Marriage Is Scary...
Bayangkan menikah dengan pria yang sempurna di mata orang lain, terlihat begitu penyayang dan peduli. Tapi di balik senyum hangat dan kata-kata manisnya, tersimpan rahasia kelam yang perlahan-lahan mengikis kebahagiaan pernikahan. Manipulasi, pengkhianatan, kebohongan dan masa lalu yang gelap menghancurkan pernikahan dalam sekejap mata.
____
"Oh, jadi ini camilan suami orang!" ujar Lily dengan tatapan merendahkan. Kesuksesan adalah balas dendam yang Lily janjikan untuk dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Syndrome, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilang Arah dan Patah
Lily mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang tinggi, hampir tak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Rasa sakit di dadanya terlalu menghancurkan untuk diabaikan. Pikirannya penuh dengan Isaac, dengan pekerjaannya yang kacau, dan kesepian yang menghantamnya dari segala arah.
Air mata Lily terus mengalir tanpa ampun. Dirinya meracau tidak jelas sepanjang jalan.
“Mah, Lily nggak kuat. Kenapa Mamah tega ninggalin Lily sendiri?” ujar Lily dengan tangan yang sesekali memukul-mukul setir mobil.
Lily merasa seperti sebatang kara. Ibunya meninggal tak lama setelah dirinya menikah dengan Isaac. Sementara ayahnya sudah menikah lagi sejak berpisah dengan ibunya bertahun-tahun yang lalu.
Dia tidak memiliki saudara yang bisa dihubungi atau tempat bersandar. Isaac adalah satu-satunya yang dia punya, namun kini suaminya pun tampak menjauh dan tenggelam dalam dunianya sendiri. Setiap hari, Lily harus menghadapi kerasnya dunia sendirian, dan beban itu terasa semakin berat.
Air matanya jatuh tanpa henti, pandangannya kabur oleh rasa sakit dan frustasi.
"Aku nggak bisa kaya gini terus... aku nggak bisa," gumamnya sambil terus menekan pedal gas lebih dalam. Suara mesin mobil menderu keras, tetapi Lily bahkan tidak sadar bahwa kecepatannya sudah jauh melampaui batas aman.
Tiba-tiba, di tikungan tajam, kontrol mobilnya hilang. Ban belakang tergelincir di atas aspal basah, dan mobilnya meluncur liar ke arah pembatas jalan. Lily mencoba memutar setir dengan panik, tetapi terlambat. Dalam hitungan detik, mobilnya menghantam pembatas, berputar beberapa kali sebelum akhirnya berhenti dengan keras di pinggir jalan.
Suara benturan itu membuat orang-orang di sekitar kaget. Beberapa pengendara segera menghentikan mobil mereka dan berlari mendekat. Mobil Lily ringsek parah di bagian depan, dan kaca depannya pecah. Asap tipis mengepul dari mesin yang rusak, sementara tubuh Lily tergeletak lemah di balik setir.
Seorang pria yang berada di dekat kejadian segera mengeluarkan ponselnya, menelepon ambulans dengan tangan yang gemetar. Beberapa orang lainnya mendekat untuk membantu, mencoba membuka pintu mobil yang penyok.
“Ayo, cepat! Kita harus bawa keluar!” seru seorang wanita dengan nada panik.
Butuh beberapa saat, tapi akhirnya pintu mobil berhasil dibuka. Lily terlihat pingsan, kepalanya terkulai lemas, dengan darah yang mengalir dari luka di pelipisnya. Mereka mengangkatnya dengan hati-hati keluar dari mobil, sambil menunggu ambulans tiba.
"Dia masih hidup," kata seorang pria, mencoba memastikan denyut nadi Lily.
Ambulans tiba tak lama kemudian, petugas medis segera berlari ke arah Lily dan menempatkannya di tandu. Mereka bergerak cepat, memeriksa luka-lukanya sebelum membawa Lily ke rumah sakit terdekat.
***
Saat tiba di rumah sakit, kebetulan Lucas, sahabat Isaac dan seorang dokter, yang sedang bertugas. Begitu melihat Lily dibawa masuk dengan kondisi terluka, Lucas langsung bergerak cepat. Ada rasa panik yang muncul di dadanya ketika dia mengenali wajah Lily. Dia memeriksa kondisinya dengan sigap, memastikan bahwa tidak ada cedera serius yang mengancam nyawa.
"Kita harus segera merawat kepalanya. Luka di pelipis cukup dalam, tapi untungnya tidak fatal," ucap Lucas kepada tim medis lainnya.
Setelah Lily dirawat dan kondisinya mulai stabil, Lucas berusaha menghubungi Isaac. Dia tahu betapa pentingnya Isaac bagi Lily. Lucas mengambil ponselnya dan menelepon nomor Isaac.
Nada sambung terdengar, tetapi yang mengangkat bukanlah Isaac. Suara wanita yang tampak familiar terdengar di ujung telepon.
“Halo?” suara Lisa terdengar santai.
Lucas menahan napas. Jantungnya berdebar marah. "Mana Isaac?" tanyanya dengan suara datar, mencoba menahan emosi.
“Lagi tidur,” jawab Lisa dengan nada malas. “Kenapa?”
Lucas menggeram kesal, tapi dia tahu ini bukan waktu untuk berselisih dengan Lisa.
“Aku perlu ngomong sama isaac, penting!” katanya dengan tegas.
Namun, Lisa hanya tertawa kecil, “kasian dia, kecapekan. Isaac nggak bisa di ganggu,” ujarnya sebelum akhirnya memutus sambungan telepon.
Lucas mengumpat dalam hati. Dia tahu Isaac sedang kacau, tapi situasi ini membuatnya marah. Setelah menutup telepon, Lucas tak mau lagi membuang waktu. Dia segera mengirim pesan ke Isaac, menjelaskan bahwa Lily kecelakaan dan berada di rumah sakit.
Tapi pesan itu seakan menghilang dalam keheningan, tak ada balasan atau tanda-tanda bahwa Isaac membacanya.
Waktu terus berlalu, dan Lucas merasa semakin frustasi. Dia tahu Lily butuh seseorang di sisinya, tapi Isaac masih belum muncul juga. Akhirnya, Lucas memutuskan untuk menelepon Calvin, salah satu sahabat baik mereka.
Tak butuh waktu lama, Calvin sudah berada di rumah sakit dengan kebingungan.
"Isaac dimana?" Calvin bertanya dengan heran saat melihat Lily terbaring dengan lemah tanpa seorangpun disisinya.
Lucas menggeleng dengan wajah muram.
“Nggak tau. Lagi sama cewe dia.”
“Apa? Lagi sama cewe?” ulang Calvin tak percaya.
“Sialan! Aku pikir dia udah berubah, ternyata masih sama bajingannya,” sambung Calvin geram.
“Kita harus hubungi siapa?” Calvin tampak bingung.
Lucas berpikir sejenak, lalu teringat bahwa Lily pasti punya teman dekat yang mungkin bisa dihubungi. Dia segera mencari akun media sosial Lily, mencoba menemukan orang yang sering berinteraksi dengannya.
Setelah beberapa kali menggulir layar, dia menemukan seorang wanita bernama Agatha yang tampak cukup dekat dengan Lily. Lucas langsung mengirim pesan kepada Agatha, memberitahukan bahwa Lily ada di rumah sakit dan memintanya untuk datang.
Tak lama kemudian, Agatha tiba di rumah sakit dengan wajah panik. Begitu melihat Lily yang terbaring di ranjang dengan kepala diperban dan beberapa luka di tubuhnya, air matanya langsung mengalir.
"Gimana keadaannya?" Agatha bertanya kepada Lucas, suaranya bergetar.
“Dia baik-baik aja. Untungnya nggak ada cedera serius. Kepalanya terbentur dan beberapa luka ringan,” jawab Lucas sambil menenangkan Agatha.
Agatha mengangguk pelan, duduk di samping tempat tidur Lily sambil menggenggam tangan sahabatnya. Namun, matanya menyisir seluruh penjuru ruangan, mencari sosok lelaki yang seharusnya berada di sana.
Tapi Agatha tidak menemukan sosok lelaki yang dicarinya. Dia hanya melihat dua orang yang tampak tidak asing baginya. Dia seperti pernah bertemu, tapi tidak tahu dimana.
“Apa kita pernah bertemu?” tanya Agatha membuka suara setelah beberapa saat terdiam.
Calvin mengangguk, “ya, di pernikahan Isaac dan Lily.”
“Kita berdua sahabat Isaac,” tambah Lucas tanpa menoleh ke arah Agatha karena sibuk memeriksa kondisi Lily.
“Ck, dimana Isaac?” tanya Agatha ketus.
Calvin hanya menggelengkan kepala, sementara Lucas tak memberikan respon sedikit pun.
“Kalian sahabat Isaac, tapi nggak tau dia dimana?”
“Kita sahabatnya, bukan ibunya. Wajar kalo nggak tau,” kata Calvin acuh.
Agatha melirik sinis kearah Calvin, lalu beralih ke arah Lucas. Rasanya dia ingin mencabik-cabik Calvin dan Lucas tanpa ampun.
“Ternyata kalian bertiga sama aja, sama-sama nggak berguna,” celetuk Agatha dengan kesal. Dia tidak peduli jika Lucas adalah dokter yang menangani Lily.
“Ck, jaga mulut kamu. Harusnya kamu berterima kasih sama Lucas karena udah nolong Lily. Bukannya malah marah-marah nggak jelas gini,” sahut Calvin tidak terima.
“Berterimakasih?” Agatha melempar tatapan tajam kearah Calvin, seolah hendak memakan Calvin hidup-hidup.
“Hust, kalian berdua terlalu berisik! Mending kalian keluar aja,” kata Lucas dingin. Dia memaksa Calvin dan Agatha untuk keluar agar Lily bisa beristirahat dengan nyaman.
kenalin yahhh aku author baru 🥰
biar semangat up aku kasih vote utkmu thor