata Helena panjang lebar, yang mana semakin memancing emosi Damian.
"Apa kata kamu?! " geram Damian, dengan wajah tidak percaya.
"Ya, Siapa tau kan ternyata Arthur adalah jodohku yang sebenarnya, tidak ada yang tau jalan hidup kita sebenarnya. " ujar Helena sengaja memancing kekesalan Damian yang sudah meledak-ledak, lagipula juga Helena kesal pada laki-laki itu karena suka sekali memperlakukannya dengan sesuka hatinya, menyuruhnya ini-itu seperti bos besar saja.
Namun, yang tidak Helena tau. Damian bukan hanya kesal, tapi laki-laki itu marah besar mendengar semua ucapan omong kosong Helena.
Damian menarik kasar tangan Helena agar semakin dekat dengan tubuhnya, menci*m kasar b*bir Helena dengan nafas memburu. Helena sontak memberontak, namun karena kekuatan Damian lebih besar darinya, laki-laki itu menggendong tubuh Helena dengan ci*man yang belum terlepas juga dari b*bir keduanya menuju kamar Damian berada.
Setibanya di kamar, Damian membuang kasar tubuh Helena di atas kasurnya membuat wanita itu memekik ketakutan, Damian berbalik untuk mengunci pintu kamarnya dan membuang kunci tersebut dengan sembarangan.
Damian mendekati ranjang, kembali mendorong tubuh Helena untuk berbaring saat wanita itu hendak melarikan diri, kemudian. Damian dengan kasar menarik paksa dress di kenakan Helena hingga terobek dan memperlihatkan pakaian dalaman dikenakan Helena.
Malam itu juga, untuk pertama kalian Damian mengga*li Helena, karena kemarahannya yang memuncak, tidak memperdulikan teriakan Helena yang meminta di lepaskan.
•
•
•
aku perhatian hari-hari ini, cerita Helena ini makin banyak yang baca dan banyak juga yang memberikan vote beserta komen. aku ucapkan makasih banyak sama kalian semua, makasih karena menyukai cerita pertama aku.
kali ini jangan follow akun penulis ya, sedih banget yang follow aku cuman empat orang aja🥲 tapi gapapa, aku udah bersyukur.
oke, selamat membaca semuanya, Semoga part ini kalian suka ya. baybay🥰🥰
semangat 💪💪💪