"Ayah, kenapa Ayah merahasiakan ini semua padaku Yah?" Tanya Alesha yang harus menelan pil pahit saat mengetahui kebenaran tentang dirinya, kebenaran bahwa Ia adalah anak hasil dari pemerkosaan yang di alami oleh ibunya.
"Nak, kamu anak Ayah, apapun yang terjadi, kamu tetap anak Ayah." Ucap Pak Damar dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.
"Tidak Yah, aku benci Ayah. Aku benci pada diriku sendiri yah." Ucap Alesha sembari memukuli tubuhnya sendiri.
"Jangan lakukan itu Nak, kamu Anak Ayah, sampai kapanpun kamu anak Ayah." Ucap Damar sembari memegangi tangan Alesha agar tak memukuli tubuhnya lagi.
Melihat anak yang begitu Ia sayangi seperti ini membuat hati Damar begitu hancur.
"Atau jangan jangan Ibu terkena gangguan jiwa karena aku Yah, karena Ibu hamil anak dari para bajing*n itu Yah." Tebaknya karena semua orang bilang Ibunya gila semenjak melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan
"Saudara Damar Adhitama Bin Adhitama, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan seorang gadis bernama Ajeng ayesha binti alm Abdullah dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan cincin emas seberat 2 gram dibayar tunai." Ucap seorang penghulu yang menjabat tangan seorang laki laki.
"Saya terima nikah dan kawinnya Ajeng Ayesha binti alm Abdullah halal bagi saya dengan mas kawin tersebut, Tunai." Ucap laki laki bernama Damar itu dengan suara lantang.
"Bagaimana para saksi? Sah?" Tanya penghulu pada para saksi.
"Sah." Jawab para saksi yang hadir bersamaan.
"Alhamdulillah" Semua yang hadir serentak mengucapkan syukur atas bersatunya cinta kedua orang yang saling mencintai.
Riuh do'a terucap saat penghulu dan para saksi mengucap kata sah. Semua orang menadahkan tangan, mereka berdoa dengan dipimpin oleh penghulu.
Pernikahan yang di lakukan di kantor KUA itu hanya di hadiri oleh beberapa saksi saja, dan semua saksi berasal dari keluarga mempelai wanita.
Sementara untuk keluarga mempelai laki laki hanya ada para sahabat dari Damar yang datang, untuk keluarganya satu pun tidak ada yang datang, karena mereka menentang pernikahan ini, namun Damar yang begitu mencintai wanita bernama Ajeng memaksa untuk tetap menikahinya walau tanpa restu dari kedua orang tuanya, bahkan Ia kabur dari rumah dan memilih hidup sederhana bersama wanita yang dia cintai.
Damar memasangkan Cincin di jari Manis sang istri lalu Ajeng mencium tangan sang suami, Damar pun mencium kening sang istri sembari membaca doa di ubun ubun sang istri.
Sahabat Damar yang merupakan seorang fotografer tak lupa memotret setiap momen tersebut. Kebahagiaan terus terpancar dari wajah sepasang pengantin baru itu.
Setelah akad selesai, mereka pun segera memutuskan untuk pulang, begitu juga para saksi yang datang, tidak ada resepsi sama sekali, karena keterbatasan biaya.
Turun dari motornya, Damar membopong tubuh sang istri dan membawanya masuk ke kontrakannya yang cukup sederhana, tanpa mereka sadari, seseorang tengah memantau mereka dari kejauhan.
"Lihat saja Damar, aku akan membuat kamu meninggalkan istrimu dan kembali pada keluargamu serta menjadi milikku." Ucap seorang wanita yang sedang memperhatikan mereka dari jauh lalu dia pun kembali melajukan mobilnya.
Damar membawa Ajeng ke kamarnya lalu merebahkan tubuh sang istri di atas ranjang.
"Sayang, aku sangat bahagia, akhirnya kita resmi menjadi sepasang suami istri." Ucap Damar yang tidur miring di samping sang istri sembari tangannya menahan kepalanya. Hingga dirinya bisa menatap wajah wanita yang baru hari ini sah menjadi istrinya.
"Iya Mas, aku juga bahagia akhirnya kita bisa bersatu, Tapi..."
"Sstttt, jangan bicarakan hal lain." Sela Damar dengan meletakan jari telunjuk nya ke bibir sang istri.
"Kita nikmati saja dan biarkan semua berjalan apa adanya, yang pasti sampai kapan pun aku tidak akan pernah meninggalkan kamu dalam keadaan apapun sayang, kita akan tetap bersama sampai maut yang memisahkan kita." Sambungnya lalu segera meraup bibir Ajeng, Ajeng melingkarkan kedua tangannya di leher sang suami.
Hingga akhirnya sepasang pengantin baru itu menyatu untuk pertama kalinya.
***
Pagi menyapa, suara Ayam berkokok terdengar begitu nyaring di telinga Damar. Damar menggeliat kan tubuhnya lalu perlahan membuka matanya dan tersenyum saat melihat wajah cantik sang istri yang masih tidur begitu lelapnya.
"Alhamdulillah, sudah Adzan subuh, lebih baik aku mandi dulu, baru nanti aku bangunkan ajeng biar kita bisa sholat subuh berjamaah." Gumam Damar kemudian bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Damar yang masih mengenakan handuk segera membangunkan sang Istri yang masih terlelap.
"Sayang, Bangun Yuk, kita Shalat Subuh dulu, nanti keburu lewat waktunya." Ucap Damar sembari mengusap lembut lengan sang istri.
"Jam berapa Mas?" Tanya Ajeng saat mulai membuka matanya sembari menggeliat kan tubuhnya.
"Sudah jam setengah lima sayang, bangun yuk, mandi terus kita shalat berjamaah." Jawabnya lalu mengecup kening sang istri.
"Iya Mas, aku mandi dulu ya." Ucap Ajeng turun dari ranjang dan gegas pergi ke kamar mandi.
"Tungguin ya Mas, jangan di tinggal." Ucapnya sebelum menutup pintu kamar mandi.
"Iya sayang." Sahut Damar.
"Oh ya Mas, tolong ambilkan baju aku ya, biar sekalian aku ganti baju disini." Ucap Ajeng yang kembali membuka pintu kamar mandi.
"Oke sayang, sebentar aku ambilkan." Ucap Damar kemudian mengambil baju Ajeng di lemari, setelahnya segera memberikannya pada Ajeng.
"Terimakasih Mas." Ucapnya tersenyum lalu segera menutup pintu kamar mandi.
Damar hanya bisa tersenyum melihat tingkah sang istri yang menurutnya sangat lucu. Damar kembali berjalan menuju lemari untuk mengambil sajadahnya dan juga seperangkat alat sholat yang menjadi Mas kawin untuk menikahi Ajeng selain cincin.
"Kata orang mahar seperangkat alat Sholat itu berat, tapi aku akan menjadikan ini penyemangat untuk aku membimbing istriku agar tetap berada di jalan Allah." Gumam nya lalu segera menggelar dua sajadah di lantai lalu menaruh mukena di atas sajadah milik sang istri.
Lima belas menit menunggu, akhirnya Ajeng keluar dari kamar mandi dan sudah rapih mengenakan bajunya. Ajeng segera mendekati sang suami.
"Sayang, sebentar ya, aku mau ambil wudhu dulu." Ucapnya.
"Iya Mas." Sahutnya lalu mengambil mukena yang sudah di siapkan oleh Damar dan segera memakainya.
Damar yang sudah selesai wudhu segera berdiri di atas sajadahnya, untuk pertama kalinya, Damar dan Ajeng Shalat berjamaah. Damar dengan suara lantang nan merdu membaca lantunan ayat ayat suci Al Quran membuat Hati Ajeng bergetar.
Setelah selesai Sholat, Ajeng mencium tangan suaminya dengan takzim.
"Sayang, hari ini ngga apa apa ya aku tinggal, kebetulan ada pekerjaan yang harus aku selesaikan." Ucap Damar.
"Iya Mas ngga apa apa, lagian kamu pergi kan untuk kerja, mencari nafkah buat aku, mana mungkin aku melarang kamu Mas." Jawab Ajeng.
"Terimakasih sayang." Ucap Damar lalu mencium kening sang istri.
"Mas aku ke dapur dulu ya, mau nyiapin sarapan buat kamu." Ucap Ajeng yang langsung gegas pergi ke dapur setelah mendapat anggukan dari sang suami.
Sementara Damar, seperti biasa setelah Sholat subuh dia akan membaca beberapa ayat suci Al Quran. Ajeng yang berada di dapur masih bisa mendengar suara sang Suami yang sedang melantunkan ayat ayat suci Al Quran.
"MashaAllah, Adem banget dengernya." Puji Ajeng saat sedang memotong sayuran.
***
Selesai masak, Ajeng segera merapihkan dan membersihkan kontrakan kecil itu, disaat bersamaan Damar sedang bersiap untuk berangkat kerja.
"Sayang, kita sarapan dulu yuk, kamu jangan mengerjakan pekerjaan rumah sebelum sarapan, aku ngga mau kalau nanti kamu sakit." Ucap Damar sembari mengambil sapu yang sedang di gunakan Ajeng untuk membersihkan rumah.
"Tapi Mas..."
"Jangan membantah, ingat harus nurut sama suami." Sela Damar.
"Iya Mas." Jawab Ajeng tersenyum saat mengingat dirinya sudah menjadi istri sah laki laki yang sangat di cintainya.
Damar segera menggandeng tangan sang istri ke depan, dilihatnya makanan sudah tersaji di atas tikar yang ada di ruang tamu.
"Masak apa sayang?" Tanya Damar.
"Wanginya enak banget loh, bikin Mas tambah lapar." Puji Damar lalu segera duduk di atas tikar.
"Aku masak sayur Sop Mas, sama tempe dan juga sambal." Jawab Ajeng yang segera membuka tudung saji lalu menyendokan nasi beserta lauknya ke piring dan memberikannya pada Damar.
"Terimakasih sayang." Ucapnya lalu segera melahap masakan sang istri.
"Emmmm, enak banget sayang makanannya." Puji Damar saat suapan pertama sudah masuk di mulutnya dan masakan Ajeng ini memang tidak pernah gagal di lidahnya.
"Cuma sayur Sop Mas, mujinya kaya aku masak daging aja." Ledek Ajeng.
"Walau pun cuma sayur Sop tapi masakan kamu memang enak banget sayang." Ucap Damar kembali memuji masakan sang istri dan terlihat Damar makan begitu lahapnya hingga tak butuh waktu lama sepiring nasi itu pun habis tak tersisa.
Setelah sarapan, Damar segera berpamitan pada sang istri untuk berangkat bekerja, saat ini Damar bekerja di caffe milik sahabatnya.
"Mas pergi dulu ya sayang, kamu jaga diri baik baik, selama Mas pergi kamu jangan kemana mana ya." Pamit Damar.
"Iya Mas, aku akan tetap di rumah kok, kamu hati hati ya Mas kerjanya." Ucap Ajeng lalu mencium tangan sang suami.
"Iya sayang, Assalamualaikum." Ucap Damar yang segera naik ke atas motor yang sudah Ia Parkir di halaman kontrakan.
"Wa'alaikumsalam." Jawab Ajeng lalu melambaikan tangannya saat motor yang di kendarai sang suami sudah melaju meninggalkan halaman kontrakannya.
Ajeng hendak masuk kembali ke dalam rumah dan berniat melanjutkan pekerjaan rumah yang tadi sempat tertunda karena menemani sang suami untuk sarapan.
"Ekhmmm, Rupanya pengantin baru ini terlihat begitu bahagia." Ucap seseorang yang tiba tiba terdengar tepat dari belakang Ajeng.
Ajeng segera menoleh, dan sedikit terkejut saat melihat seseorang yang sedang berdiri di hadapannya saat ini.