Perjanjian Dengan Iblis

Mencoba untuk segera berlari, namun para kelinci melompat lenih cepat hingga menabrak tubuhnya. Tanduk kecil di kepala kelinci adalah senjata tajam, itu cukup kuat menancap ke dalam kulit.

Ashkar tersungkur jatuh, satu persatu kelinci mengerubungi, berusaha melawan untuk pergi menyelamatkan diri. Ada pun kelinci yang masih hinggap di tangan kiri, mulai mengoyak menggunakan dua gigi taring bagian depan.

Sakit luar biasa, pertama kali bagi Ashkar dia merasakan sensasi dikuliti dan dimakan hidup-hidup oleh seekor kelinci.

"Enyah lah kau." Kesal Ashkar membenturkan kelinci di tangannya ke batang pohon.

Berhasil melepaskan diri dan pergi, tanpa peduli jika darah dari luka gigitan kelinci masih mengalir. Tidak tahu harus kemana, dia terus berlari kesana kemari, sebelum tewas mengenaskan dihari pertama dia terlahir kembali.

Tanpa Ashkar sadari, malam pun beranjak datang, karena terlalu banyak hal mengejutkan dan horor, dia telah lupa tentang rasa lapar setelah seharian perut belum terisi.

Malam di hutan gelap gulita tanpa sedikit pun penerangan, tapi itu bukan masalah besar, mata iblis nya memiliki kemampuan melihat dalam gelap sehingga memudahkan untuk berjalan dengan aman.

Menyadari bahwa luka dari gigitan kelinci tanduk telah pulih, bahkan ajaibnya tidak ada bekas di sana, regenerasi adalah salah satu kemampuan alami dari ras iblis, selama bukan kepala yang terputus, maka setiap bagian tubuh bisa tumbuh kembali.

Suara angin yang jatuh di dahan pohon dan jeritan binatang-binatang malam membuat Ashkar tidak nyaman, dia menjadi sangat waspada, memastikan sekitar dengan insting dan penglihatan iblis.

Bukan berarti dia takut atau semacamnya. Pengalaman hidup sebagai gelandangan dan terbiasa tidur di pinggiran jalan, cukup sering diganggu oleh preman berniat jahat.

Bagi Ashkar entah di kota atau di hutan, entah kelilingi oleh binatang buas atau preman, entah tentang mencari makan atau mencari keributan, keduanya memiliki satu kesamaan, yaitu tidak peduli soal belas kasih.

Dia harus berusaha untuk tetap hidup.

Saat ini Ashkar tidak bisa mengandalkan apa yang disebut 'Berkah' oleh dewa jahat, secara, dia datang ke dunia Dios tanpa berlatih soal kemampuan berkah atau ilmu beladiri, bahkan sekedar tutorial pun tidak ada.

Berbekal insting alami dari ras iblis dan cakar tajam sebagai senjata yang cukup kuat untuk melawan binatang buas kecil. Tapi tidak dengan makhluk lain di tingkat bahaya melampaui kemampuannya.

Bersembunyi diantara celah batu dan semak-semak, dalam diam, instingnya menemukan satu kehadiran dari binatang buas yang berjalan mendekat.

Meski tidak tergambar secara spesifik dalam pikiran. tapi mengetahui bahwa makhluk itu berjalan empat langkah berurutan, tidak terlalu berat namun masih dalam bobot yang cukup untuk menekan tanah dari pijakannya.

Dan kini, makhluk itu berjalan melewati semak-semak tempat Ashkar bersembunyi. Mengatur nafas perlahan, menguatkan tekat dan bergerak tanpa sedikit pun suara.

Jeritan suara an*jing hutan kesakitan, mana kala sebuah tangan bercakar tajam menembus tenggorokan dalam sekejap mata, tanpa bisa melawan atau melarikan diri, An jing hutan tewas seketika oleh Ashkar.

"Ini berhasil...." Senang Ashkar untuk kali pertama membunuh seekor binatang buas.

Seketika, insting menangkap ada kehadiran lain datang meninju tempatnya sekarang, bergerak cepat dan semakin dekat. Dia sadar bahwa, An*jing hutan tersebut tidaklah sendirian.

Mereka berburu mangsa dengan berkelompok, menyebar ke segala arah, dimana kemudian mengurung mangsa dalam ruang pengepungan oleh an jing hutan lain.

Tapi tindakan Ashkar yang membunuh salah satu dari mereka, memberi sinyal kepada An*jing lain untuk segera datang.

"Si al, Aku harus pergi sekarang."

Ashkar tidak punya pilihan lain, dia berlari untuk mencari persembunyian baru. Hanya saja, meski telah berlari cukup jauh, lima ekor an*jing masih mengejar.

Penciuman an*jing hutan sangat kuat, mereka bisa melacak mangsa Beratus-ratus meter jauhnya, dan kini Ashkar dalam masalah besar.

Untuk membunuh satu ekor saja, dia harus bermain licik dengan bersembunyi dan menyerang secara diam-diam. Sedangkan melawan lima ekor an*jing sekaligus, tidak ada kesempatan menang.

Kecepatan lari an Jing hutan terlalu luar biasa, tanpa terpengaruh oleh medan yang dipenuhi pepohonan, batu-batu besar atau jalan lumpur, mereka berhasil mengejar Ashkar hingga tepat di belakang.

Satu an Jing melompat, mulut bergigi taring menerkam pundak Ashkar dan mendorong jatuh ke tanah. Daging mulai terkoyak, darah pun merembes keluar, rasa sakit tidak tertahankan hingga panik .

Meronta-ronta dan menendang tapi tidak membuat An Jing itu melepas gigitan, tangan Ashkar meraih kulit leher dari bawah, merobek paksa menggunakan cakar.

An jing itu kesakitan dan berusaha melompat ke belakang, Ashkar tidak membiarkan dia pergi, semakin dalam cakar mencabik dan semakin banyak darah menyembur dari leher hingga akhirnya tewas.

Empat An*Jing lain yang sudah berkeliling mengitari Ashkar, mengeram dan menggonggong, tidak ada waktu bernafas lega.

Dihadapkan pada situasi hidup dan mati, meski pun mati bukan hal baru bagi Ashkar karena sudah pernah mengalaminya, tapi itu bukan sesuatu yang menyenangkan untuk dia ingat.

Terlebih lagi, dia baru saja dihidupkan kembali ke dunia lain dan tidak akan lucu, kalau harus mati di hari pertama.

Menyingkirkan tubuh An jing hutan yang sudah jadi mayat, Ashkar kembali berdiri, hanya diam sambil menatap ke arah mereka tanpa mencoba melarikan diri.

Keempat An Jing datang bersamaan, satu persatu mengambil bagian dengan taring mereka. Ini adalah satu-satunya cara melawan, dia tidak mempunyai bekal ilmu beladiri, serangan sihir apa lagi kame hame ahh.

Dia memanfaatkan kondisi fisik ras iblis yaitu regenerasi, membiarkan para An Jing hutan menggigitnya dan Ashkar bisa mengunakan cakar untuk membunuh mereka satu persatu.

Tidak peduli soal rasa sakit yang harus dia terima, selama cakar iblis Ashkar mampu merobek perut dan mengeluarkan isinya, atau memotong urat leher mereka hingga putus.

Ashkar tidak membiarkan satu ekor pun lolos, semua an jing tewas oleh kerakusan mereka sendiri, meski telah menerima banyak luka dan kulit pun terkelupas, tapi Ashkar masih bernafas.

Darah membasahi tanah dan mengguyur tubuh dengan bau amis, hanya tergeletak diam untuk berusaha tetap memiliki kesadaran.

"Aku harus pergi..." Lirih Ashkar berusaha bangkit dengan kaki yang sudah belok berlawanan arah.

Efek regenerasi tidak memulihkan semua luka secara instan, dia pun menyeret tubuhnya yang dipenuhi darah ke tempat aman untuk bersembunyi di balik rindang semak-semak.

Mayat-mayat an*jing itu akan menarik perhatian binatang lain sebagai makanan, kalau terlalu lama di sana, tentu dia akan menjadi hidangan penutup mereka.

Benar saja, tidak lama setelah Ashkar bersembunyi dan menutupi baunya dengan tanah lumpur, suara berdesis merayap mendekati bangkai an Jing. Itu ular hitam dengan besar selayaknya pohon kelapa, menelan satu persatu bangkai ke dalam mulut.

Ashkar tidak bisa berkata-kata, di hutan ini, dia dikelilingi monster-monster yang bisa membunuhnya kapan saja.